GIVE ME BABY TWINS ✔️

Od sunflowerlovers

1.9M 62.4K 954

[TAMAT] Tiga kali serangan pertahanan diri telah dilayangkan Camilla pada Marcell, pewaris perusahaan Ashford... Viac

KATA PENGANTAR
SINOPSIS
1. PRICE TAG
2. TWIN BABIES
3. BEWITCHED
4. HYPNOTIZED
5. STARVING
6. GOOGLING
7. BEST FRIENDS
8. PLAYBOY
9. JEALOUS? IMPOSSIBLE
10. PENALTY FOR RESIGNATION
11. ETHAN
12. HONEST
13. A CHAOTIC NIGHT
14. BEST BROTHER
15. BLINK KISS
16. NEW YORK FASHION WEEK
17. BAD LUCK
18. IT NEVER RAINS BUT IT POURS
19. WITH HIM
20. TRAGEDY IN THE LIMO
21. BLOND MAN
22. TEMPTATION
23. HIS REVENGE
24. AT NIGHT
■ PIC. YAKOV'S MANSION ■
26. LET'S GO
27. LUNCH WITH HIM
28. WANNA STAY AWAY
29. MISFORTUNE
30. TEMPTED?
31. PLAY WITH BABIES
32. WANNA KILL YOU
33. DECISION
34. ESCAPE FROM MY PROMISE
35. HEARTBEAT
36. CARRIED ON
37. IS THIS A DATE?
38. SÃO PAULO
39. GENES GÊMEOS
40. CRIANÇAS
41. EM VOLTA DELE [Vingança]
41. EM VOLTA DELE [É mesmo?]
42. VAMOS NOS CASAR!
43. ARREPENDIDO
44. CURIOSO
45. A SENTENÇA ROMÂNTICA
46. HIS SERIOUSNESS
47. GREAT INFLUENCE
48. POP THE QUESTION
49. CHAOS
■ SEQUEL GMBT ■

25. KIDNAPPED

22.3K 1K 9
Od sunflowerlovers

SELAMAT MEMBACA
WORDS = 1800+

AROMA TIDAK ASING memasuki hidungnya yang memberikan kenyamanan pada tubuhnya yang tidur berbalutkan selimut tebal halus. Namun, terasa sedikit aneh. Camilla berusaha membuka kedua matanya, walaupun sedikit terasa sulit akibat intensitas cahaya yang lebih terang disekitarnya. Cahaya matahari yang menerobos gorden tipis berwarna pink. Kepalanya terasa pusing dan sakit.

"Argh, kepalaku," suara keluhan lolos dari bibir Camilla.

Kedua tangannya refleks meraih kepalanya dan memijatnya perlahan untuk menghilangkan rasa sakit yang dideranya. Ingatan kejadian setelah dia makan, bermunculan dibenaknya.

Sepasang mata emerald miliknya akhirnya terbuka penuh dan terbelalak melihat kamar yang sedang ditempatinya saat ini.

"Kenapa aku bisa disini?" gerutunya kebingungan.

Kakinya dengan kokoh berdiri tegak menjauhi kasurnya meskipun kepalanya terasa sedikit pusing. Kini, tenaganya dibangkitkan oleh emosinya yang tidak terima diperlakukan seperti korban pencurian oleh ayahnya sendiri.

Keterlaluan. Bagaimana mungkin aku diperlakukan seperti ini. Apa aku terlihat seperti banteng yang keras kepala dan hanya bisa ditaklukkan dengan obat bius,  batinnya.

Dia sangat dikuasai amarah setelah mengingat kejadian setelah dia keluar dari restoran yang menawarkan makanan lezat dengan porsi jumbo. Pandangannya melirik kearah jam dinding berukir berwarna putih yang sudah menunjukkan bahwa ini sudah lewat jam 7 pagi.

"Sialan! Sudah pagi," gerutunya kesal.

Kakinya melangkah keluar kamar tidur dengan langkah besar. Berusaha secepat mungkin menemukan manusia di mansion ini. Berjalan menuruni tangga untuk menuju ke tempat biasa di pagi hari yang akan ditempati oleh penghuni tempat ini. Camilla melihat sepasang manusia yang sedang dengan santainya menikmati sarapan pagi mereka dengan canda gurau yang terlihat jelas dari tawa kecil dan senyum pada wajah sepasang manusia itu. Dan sepasang manusia itu adalah orangtuanya. Lebih tepatnya itu adalah ayahnya dan istri ayahnya.

"Daddy!" teriaknya dengan keras disertai rengekan manja, dari anak tangga teratas yang baru saja dipijaknya.

Suaranya menyentak kaget dan menarik perhatian mereka berdua yang ditandai dengan dua pasang tatapan yang menghunus kearah Camilla. Ekspresi yang ditampilkan oleh Camilla sangat tidak bersahabat. Wajahnya menyiratkan dia akan menelan seluruh manusia dihadapannya.

"Kenapa kau berteriak di—"

"Dad, kenapa aku bisa disini?" tanya Camilla dengan menyela ucapan ayahnya yang kini sedang melototkan mata kepada anak perempuan satu-satunya yang menyela ucapannya.

"Apa kau lupa jika kau kesini bersama Zygo?" tanya ayahnya memastikan.

Camilla mengernyitkan keningnya. Zygo?  batinnya.

"Lebih baik kau sarapan dulu, mungkin saja tubuhmu butuh nutrisi agar kau bisa mengingatnya lagi," ucap Emilia. Ibu tirinya.

"Jadi maksudmu aku kekurangan nutrisi?" tanya Camilla sinis. Dia masih belum terbiasa dengan fakta bahwa perempuan ini adalah ibu tirinya.

"Camilla, cukup. Ada apa denganmu?" tegas Thomas, ayah Camilla, sambil menghentakkan sendok dan garpu yang digenggamnya keatas piring. Thomas tidak suka melihat anaknya memperlakukan istrinya seperti itu. Meskipun umur mereka hampir sama.

Sekilas Camilla melihat tangan Emilia dengan cepat menenangkan emosi ayahnya dengan mengelus perlahan bahu ayahnya yang masih terlihat sangat kokoh. Namun, secepat dia melihat secepat itu pula dia mengabaikannya.

"Bagaimana bisa kalian membawaku kesini dengan cara 'gila' seperti itu?"

"Cara gila? Zygo menjemputmu dan membawamu kesini karena permintaanku dan membiarkan kau yang kelelahan tertidur disepanjang perjalanan dan dia juga yang mengangkatmu hingga kekamarmu. Apakah itu menurutmu cara gila? Kau seharusnya berterimakasih karena dia tidak tega membangunkanmu yang kelelahan," ucap Thomas dengan tegas.

"Astaga Dad," ucap Camilla. "Apa itu yang dikatakan oleh makhluk zygote itu?"

Thomas dan Emilia hanya mengerutkan kening sambil menatapnya menunggu kelanjutan ucapan Camilla.

"Wajar saja dia memilih untuk tidak membangunkan seseorang yang telah dibiusnya. Apa kalian tau rasanya dibekap dengan saputangan berbius di malam hari? Itulah yang dia lakukan kepadaku untuk membawaku kemari. Bahkan dia membiusku tanpa meminta izinku terlebih dahulu dan dia menarikku dan mengabaikan teriakanku," terang Camilla dengan tangan yang memeragakan ceritanya.

"Aku pikir aku telah diculik, Dad. Aku bersyukur pada faktanya, tidak. Namun, aku sangat tidak bersyukur mempunyai sepupu seperti dia. Oh Tuhan, bahkan dia tega melakukannya kepadaku hanya untuk mendapatkan—"

"Mobil sport Bugatti Chiron," ucap Thomas dan Emilia serentak sambil melototkan mata.

"Pantas saja setelah mengantar Camilla, dia langsung menagih janjimu, Thom," ujar Emilia mengingat.

Camilla kini telah menduduki kursi dihadapan Emilia.

"Jangan bilang kalau dia sudah mendapatkan Bugatti Chiron darimu Dad?" tebak Camilla. "Astaga, sudah kuduga," lanjut Camilla saat tidak ada yang menyangkal tebakannya.

Dia tidak terima jika seseorang yang membiusnya seperti itu malah dihadiahi sebuah mobil oleh ayahnya sendiri. Astaga. Ini sungguh menyedihkan dan keterlaluan.

"Dasar anak itu. Zygo kemari kau!" teriak Thomas sambil berdiri, seolah-olah Zygo ada disekitarnya.

"Kau mau teriak sebesar apapun dia tidak akan datang. Telpon saja dia, mungkin dia akan segera datang," ucap Emilia.

"Mungkin. Hanya mungkin. Dan aku tahu dia tidak akan datang bahkan dia tidak akan mengangkat panggilan itu karena kau sudah dibodohi olehnya, Dad. Dia berhasil membodohimu, Dad."

Emilia tertawa lepas dan berkata kepada Camilla, "Astaga Camilla. Ayahmu akhirnya bisa dibodohi juga. Sosok pria seperti Thomas Lazarus Yakov, pemimpin dari banyak perusahaan yang bertebaran didunia ini, kini berhasil dibodohi oleh sepupumu."

"Dan sekarang dia sudah menjadi suamimu," ucap Thomas mengingatkan.

Camilla tidak sanggup menahan tawa setelah mendengar ucapan Emilia dan melihat ekspresi ayahnya yang melototi Emilia yang sedang tertawa bahagia di pagi hari.

"Dad, hentikan tatapanmu itu. Kau sangat tidak cocok melotot sambil menahan tawa seperti itu," ucap Camilla dengan geli sambil memakan roti bakar keju yang dihidangkan diatas meja makan.

"Okay, my princess," ucapnya tersenyum. Emosinya sudah menghilang dan bahkan kini dia ingin berterimakasih kepada Zygo karena kini dia dapat melihat tawa lepas Emilia. Tawa yang benar-benar indah. Dan dia merasa bahagia meskipun dia sedang ditertawakan oleh istri cantiknya ini.

Thomas mengecup pipi Camilla dan mencium bibir Emilia yang masih melepaskan tawa dan senyum menggelikan.

"Daddy, jangan melakukannya dihadapanku," protes Camilla.

"Kau harus membiasakannya, princess."

"Apa kau iri karena aku sudah menikah dan bisa melakukannya tiap hari?" ucap Emilia dengan senyum memuakkan. Camilla membalasnya hanya dengan dengusan dan melanjutkan memakan roti bakarnya yang kedua.

©give.me.baby.twins©

Matahari sudah menunjukkan tanda-tanda akan menghilang. Tadi pagi sehabis sarapan, Camilla menghubungi Zygo dan melontarkan segala jenis umpatan kepadanya. Dan ternyata Ethan lah sosok dibalik ide 'brillian' ini. Meskipun Ethan hanya bercanda menyampaikan idenya, namun manusia super duper ajaib berambut pirang itu, melakukannya. Ya, dia melakukannya terhadapku.

Dihalaman belakang mansion, Camilla dan ayahnya duduk sambil menatap berbagai jenis pohon dan bunga yang daunnya berguguran. Sedangkan Emilia sedang memasak cemilan untuk mereka berdua dan sepertinya memang sengaja memberikan waktu kepada dua manusia yang sudah terpisah beberapa bulan ini.

"Camilla, apa kau masih mengingat siapa yang sering berada disana?" tanya Thomas dengan nada lemah namun dengan senyum yang cerah.

"Mom."

"Kau harus tau bahwa sebenarnya Dad masih sangat mencintainya. Dia akan selalu mempunyai ruang khusus dihati Daddy tampan mu ini, Camilla."

Camilla tersenyum mendengar tingkat kepercayaan diri ayahnya.

"Kalau begitu, kenapa Daddy cepat berpaling dan menikahi wanita lain?"

"Apakah bagimu dia wanita lain?"

"Bukan begitu maksudku Dad, lupakan bagian itu untuk sekarang. Dia adalah wanita selain dari Mom."

"Camilla, kau belum merasakan bagaimana cinta dan pengorbanannya. Dad berpikir Ibumu tidak akan bahagia jika melihat pria tercintanya ini tenggelam dalam kesedihan terus-menerus dan merasa kesepian."

"Tapi Dad sebelumnya tidak terlihat—"

"Apa pria harus memperlihatkan kesedihannya kepada dunia terutama kepada anak perempuannya?" ucap Thomas sambil tertawa dan mengacak rambut anaknya.

Camilla terdiam dan hatinya merasa bersalah telah berpikir buruk mengenai ayahnya.

"Oh iya Dad, kenapa kau meminta bantuan Zygo untuk membawaku kesini?" tanya Camilla.

"Karena kami merindukanmu dan mencemaskan kau yang dibawa oleh entah siapa itu namanya," ucap Emilia yang datang sambil membawa beberapa potong cheesecake dan hot chocolate.

Thomas mengangguk dengan senyuman lebar yang menampilkan gigi putih bersihnya. Memberikan tanda bahwa dia setuju dengan jawaban Istrinya.

Camilla mencibirkan bibirnya, tidak percaya pada ucapan Emilia. "Aku tidak bertanya kepadamu."

"Astaga Camilla, sampai kapan kau akan terus memusuhi sahabatmu ini, hah?" tanya Emilia.

"Apakau lupa sekarang kau sudah menjadi ibu tiriku?"

Thomas yang berada disana hanya menyaksikan permasalahan yang pada akhirnya bisa dibicarakan oleh anak dan istrinya. Dan pastinya dia menikmati tayangan tersebut sambil menikmati cheesecake lezat buatan istrinya.

"Aku tidak pernah lupa dan tidak akan melupakan hal itu. Tapi kau bisa tetap memperlakukanku seperti dulu. Lakukan hal yang membuatmu nyaman. Aku tidak pernah memaksakanmu memanggilku mommy. Astaga, lebih baik kau tidak memanggilku—" ucap Emilia dengan tangan yang terlipat berusaha terlihat serius.

"Oh, jadi kau tidak mau jika aku memanggilmu mommy?" sela Camilla.

"Bukan begitu, Camilla. Aku membebaskanmu memanggilku—"

"Dad, hentikan itu. Itu milikku," teriak Camilla sambil menarik piring cheesecake miliknya saat melihat piring cheesecake-nya diambil oleh Daddy nya.

"Dan hentikan perdebatan kalian," balas Thomas sambil mengambil sesendok penuh cheesecake dan mengarahkannya ke mulut Camilla dan Emilia secara bergantian.

"Bukankah lebih lezat jika mulut digunakan untuk makan daripada berdebat?" ucap Thomas dengan seringai mengerikannya.

Tenggelamnya matahari dan hidupnya cahaya lampu keemasan menjadi saksi perdebatan yang diakhiri dengan tawa bahagia antara Camilla dengan Dad dan Mom sekaligus sahabatnya semasa kuliah dulu.

©give.me.baby.twins©

Marcell menatap laptop dan dokumen secara bergantian. Memastikan tidak ada kesalahan sekecilpun yang dilewatinya.

Hari ini sudah mulai memasuki hari kedua dia tidak bertemu dengan Camilla. Wanita yang dia tidak tahu kenapa tiba-tiba dia bisa berpikir untuk mengajaknya kencan dalam beberapa hari lagi.

"Hallo, Mr. Ashford. Pengantar paket masih belum bertemu dengan Ms. Yakov di apartemennya," ucap Dessy setelah mendapatkan laporan dari penerima paket.

"Kabari jika sudah diterimanya."

Marcell mematikan panggilan tersebut dan melanjutkan kerjanya yang bertumpuk. Dia harus fokus agar Sabtu depan, kencannya bersama Camilla bisa berjalan dengan lancar. Kencan yang akan terasa sangat panjang. Dia berpikir untuk membawa Camilla ke berbagai negara dan mempunyai banyak kesempatan untuk menjungkirbalikkan hati wanita yang sering mengumpatinya.

Seharusnya malam itu dia sudah bisa menerimanya. Apa mungkin dia kabur dari apartemen dan kabur dari janjinya? pikir Marcell yang sudah kehilangan fokus bekerja.

Marcell meraih telepon dan menghubungi sekretarisnya, Dessy Rendale.

"Mr. Ash—"

"Kau tanyakan kembali kepada mereka 'Apakah paket itu tidak diantarkan pada hari minggu? Kabari aku secepatnya," perintah Marcell dengan punggung yang bersandar pada kursi kerjanya.

"Baik Mr. Ashford. Maaf Mr. Ashford, tapi orang yang dituju ada di lobby dan ingin berjumpa denganmu. Apa kuatur pertemuan setelah rapat siang nanti? "

"Bisa-bisanya kurir itu menemuiku sebelum menuntaskan pekerjaannya."

"Bukan—"

"Biarkan dia menjumpaiku sekarang." Suara Marcell terdengar marah dan kesal.

"Tapi Mr. Ashford—"

"Kau kupekerjakan untuk bekerja dengan cepat, patuh, dan tepat. Cepat saja lakukan perintahku sebelum kau kupecat!"

"Ba-ba—"

Marcell menutup panggilannya sebelum Dessy menyelesaikan perkataannya.

Marcell melonggarkan dasi yang terasa mencengkram lehernya. Fakta bahwa saat ini Camilla tidak berada di apartemen membuatnya sadar bahwa Camilla bukanlah wanita sembarangan yang akan menuruti permintaannya begitu saja. Demi lepas dari jabatan asisten pribadi saja, Camilla rela mengeluarkan uang sebesar itu, apalagi demi kabur dari janji kencan Sabtu depan yang hanya diputuskan sepihak oleh Marcell.

Ditambah lagi ulah kurir yang membuat darahnya semakin bergejolak. "Berani-beraninya kurir itu datang menjumpaiku sebelum paketku terkirim."

Bunyi suara ketukan di pintu membuat Marcell memasang wajahnya yang menunjukkan bahwa dia sangat ingin membunuh orang itu sekarang juga.

Tidak seperti yang dipikirkannya. Saat pintu terbuka ... yang masuk bukanlah kurir sewaannya namun menampilkan sosok manusia yang tidak dia duga. Tubuh itu dibalut gaun sederhana sepanjang lutut berwarna hijau yang nyaris persis seperti warna mata indah itu. Rambut coklat berkilaunya terlihat ikal.

Pandangan Marcell turun melihat tangan mengapit didepan tubuh sambil menggenggam beberapa paper bag.

"Marcell," sapa Camilla sambil menaikkan alisnya dan bibir yang ditarik melengkung keatas. "Kau terlihat sangat sibuk. Apa ... aku mengganggumu?"

Sejenak waktu Marcell terasa berhenti saat mendapatkan sapaan disertasi senyuman indah dari bibir wanita yang suka mengumpatinya. Dia berharap momen pertama ini bisa diabadikannya.

Sialan! Apa yang kupikirkan barusan?  batin Marcell gundah.

TO BE CONTINUED
[20 Februari 2018]


Reads : 11,3K
Votes : 621



Pokračovať v čítaní

You'll Also Like

1M 18.2K 16
"Sorry, saya nggak level sama berondong," -Mitha Tri Wahyuni- "Saya bisa bikin kamu menarik kata-katamu barusan," -Revan Widyatama- *** Mitha mengi...
8.8K 480 9
Ini tentang dia yang datang kembali di saat aku sudah ingin menikah. Seorang sahabat yang diam-diam aku cintai pada masa lalu. *** Yelina bertemu ke...
57.5K 2.6K 38
tentang cinta, tentang rasa sakit, tentang kesetiaan, tentang Tuhan memberikan cintanya untuk manusia biasa
5.1M 277K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...