Story ini MASIH LENGKAP SEMUA PART NYA!
Btw, ini cerita pertamaku di Wattpad. Semoga suka yaa😍😍
Luff ya, Shab!
🎹 🎹 🎹
"Arina, Bunda pulang!" seru bunda di depan pintu. Bunda berharap Arin yang akan membukakan pintu untuknya, namun ternyata wajah bibi yang terlihat.
"Ibu Steffie sudah pulang? Cepat sekali," kata bibi sambil membawakan tas bunda.
"Iya nih, Bi," jawab bunda sambil tersenyum. "Oya, Arina dimana, Bi?"
"Arin di kamarnya, Bu."
Bunda langsung menaiki tangga menuju kamar Arin. "Arina, kamu sudah latihan?" tanya bunda sambil membuka pintu kamar Arin.
Saat terbuka, bunda melihat Arin di atas kasurnya sedang bermain laptop. "Jadi dari tadi Bunda pergi, kamu main laptop?" tanya bunda sambil melingkarkan kedua tangannya di depan dada.
"Bunda, ini kan hari Sabtu, hari libur," ucap Arin sambil bangkit dari tempat tidurnya.
"Bulan depan lombanya, Arina!" seru Streffie dengan nada suara yang agak meninggi. Bagaimana tidak khawatir, ia tahu betul dengan sifat anak perempuan satu-satunya itu yang tidak serius sedangkan dirinya memilki sifat perfeksionis. "Kamu sudah pilih lagunya?"
"Arin bingung mau milih lagu mana yang mau ditampilin, makanya Arin nunggu Bunda pulang," jawab Arin dengan santai menghadapi emosi bundanya.
"Bunda sekarang sudah pulang," kata bunda sambil menaruh kedua tangannya di pinggang. "Sekarang, ayo latihan."
Arin berdiri dan merangkul bundanya. Inilah jurus Arin untuk menenangkan bundanya, "Bunda, Arin tahu bunda sedikit ngomel ke Arin gara-gara Bunda capek dan lapar. Gimana kalau kita makan siang dulu, baru latihan?"
"Arina, kamu selalu banyak alasan. Tapi benar, Bunda lapar," kata bunda sambil berjalan dengan Arin keluar dari kamar.
Gadis mungil dan agak cerewet ini bernama Arina Ella Nasution. Panggilan akrabnya Arina Ella atau Arin atau juga Rin. Arin sekarang berumur enam belas tahun, kelas satu SMA. Bundanya adalah seorang penyanyi dan pianis terkenal. Orang-orang memanggilnya Steffie Ella. Ayah Arin, Bagas Nasution adalah seorang pengusaha yang memiliki perusahaan kapal.
Sejak dulu, Bagas berharap Arin akan meneruskan perusahaannya saat nanti ayahnya pensiun. Sayangnya, Arin lebih senang menjadi seperti bundanya, yaitu seorang penyanyi dan pianis. Memang terkadang Arin sedikit malas saat latihan piano, namun sebenarnya ia berusaha untuk menunjukkan yang terbaik. Menurutnya, piano dimainkan untuk kesenangan, bukan paksaan.
🎹
Di meja makan, sudah ada makanan yang menunggu untuk disantap. Saat makan siang, bunda berkata, "Arina, Bunda tadi meeting tentang konser Bunda sekitar dua minggu lagi. Bunda juga udah bilang sama Om Radit, manager Bunda, agar kamu bisa tampil dalam konser."
"Arin ikut tampil di konser Bunda?!" Seketika perasaan Arin bercampur aduk, kaget juga senang.
"Yap! Nanti kita duet. So, kamu siapin lagunya ya, Rin."
"Yes! Akhirnya!" seru Arin bersemangat. "Kalau masalah lagu, gampang, kok. Arin cepat hafalnya." Lalu tiba-tiba ia mendapat ide, "Oh ya, Rizky boleh ikut tampil juga, Da?"
Rizky Pratama adalah sahabat Arin sejak kecil yang seumuran dengannya. Orang tua Arin dan Rizky sangat dekat sehingga Arin bersahabat dengannya. Rizky sangat ahli dalam memainkan gitar. Itulah alasan mengapa Arin ingin Rizky bermain gitar di konser nanti bersamanya.
"Ciee, Arin mau duet, nih?" ledek bunda.
Seketika pipi Arin memerah, "Apaan, sih Bunda. Rizky kan jago gitar, makanya Arin pingin dia juga ikut."
"Oke-oke, nanti Bunda coba bilang sama Om Radit," ucap Bunda pada Arin yang masih memasang senyuman meledek.
🎹
Setelah makan, Arin berlatih untuk lomba piano di ruang musik milik Bunda dan Arin. Eine Kleine Natchmusik adalah judul lagu yang akan Arin mainkan disaat nanti lomba.
Arin terdengar lancar saat memainkan pianonya meski masih melihat buku. "Kamu bohong sama Bunda, ya?" tanya bunda saat lagu telah selesai Arin mainkan.
"Bohong apa, Da?" tanya Arin balik dengan dahi yang dikerutkan.
"Itu kamu lancar banget. Kamu sudah latihan sebelum Bunda pulang, ya?" tanya bunda yang curiga.
"Arin baru pertama main. Kalau Arin latihan, Arin kan nggak tahu Bunda simpan buku musik ini dimana," jelas Arin.
"But you are really good," puji Bunda sambil tersenyum karena begitu senang anaknya bisa mewarisi bakat musiknya. "Oke, sekarang kita tutup bukunya," tantang bunda sambil menutup buku musiknya.
"Aah, Arin kan belum hafal, Da," keluh Arin dengan bibir dimanyunkan.
"Come on! Let you fingers flow," kata bunda memotivasi.
"Alright," jawab Arin pasrah. Jarinya pun kini kembali menyentuh tuts piano lalu bermain semampunya. Untung saja ia sering mendengar lagu ini.
Saat bermain, ternyata benar apa ang dikatakan Steffie. Arin bisa bermain tanpa melihat buku. "See, Bunda bilang apa," puji Steffie sambil tersenyum menikmati alunan piano yang dimainkan Arin.
Tiba-tiba saat ditengah lagu, Arin salah menekan tuts.
TENG!
Arin menoleh pada bundanya, "See, Arin bilang apa," ucap Arin yang mengikuti kalimat bunda sebelumnya.
Bunda mendengus, "Oke, mungkin kamu masih belum bisa di bagian tengah." Kemudian Bunda mengambil alih piano dan mengarahkan Arin.
Kini giliran Arin yang tersenyum saat melihat jari-jari bunda yang bermain dengan lihai. My Mom is amazing. So lucky to have a Mom like you, batin Arin dengan riang. Baginya, bunda adalah guru les piano terhebatnya.
🎹
Arin senang karena malam ini ia bisa makan malam bersama dengan kedua orang tuanya karena ayanya pulang cepat dan Bunda tidak mendapat panggilan untuk manggung. Jarang sekali momen ini terjadi, karena kedua orang tua Arin adalah orang yang super sibuk.
"Ayah?" panggil Arin saat ayahnya sedang memilih lauk di atas meja. "Ayah udah tahu belum? Arin bakal tampil di konser Bunda nanti!" seru Arin dengan girangnya.
"Hah? Serius? Keren, dong!" puji ayah.
"Iya, Arina minta bareng sama Rizky, tuh. Ehem, ehem," ledek bunda dengan senyum seringai khas bunda.
"Ah, apaan sih, Da," Arin menaruh sendok makannya sambil memasang muka cemberutnya. Kini pipi Arin memerah bagai tomat.
"Ciee, anak Bunda lagi jatuh cinta," ledek Bunda lagi.
"Eh!" kini ayah membelalakan matanya. "Arin nggak boleh pacaran, ya!" tukas ayah sambil memicingkan matanya.
"Nggak apa-apa kali. Kayak kamu nggak pacaran aja pas SMA," sindir bunda pada ayah.
"Bunda tahu pacar Ayah pas SMA?" tanya Arin yang ingin ikut meledek ayahnya.
"Temen deketnya pas SMA, sama kayak kamu dan Rizky," ujar Bunda yang memberi cengiran.
"Sudah-sudah, kalian kapan makannya kalau bahas masa lalu ayah," gerutu Ayah. Bukannya langsung menyendok nasi, Arin dan bunda malah cekikikan melihat wajah ayahnya yang kesal karena dikerjai istri dan anaknya sendiri.
Usai makan malam, Arin pergi ke kamarnya. Ia membuka aplikasi Line pada ponselnya lalu mengirim pesan pada Rizky.
Arina Ella: Ky, kata bunda gue bakal perform di konsernya bareng lo. Lo mau kan??
Beberapa saat kemudian, Arin melihat tanda read yang menandakan pesannya telah dibaca oleh Rizky. Namun mengapa Rizky tidak menjawab pesan? Rizky kenapa, sih? batin Arin bertanya-tanya.
🎹 🎹 🎹
HAI SEMUAA😍😍
Seneng banget Shab nyapa kalian yang udah baca bab satu ini.
Semoga kalian betah sama jalan ceritanya, yaa.
Let's go to da next chapter! ((:
Luff yaa,
Shabrina Huzna😘