JOMBLO!

By pastavocado

178K 8.7K 297

Kriteria pacar idaman Jevin: 1. Warna rambut hitam alami 2. Jago masak 3. Feminim tapi ga centil 4. Minimal 3... More

Prolog
J chapter 1 - cup
J chapter 2 - cocoknya pake miniset
J chapter 3 - pacaran sepihak
J chapter 4 - pantesan disebut playboy
J chapter 5 - gengsi jadi dusta
J chapter 6 - my one one two
J chapter 7 - homo?
J chapter 8 - gio oh gio
J chapter 9 - kangen sepihak
J chapter 10 - cendol? Eh chanyeol?
J chapter 11 - edelweiss
J chapter 12 - team je vs team gio
J chapter 13 - kecap dan mentega
J chapter 14 - truth or die
J chapter 15 - alena
J chapter 16 - zzz
J chapter 17 - kencan?
J chapter 18 - ruang sendiri
J chapter 19 - pacaran
J chapter 20 - intuisi
J chapter 21 - tercyduk
J chapter 22 - tunangan
J chapter 23 - sakit
J chapter 25 - sutup
J chapter 26 - i need you
Epilog

J chapter 24 - demi gisca

4.5K 283 8
By pastavocado

Je terbangun dari tidurnya. Pantas saja lehernya terasa pegal, rupanya ia tertidur dengan kepala menelungkup sambil terduduk. Ketika Je ingin mengangkat kepalanya penuh ia tersadar ada tangan Gisca dibalik lehernya. Je menaruh tangan Gisca disisi badannya di atas tempat tidur kemudian ia merenggangkan tangannya ke kiri ke kanan.

Je mendekati bagian kepala Gisca, diusapnya dengan lembut kepala Gisca dengan tangannya. Ia merasakan tubuh Gisca masih hangat. Usapan yang semula di kening perlahan turun ke pipi dan sampailah di bibir. Ia jadi teringat dengan tanpa berpikir panjang waktu itu ia langsung mencium bibir Gisca. Je merasa seperti pria tidak bertanggung jawab asal mencium bibir anak orang padahal tidak punya status.

Mengingat tentang status membuatnya Je tiba-tiba mengingat Alena. Ia mengecek handphonenya tetapi ternyata keadaannya mati. Je membiarkan handphonenya yang mati itu dan fokus memperhatikan Gisca yang sedang tertidur. Ia tidak berpikir tentang Alena yang siapa tahu mencarinya.

Pandangan Je beralih menuju satu-satunya sofa diruangan itu. Ada Gio disana yang sedang tertidur. Sepertinya Je tertidur sangat nyenyak sehingga ia tidak menyadari bahwa Gio sudah kembali. Je merasa perutnya lapar ia memilih keluar dengan perlahan agar tidak membangunkan Gio dan Gisca.

Setelah mencari makan dan makan di tempat, Je kembali ke kamar rawat Gisca sambil membawa makanan untuk Gio. Je menepuk kaki Gio bermaksud membangunkan Gio karena ia ingin duduk di sofa. Gio terbangun dan mengucek matanya.

"Udah makan?" Tanya Je pada Gio sambil menyodorkan nasi goreng yang ia beli.

Gio mengangguk menjawab bahwa ia sudah makan. Tapi ia tetap mengambil bungkusan itu dan dimakannya.

"Ck, diembat juga" Sahut Je sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah Gio.

"Lo ga balik dulu?" Sekarang gantian Gio yang bertanya.

"Ga jadi. Udah jam 11 juga. Kalau gue balik ke rumah malah males balik kesini lagi"

"Kan ada gue yang jaga Gisca"

Je menengok ke arah Gio "Gue juga mau ikut jaga Gisca"

"Lo ga percaya gue bisa jaga Gisca? Lagian Gisca lagi tidur juga, dia cukup ditungguin aja"

"Entahlah, intinya gue ga bisa ninggalin dia" Mendengar jawaban Je membuat Gio merasa jengah. Pasalnya pernyataan Je membuatnya merasa bahwa Je memiliki perasaan lebih dari sekedar teman. Tapi Je sudah mempunyai Alena. Jadi sebenarnya apa mau Je? Apalagi Gio sudah melihat Gisca menangisi Je.

"Kenapa?"

"Kenapa? Hm" Je berpikir sejenak "Gue merasa akhir-akhir ini Gisca menjauhi gue yang gue ga tahu alasannya. Dan sekarang gue punya kesempatan untuk ada disampingnya. Gue ga mau jauh dari Gisca lagi"

"Ga mau jauh dari Gisca lagi? Ga mau jauh sebagai apa?" Gio memancing Je.

"Sebagai.....teman atau sahabat"

"Yakin hanya maksimal sebatas sahabat? Lo bilang kayak gini karena lo punya Alena. Seandainya ga ada Alena, apa lo tetap menganggap Gisca sebagai sahabat?" Sejujurnya Gio mulai emosi.

Je langsung menatap Gio tajam "Gisca tetap sahabat gue sama statusnya kayak lo"

"Oh ya? Gue pegang omongan lo" Untuk saat ini Gio berusaha mempercayai Je bahwa Je hanya menganggap Gisca sebagai sahabat.

Pagi harinya tiba. Gio membangunkan Je yang tertidur disebelahnya.

"Lo ga ada kelas?" Tanya Gio.

"Ga ada" Je kembali memejamkan matanya karena ia masih mengantuk.

"Gue ada kelas pagi. Ga apa-apa gue tinggal dulu?"

"Iya ga apa-apa lo pergi aja"

"Oke" Gio bangun dari duduknya menuju tepi kasur Gisca. Gio mengelus lembut kening Gisca dengan perlahan agar tidak membangunkannya. Ia pamit kepada Gisca walaupun Gisca sedang tertidur "Gue kuliah dulu, ya" Gio mengambil tangan Gisca dan mengecup punggungnya.

Gio berbalik meninggalkan Je yang matanya masih terpejam dan menutup pintu kamar rawat Gisca.

Lima belas menit setelah kepergian Gio, Gisca terbangun. Ia ingin pipis. Ia berusaha duduk dan turun dari kasurnya. Usahanya sukses membuat Je terbangun karena gaduhnya tiang infus dan tiang tempat tidur yang bersentuhan.

Je terbangun melihat Gisca duduk dikasurnya dengan kaki yang sudah menggantung ke bawah.

"Mau kemana?" Je menghampiri Gisca.

"Mau ke toilet"

"Kalau mau apa-apa bangunin gue kan bisa. Apa fungsinya gue disini kalau bukan untuk merawat lo" Tangan kanan Je memegang tiang infus yang beroda agar tidak bergoyang-goyang. Tangan kirinya memegang pinggang Gisca dan membantunya turun dari tempat tidur. Posisi sedekat itu membuat Gisca luluh dan lupa bahwa ia sedang berada dalam tahap menghindari Je. Kalau seperti ini rasanya Gisca ingin terus di dekat Je.

"Je, gue bisa turun sendiri" Gisca mencoba menepis perasaan itu.

"Ssstt nurut" Gisca menuruti Je. Sampai di depan pintu kamar mandi Gisca terhenti.

"Lo ga ada niat untuk ikut masuk ke toilet, kan?"

"Ga ada sih. Tapi kalau lo pengen gue ikut masuk gue ga keberatan"

Gisca memukul keras lengan Je "Menang banyak!"

Je tertawa senang "Sini, tabung infusnya gue bantu pindahin" Je masuk kemudian membantu memindahkan tabung infus Gisca dan menggantungnya di kamar mandi kemudian ia keluar dan menunggu Gisca sampai selesai tepat di depan pintu kamar mandi. Setelahnya Je langsung membantu Gisca kembali ke posisi semula di tempat tidurnya.

"Gio kemana?"

"Gio pulang. Dia kuliah pagi"

"Lo ga kuliah?"

"Ga ada" Je berdusta. Sebenarnya ia ada kelas tetapi ia ingin menunggui Gisca saja. Saat ini yang terpenting bagi Je adalah ia selalu ada disamping Gisca.

"Terus lo ga mau pulang? Kalau siang kan ada mamah yang jagain gue"

"Kan nyokap lo belum datang. Gue tunggu sampai nyokap lo datang" Gisca kembali berbaring. Je duduk di kursi kecil disamping kasur Gisca. Je terus memandangi Gisca.

"Lo ga punya kerjaan lain selain mandangin gue?" Gisca yang merasa terus ditatap memilih buka suara.

Je menggeleng "Emangnya ga boleh natap lo terus?"

"Gue cantik banget ya sampai lo harus tatap gue terus-terusan?" Mendengar perkataan narsis Gisca membuat Je mendekatkan wajahnya pada wajah Gisca. Biasanya Je akan langsung membalasnya dengan meledek bila mendengar Gisca mengeluarkan kata-kata narsis. Tapi kali ini tidak. Je meneliti setiap wajah Gisca dengan intens.

"Iya. Lo cantik. Sekalipun bibir lo pucat dan kering karena sakit, rambut lo kusut, mata lo keliatan teler, hidung lo ingusan, lo tetap cantik"

"Je..." Gisca rasa ia harus menjauhkan Je dari hadapannya. Je terlalu berbahaya untuk kesehatan hatinya.

Beruntung pintu kamar rawat Gisca tiba-tiba terbuka menampilkan Mamah Gisca beserta bawaannya. Otomatis Je langsung berdiri tegak dari posisi awalnya dan mendekati Mamah Gisca menyalaminya dan membantu membawakan bawaannya.

Setelah melihat Gisca sudah ditemani oleh mamahnya membuat Je bisa pulang dengan lega. Tapi ia sangat lelah sehingga ia memutuskan untuk bolos jam kuliah pagi dan tidur di rumah terlebih dahulu.

×××××

"Kak Axel!" Alena memanggil Axel yang baru saja menyelesaikan jam kuliah paginya.

"Hai Alena"

"Kak, liat Kak Je enggak?"

"Je? Dia ga masuk kuliah. Lo udah coba chat dia?"

"Udah kak, tapi ga dibales" Tentu saja tidak akan dibalas karena handphone Je mati sampai saat ini.

"Terakhir gue ketemu dia kemarin di rumah sakit. Dia nungguin Gisca bareng sama Gio"

"Kak Gisca sakit?"

"Iya sakit tifus. Tuh Gio" Axel melihat Gio lewat "Gio sini!"

Gio mendekati Axel dan Alena.

"Je kemana? Lo nungguin Gisca bareng sama Je, kan?"

"Iya. Tapi gue pulang duluan. Ada apa?"

"Ini si Alena nanyain Je katanya Je ga bisa dihubungi"

"Handphonenya mati kali. Paling nanti juga muncul sendiri. Lo habis dari mana, Xel?"

"Gue habis ada kelas. Lo pikir gue ngapain berkeliaran di kampus kalau ga ada kuliah"

"Kelas? Berarti Je ga kuliah?"

"Kalau dia masuk kuliah ngapain gue tanya sama lo. Babang Gio makin lemot"

Berarti Je berbohong padanya. Pasalnya tadi Je berkata bahwa Je tidak ada kelas. Untuk apa Je berbohong? Atau mungkin sebenarnya Je lupa bahwa ia ada kelas? Gio mengambil handphonenya kemudian menelpon Je. Tapi tidak diangkat.

×××××

Je mengikuti jam kuliah kedua hari ini dan seterusnya sampai jam kuliah berakhir di sore hari. Setelahnya Je berencana pergi ke rumah sakit lagi untuk menemani Gisca.

"Lo ikut futsal, kan?" Tanya Axel pada Je.

"Futsal? Kapan?"

"Nanti malam jam 7. Lo ga liat grup?" Kelas perminyakan mempunyai grup khusus yang semua anggotanya laki-laki. Disana mereka membicarakan tentang futsal dan hal-hal lain yang pastinya tidak ingin diketahui oleh perempuan.

"Gak deh"

Axel terkejut mendengar jawaban Je. Pertama kalinya dalam seumur hidup Axel mengenal Je, Je menolak futsal.

"Serius?? Lo mau kemana??"

"Mau ke rumah sakitlah nungguin Gisca, mau kemana lagi emangnya?"

"Wow! Pertama kalinya gue dengar Je menolak futsal demi Gisca"

"Ga usah lebay lo, Gisca kan lagi sakit. Lo tahu sendiri nyokapnya harus nemenin bokapnya yang sakit juga"

"Iya sih, tapi kan lo bisa utus Manda untuk temenin Gisca. Rencananya setelah futsal gue juga mau kesana sama Manda. Lo futsal dulu aja"

"Ga ah, gue ga tenang. Gue duluan" Je langsung pergi meninggalkan Axel yang terheran-heran dengan sifat Je. Tak lama kemudian Axel berpapasan lagi dengan Alena.

"Kak Axel, Kak Je mana? Jam siang dia masuk kuliah?"

"Je baru aja-" Axel bingung sendiri harus menjawab apa.

"Baru apa, Kak?"

"-baru aja pulang. Emang chat lo belum dibalas?"

Alena menggeleng. Mendengar hal itu membuat Axel yakin dan menyimpulkan bahwa Je mempunyai perasaan luar biasa dengan Gisca karena Je sudah mengabaikan Alena juga futsal.

*******

Udah up!!!!
Lanjut??
Vote dan commentnya ditungguuu

30 JAN 2018

Continue Reading

You'll Also Like

93.5K 6.6K 11
Tahun ini usia Katrina genap 26 tahun. Dan dalam jangka waktu setahun kemarin, sudah ada dua pria yang berani datang ke rumahnya. Bermaksud melamarny...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.2M 245K 30
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
189K 13.4K 43
Antara masa lalu dan masa depan. Siapakah yang akan menjadi pemenangnya? Highrank! #12 in segitiga 24/03/2023 #5 in segitiga 18/05/2023 #2 in realtio...
4.2K 1K 41
[Romance - Comedy] Heera Diatmika dan Darrel Aileen tengah bersaing, Heera memiliki kafe Boba, sementara Darrel memiliki restoran seblak. Mereka sela...