I Will Still Love You

נכתב על ידי NaomiOcta

1.1M 90.4K 2.6K

Loly tidak punya ibu, tapi Loly sering menanyakan pada ayahnya di mana ibunya, tapi kadang ayah membentak Lol... עוד

Permulaan
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Info Gaje
Part 17 (New)
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31 a
Part 31 b
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
(not) Perfect Daddy ganti judul
Next Update
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 44
Part 45
Announcement!
Part 45 [Repost]
Part 46
Part 47 [a]
47 [b]
Part 48
Extra Part
INFO!

Part 43

10K 806 23
נכתב על ידי NaomiOcta

Lana berusaha melihat ke belakang, tapi tidak bisa. "Tolong kami...." ucapnya terbata-bata, lalu tubuhnya jatuh ke lantai dan tak sadarkan diri.

"Tega sekali kau melakukan ini padaku, Bu...." ucap Amora pelan. Mulutnya dipenuhi darah, wajahnya juga pucat pasi.

"Kau yang membuatku melakukan ini, Amora! Sudahlah, harusnya tadi kau mati saja!" Dania menjatuhkan pistol di tangannya, lalu dia mendekati Lana yang sudah tidak berdaya.

"Aku bingung harus bagaimana," keluh Dania. Dia menatap ngeri punggung Lana yang berdarah—terlihat dari baju lana yang berdarah bahkan robek di beberapa tempat. Dania berusaha menopang Lana dengan hati-hati.

Sementara di luar, Jansen berlari seperti orang kesetanan, dibelakangnya anak buahnya mengekor.

Jansen masuk dan tiba-tiba tubuhnya lemas melihat pemandangan di depannya.

"APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN?!" jerit Jansen dengan marah. Dania terkejut, namun tidak sedikitpun dia menoleh pada Jansen.

"Dia terluka parah. Bawa dia ke rumah sakit. Biar aku yang urus anak sialan ini!" Jansen mendekat dan dia langsung mengambil alih tubuh Lana. Dia menggendong Lana dengan sangat hati-hati, lalu membawa Lana keluar dari kamar itu. Sangkin paniknya, Jansen sampai lupa pada Loly.

Dia terus melangkah dengan cepat, di ikuti anak buahnya yang menggendong Loly yang juga belum sadarkan diri.

Jansen masuk ke dalam mobil, dia bahkan yak berbicara barang sepatah kata pun. Sungguh, dia benar-benar ketakutan. Sementara darah terus mengalir dari selangkangan Lana. Jansen terus memanjatkan doa dalam hati agar Lana dan calon bayi mereka tidak apa-apa.

Dia tidak menangis, kesedihan yang dia rasakan begitu dalam.

Saat mobil sudah tiba di rumah sakit, Jansen langsung keluar dan membawa Lana masuk ke dalam rumah sakit.
Jansen merasa tulang-tulangnya ngilu saat membaringkan Lana di brankar.

Waktu berjalan begitu lambat membuat Jansen tidak sabaran melihat keadaan Lana yang kini sudah ada di ruang ICU.

"Maaf, Tuan... putri Anda ada di ruang rawat XX di sebelah sana." Jansen tidak berkutik, kepalanya menunduk. "Mereka sudah di bawa ke kantor polisi, sementara yang satu di rawat dengan pengawasan ketat dari polisi," lanjut salah satu anak buah Jansen.

Jansen mengembuskan napas beratnya saat seorang dokter keluar dari ruang ICU.

"Bagaimana keadaan istriku, Dok?" tanya Jansen dengan penuh khawatir.

Dokter paruh baya itu menghela napasnya pelan, dia menggeleng.

"Kondisi istri Anda sedang tidak stabil, dan kandungannya tidak bisa diselamatkan akibat dari pendarahan istri Anda yang tidak berhenti sampai sekarang. Kami mohon maaf, kami akan berusaha semaksimal mungkin." Dokter wanita itu membungkukkan pundaknya, lalu dia pergi karena dia masih harus melanjutkan tugasnya.

Tubuh Jansen lunglai ke lantai.

"Bagaimana mungkin bisa seperti ini?" Jansen mengepalkan kedua tangannya dengan kuat sampai buku jarinya memutih.

"Bagaimana mungkin bisa begini?!" Jansen melayangkan tinjunya ke lantai. Wajahnya merah karena emosinya benar-benar tidak bisa di kontrol lagi.

Jansen bangkit berdiri, dia menatap tajam anak buahnya.

"Di mana dia dirawat?" tanya Jansen dengan pelan dan dingin.

"Bawa aku ke sana!" Anak buahnya hanya mengangguk dan membawa Jansen menuju ruang rawat Amora.

Saat sudah sampai, Jansen langsung masuk tanpa izin. Dia menatap benci gadis yang juga tak sadarkan diri itu. Dokter yang menangani Amora terkejut.

Jansen mendekat lalu dia langsung mencekik Amora tanpa perasaan. Rahangnya mengeras karena emosi. Tentu saja ruangan itu menjadi heboh dan panik, tapi tak ada yang berani mencegah.

"Ayah...." Jansen menarik tangannya, membalikkan tubuhnya. Menatap putri kecilnya yang lemah dan pucat berdiri di gendongan asisten rumah tangganya.

Dia mendekati Loly dan menggendong Loly.

"Ayah, Loly sangat takut padanya. Dia memukul ibu terus." Jansen menatap lekat wajah Loly yang memar.

"Bunuh saja dia!" kata Jansen, lalu dia pergi.

★∞★

"Maafkan aku. Maaf...." ucapan itu terus berulang-ulang terucap dari mulut Jansen sejak beberapa saat lalu, saat dia sudah diizinkan melihat Lana. Sementara Loly kembali di rawat. Kemungkinan, Loly akan trauma karena kekerasan yang dilakukan Amora.

Lana sudah pindah ke ruang rawat.

Jansen menatap nanar Lana. Tubuh itu terpaksa diganjal menyamping karena punggungnya yang parah. Perut Lana juga sudah tidak buncit lagi.

"Hampir saja aku kehilangan kau, Lana...." Jansen mengusap sudut matanya menggunakan sebelah tangannya, sementara satu lagi menggenggam tangan Lana yang bebas infus.

Jansen memejamkan matanya. Ada banyak sekali masalah yang terjadi pada keluarganya. Tadi dia mendapat kabar kalau tante dan mertuanya ternyata di culik Amora, namun sudah ditemukan. Dan kini mereka sedang dalam perjalanan.

Sementara Amora, dia belum mati juga. Padahal itu yang Jansen harapkan.

"Uhhh...." Jansen langsung berdiri saat mendengar erangan Lana.

"Semuanya sakit...." ucap Lana menahan tangisnya. Jansen berusaha mendudukkan Lana dengan hati-hati. Lalu dia duduk di depan Lana, menopang tubuh istrinya itu.

"Syukurlah...." kata Jansen sedikit lega.

"Loly?" Jansen mengelus kepala Lana.

"Dia baik-baik saja." Jansen tersenyum kecut. Bisa-bisanya Lana masih memikirkan orang lain sementara dia masih sekarat. Lana menyandarkan kepalanya di dada Jansen, kepalanya berdenyut hebat, tapi itu tak seberapa dibandingkan punggungnya yang begitu sakit, perutnya juga sama.

Lana menyentuh perutnya, keningnya berkerut, jantungnya seperti di remas-remas. Sakit!

"Perutku kempis. Kenapa?" Lana berusaha berpikir keras membuat kepalanya semakin berdenyut. Jansen hanya diam saja, tidak sanggup menjawab Lana.

"Aku tidak bisa menyelamatkannya ya?" Lana mengusap air matanya pelan.

"Jangan menangis, Lana. Tidak apa-apa. Akan ada pelangi sehabis hujan," ucap Jansen. Lana terdiam, dan diam terus menerus.

Saat Diamond dan Lyan ada kamar rawatnya pun, Lana masih tidak bicara. Wajahnya begitu memancarkan kesedihan dan kehilangan yang mendalam.

Jansen memeluk Lana dengan hati-hati, dia juga diam seribu bahasa. Membiarkan Diamond dan Lyan duduk di ranjang yang sama dengan mereka berdua.

Ruangan itu begitu suram, tak ada yang berbicara. Hanya suara isak tangis yang terdengar.

★∞★

4 Maret 2018

המשך קריאה

You'll Also Like

4.3M 174K 26
Bagaimana rasanya jika bos mu adalah mantan pacarmu? Pacar yang sangat dingin kepadamu? Bahkan dia tidak pernah bersikap manis kepadamu? Um.. sebenar...
2.9M 79.3K 46
Bab lengkap ada di Fizzo, dijamin lebih seru, dan banyak yang di ubah setiap babnya " mencintai lelaki yang begitu tampan dan nyaris sempurna seperti...
3.4M 299K 71
"Apa yang baru saja terjadi?" Bisik Runa pelan dengan tatapan menerawang. Ia masih syok dengan kerumunan wartawan tadi, yang melihatnya keluar dari h...
93.1K 5K 45
[Selesai] (Spin off My Little Girlfriend) Sesuai dengan keputusannya ingin mandiri ditambah dengan akan kesedihannya karena peliharaanya bernama 'Bab...