NOIR

By renitanozaria

15.9M 1.4M 314K

Book One - Noir [Completed] Book Two - Noir : Tale of Black and White [Completed] More

prolog
satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
delapan
sembilan
sepuluh
sebelas
dua belas
tiga belas
empat belas
lima belas
enam belas
tujuh belas
delapan belas
sembilan belas
dua puluh
dua puluh satu
dua puluh dua
dua puluh tiga
dua puluh empat
dua puluh lima
mozaic
dua puluh enam
dua puluh tujuh
dua puluh delapan
dua puluh sembilan
tiga puluh
tiga puluh satu
tiga puluh dua
tiga puluh tiga
tiga puluh empat
tiga puluh lima
tiga puluh enam
tiga puluh tujuh
tiga puluh delapan
tiga puluh sembilan
empat puluh
empat puluh satu
empat puluh dua
NOIR - TALE OF BLACK AND WHITE
#01
#02
#03
#04
#05
#06
#07
#08
#09
#10
#11
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
#19
#20
#21
#22
#23
#24
#25
#26
#27
#28
29 - Story of Red Moon
appetizer
#29
#30
#31
Extra: Gadis Kulit Jeruk
#32
#33
#34
#35
#36
#37
#38
#39
ES CENDOL
EPILOG
EXTRA - DONGENG
EXTRA - PERANG SAUDARA
EXTRA

EXTRA - PINDAHAN

102K 7.1K 1.6K
By renitanozaria

Akhir pekan ini, Suri punya kegiatan lain yang membuatnya tak bisa memeluk guling di bawah hamparan selimut hingga matahari meninggi. Sejak jalanan ibukota belum ramai oleh hiruk-pikuk aktivitas harian penghuninya, gadis itu sudah pergi ke rumah Sebastian—diantar oleh Calvin yang terkantuk-kantuk sambil mengemudi setengah hati. Ketiga kakak Suri memang sudah memperlakukan Sebastian sesuai versi terbaru dari surat pernyataan kontrak yang mereka buat bersama Suri dulu, namun itu tidak berarti ketiganya langsung bersikap menyenangkan. Chandra masih hobi mencerca Sebastian dengan memberinya julukan aneh, tidak jauh berbeda dengan Cetta yang tetap mencari-cari kekurangan Sebastian di berbagai kesempatan hingga Calvin yang benar-benar strict dengan jam malam Suri—yang sekarang berada di angka sepuluh malam.

Hari ini Sebastian pindah rumah. Bukan, dia bukannya meninggalkan Jakarta dan mengharuskan Suri jadi pejuang long distance relationship. Sebastian merasa dia sudah bisa mandiri, jadi dia memutuskan meninggalkan rumah dan tinggal sendirian di sebuah unit gedung apartemen yang berada tidak jauh dari kantornya. Suri sih senang-senang saja, karena itu artinya mereka jadi punya tempat kencan baru selain mal, pelataran Indomaret dan rumah Suri atau Sebastian, namun tidak dengan ketiga abang Suri. Cowok-cowok itu langsung menduga Sebastian sengaja memilih tinggal sendiri sebagai siasat untuk memulai babak baru dalam hubungannya dengan Suri. Mereka mendukung teori tersebut dengan berbagai cocoklogi mulai dari penelitian ala-ala hingga mitos tidak penting yang bahkan tidak Suri ketahui benar-benar ada atau tidak.

Saking semangatnya, Ayah bahkan hampir tersedak makanannya semalam—mereka memang sengaja bicara waktu mereka berlima duduk bersama mengitari meja makan.

"Aku nggak ngerti maksud abang apa. Bukannya wajar kalau Tian mau tinggal sendiri? Dia udah gede, abang. Udah mandiri."

"Abang juga udah gede dan abang seumuran dia, tapi abang masih tinggal di rumah ini."

Cetta menatap Chandra dengan senyum mengejek, lalu cowok itu melempar kacang polong di piringnya pada Chandra. "Halah, kalau itu sih emang lo-nya aja yang hobi numpang."

"Astaga, apa salah Bara, sih?" Chandra mulai bertingkah dramatis. "Dulu, waktu Ayah belum pulang, siapa coba yang nyapu, ngepel dan cuci piring sampai semua bagian rumah ini berkilat macam rumah dalam iklan penis?!"

Suri terbatuk. "Abang tadi bilang apa?!"

"Penis. Itu loh, merek pembersih buat keramik yang bisa bikin semuanya cling-cling menyilaukan ngalah-ngalahin kinclongnya kepala Deddy Corbuzier dalam hitungan detik!"

Calvin ternganga, tapi sesaat kemudian cowok itu memahami apa yang Chandra masuk. "Tolol, itu mah Vanish, bukan penis!"

"Bacanya apa coba?!"

"Apa pun, pokoknya bukan dengan cara baca lo barusan!" Calvin meraih gelas air minumnya, meneguknya dengan cepat. "Lagian Vanish itu buat baju, Mojrot! Bukan buat piring sama lantai."

"Oh ya? Berarti waktu itu gue salah pake."

"Hah? Maksudnya?"

"Gue pernah ngepel dan cuci piring pake penis."

"Ini kenapa kita jadi membahas dunia perpenisan sih?"

"Suri, jangan ikut-ikut pake cara baca dia! Kita ini saudara yang beradab. Cukup dia aja yang kelakuannya macam lelaki hidung loreng ibukota!" Calvin menukas jengkel. "Tapi pendapat abang soal Sebastian itu nggak berubah. Ini pasti ada apa-apanya dia mau pindah rumah padahal orang tuanya tinggal satu kota sama dia. Pake minta dibantuin pula sama kamu. Emangnya adik abang pegawai Go-Box apa?!"

"Maksudnya gimana?"

Chandra berdeham. "Gini loh, Suri, kamu tau kucing, kan?"

"Abang, aku nggak sebego itu."

"Kirain kamu kayak Tri yang suka nggak bisa bedain mana tikus got mana hamster. Hehehe." Chandra melirik Cetta yang langsung mendengus, teringat pada insiden yang terjadi minggu lalu dan berakhir dengan ketiganya terkena hukuman Ayah. "Kucing itu memang terlahir dengan imut, polos dan suci tanpa dosa. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, dia semakin membesar dan terkontaminasi oleh racun dunia. Kucing garong aja dulunya hanya kucing polos yang menyusu kalem ke emaknya. Mana paham dia seni mencuri ikan emas goreng yang baru matang dan ditaro di atas meja tanpa pengawasan? Situasi yang sama juga berlaku pada manusia."

"Bahasa abang udah kayak bahasa vickynisasi."

"Seenggaknya abang belum pakai kalimat konsonan langit." Chandra membalas kalem. "Ibarat kata kucing, sekarang itu pacar bulukmu lagi berada dalam fase kebelet kawin. Kawin ya, bukan menikah, karena itu jelas berbeda. Atas nama kekhawatiran ini, abang nggak mau kucing abang—eh, adik abang maksudnya, jadi korban eksperimen kucing garong yang baru mengenal dunia."

"Tian nggak baru mengenal dunia. Kalau soal pengalaman, Tian juga beda-tipis sama abang."

Chandra berhenti menyuap makanannya sementara Ayah lagi-lagi terbatuk. "Maksud kamu apa?!"

"Dulu, sama mantan pacarnya, Tian sudah pernah melakukan sesuatu—" Suri membentuk tanda kutip dengan jari telunjuk dan jari tengah kedua tangannya. "—yang rated."

"Tapi nggak sama kamu, kan?!"

"Sayangnya belum."

"Oriana." Ayah menyela dengan nada memperingatkan, membuat Suri langsung meringis.

"Bercanda, Ayah."

"Bagus, karena kalau sampai abang tau dia ngapa-ngapain kamu, abang bakal cacah badannya pake garpu ini. Biarin aja itu badan bocor dimana-mana."

"Abang pikir badannya Tian itu terbuat dari kantung kresek?" Suri memutar bola mata.

"Pokoknya besok kamu nggak boleh bantuin itu Sabut Kampung Naga pindahan."

"Ayah bilang boleh."

Serentak, ketiga abang Suri langsung berpaling pada Ayah mereka dengan pandangan terluka. "Ayah?!"

Ayah melegakan tenggorokannya, menatap bergantian pada ketiga anaknya dengan hati-hati. "Nilai Suri semester kemarin cukup bagus dan sejauh ini, Suri nggak minta apa-apa sama Ayah. Lagipula, Ayah percaya Sebastian nggak punya niat buruk seperti itu. Kalian sudah setuju sama Suri dan Sebastian berdasar surat perjanjian yang terbaru. Buktikan dengan tindakan dong, bukan hanya dengan omongan."

"Tapi, Ayah—"

Ayah meletakkan sendok dan garpunya di atas piring yang sudah kosong. "Ayah sudah kasih izin dan kalian jelas tau, Ayah nggak pernah menarik kata-kata Ayah."

Suri mengacungkan jempol pada ayahnya. "Pilihan yang tepat sekali, Ayah!"

Dan disinilah Suri sekarang, duduk di atas sofa ruang tengah apartemen Sebastian yang disesaki oleh kardus-kardus beraneka ukuran berisi barang-barang. Sebastian tidak membawa perabot dari rumah, namun tetap saja barangnya cukup banyak. Jam makan siang mungkin akan tiba sebentar lagi. Mereka sudah berencana pergi ke salah satu restoran terdekat langganan Sebastian setelah laki-laki itu selesai menata pakaian dalam lemari kamar tidurnya. Sementara, Suri diam menunggu bertemankan satu cup bubble tea yang dibelikan Sebastian dari kedai di basement gedung.

"Kenapa belum diminum?"

Lamunan Suri buyar seketika saat dia mendengar suara Sebastian diikuti sosok cowok itu yang keluar dari kamarnya. Suri selalu suka penampilan Sebastian di setiap waktu, namun Sebastian Dawala hari ini adalah favoritnya. Berbeda dengan pakaian hari kerjanya yang terkesan amat formal, Sebastian terlihat casual dengan sweater biru gelap yang lengannya sengaja dia gulung hingga siku untuk memudahkan gerak saat beres-beres.

"Nggak bisa bukanya."

"Loh, kan tinggal ditusuk."

Suri menyodorkan cup berembun di tangannya pada Sebastian. "Tusukin."

Sebastian mendesah pelan, namun tetap mendekat dan menusuk bagian plastik cup dengan sedotan. "Nih."

"Makasih, pacarnya aku."

"Iya."

"Iya apa?"

"Iya, pacarnya aku."

Suri tersenyum puas. "Gitu, dong."

Sebastian berdecak, namun tak mengatakan apa-apa lagi dan justru separuh bersandar di sisi tembok ruangan dengan tangan terlipat di dada. Matanya memandang pada Suri yang masih asyik menyedot bubble tea dalam cupnya. Pada menit-menit awal, Suri tidak bereaksi, namun ketika hal tersebut berlangsung terus-menerus, mau tidak mau Suri dibuat heran.

"Kenapa ngeliatin aku kayak gitu?"

"I'm gazing you."

"Dih. Sekarang masih siang dan aku bukan bintang, tau."

"Nggak apa-apa." Sebastian tersenyum tipis. "Kan memang secantik bintang."

"Hehehe."

"Lo senang banget ya kalau diginiin?"

"He-eh." Suri mengangguk, namun percakapannya dengan Sebastian tidak berlanjut karena ponselnya tiba-tiba bergetar tanda ada pesan yang masuk. Sebastian masih memandangnya ketika gadis itu mengeluarkan ponsel, mengecek pesan yang masuk dan seketika, dia berhenti menyedot bubble tea miliknya.

"Kenapa?"

"Ada SMS."

"Dari?"

"Seseorang yang mungkin bakal bikin kamu cemburu."

"Cowok aneh di kafe bingsu waktu itu?"

"Hng. Iya."

"Gue mau lihat SMSnya."

"Yakin?"

"Yakin."

"Jangan marah ya?"

"Iya."

"Janji?"

Sebastian menghela napas. "Gue janji nggak akan marah sama lo, tapi gue nggak janji gue nggak akan marah sama dia."

Suri mengerjapkan mata dengan ekspresi polos, kemudian dia menyodorkan ponselnya pada Sebastian yang langsung membaca pesan itu.

From: Nael

Halo, Oriana.

Apa kabar? Kabarku baik dan sekarang aku banyak menghabiskan waktu di dunia manusia karena um... urusan yang harus kuselesaikan.

Kemarin, Sombre mengajakku pergi ke bioskop. Kami menonton film (saat kukatakan kami, itu berarti aku, Zoei, Ciel, Sombre dan Sergio). Filmnya bagus sekali, action dan tidak penuh adegan romansa yang membuat perasaanku terasa mengenaskan karena aku tidak bisa punya pasangan.

Ah ya, aku mendapat kabar tentang sesuatu yang baru. Kamu mau tau?

Kurasa kamu pasti mau tau.

Jadi begini, ini berkaitan dengan kelanjutan kisah tentang aku dan kamu.

Katanya,

NOIR BOOK 2 AKAN SEGERA DITERBITKAN DALAM BENTUK CETAK OLEH PENERBIT LOVEABLE

Hehehe. Jangan tampol gue. 

Jadi begitulah, gaes. Gue belum tau kapan persis terbitnya, tapi jadwal dari penerbit sepertinya bulan Maret atau April. tapi nggak tau juga sih, berhubung gue bukan orang yang berwenang mengatur kapan waktu penerbitan. gue hanya bisa mengusahakan tapi keputusan final tetap ada di penerbit, gaes. 

perbedaan versi novel dan wattpad apa? 

wkwkw pokoknya beda. seperti yang kalian baca di atas, sudah ada surat perjanjian terbaru antara Sebastian dan ketiga abang Suri. dan masalah Blanc berlangsung dengan cara yang berbeda. 

intinya gitu. 

dan seperti biasa, bakal ada extra chapters yang nanti teasernya bakal gue posting disini. 

terus, karena ada dari kalian yang kecewa nggak dapet bonus photocard di pre-order NOVEL KITA, gue akan memberikan printed extra chapters (bentuknya booklet gitu) beserta dua puluh lima photocard  untuk dua orang yang beruntung. jadi nanti gue yang ngirim ke alamat kalian dan gue yang nanggung ongkirnya (sebenernya tadinya gue berencana melakukan ini untuk NOVEL KITA tapi karena ya vote covernya tahun berapa dan terbitnya tahun berapa jadi udah keburu basi duluan jadi realisasinya di NOIR BOOK 2 aja ya ). 

syaratnya gampang: 

1. ikut vote cover (nanti) di instagram (at)loveable.redaksi, instagram (at)rennozaria dan wattpad

2. posting satu quotes dari NOIR dan alasan kenapa lo suka buku itu (nanti, waktu pre order udah buka) 

3. ikut pre-order (ini sih yang penting banget wkwk) 


By the way, pre order dan vote cover BELUM DIBUKA ya. Ini biar kalian bisa bersiap-siap aja. 


UNTUK NOIR BOOK 2 yang ada di Wattpad akan mulai dihapus pada hari Minggu, 25 Februari 2018. 

Noir 3 gimana? Renita Tetot masih belom tau. 

Demikian Renita Tetot mengabarkan. 

Selamat mayam. 

Jangan skrol sampe bawah nanti lo ambyar


lieur aing

siapa yang ship sayangnya aku sama nael? sini w cemplungin ke empang

anget

sebastian sepuluh tahun yang akan datang

cape euy direbutin mele 

bukan lagi konsonan langit tapi desir-desir soda yang menggetarkan jiwa

muter aja dulu lah sayah -nael 

sabar aja akumah gabisa ngapa-ngapain -nael 

dahar gorengan heula lur -nael


Continue Reading

You'll Also Like

24.3K 2.6K 56
Cukup. Hanya itu. Cukup bahagia, cukup tertawa. Hingga kecewa dan sedihpun tak akan terlalu terasa dalam dan menyakitkan. ''Harusnya dulu, gue ga mem...
798K 57.9K 58
Andra dan Berlian bukan lagi sekadar pengawal dan atasan, tetapi sebelum dapat melanjutkan hubungan mereka, mereka masih harus menghadapi masa lalu y...
885K 123K 50
Menjadi mantan wanita malam membuat Kania merasa tak pantas jatuh cinta pada Theo, si pria istimewa pengidap sindrom asperger. Namun, ketika Theo mem...
9.9M 1.2M 60
"Sumpah?! Demi apa?! Gue transmigrasi cuma gara-gara jatuh dari pohon mangga?!" Araya Chalista harus mengalami kejadian yang menurutnya tidak masuk a...