JOMBLO!

By pastavocado

178K 8.7K 297

Kriteria pacar idaman Jevin: 1. Warna rambut hitam alami 2. Jago masak 3. Feminim tapi ga centil 4. Minimal 3... More

Prolog
J chapter 1 - cup
J chapter 2 - cocoknya pake miniset
J chapter 3 - pacaran sepihak
J chapter 4 - pantesan disebut playboy
J chapter 5 - gengsi jadi dusta
J chapter 6 - my one one two
J chapter 7 - homo?
J chapter 8 - gio oh gio
J chapter 9 - kangen sepihak
J chapter 10 - cendol? Eh chanyeol?
J chapter 11 - edelweiss
J chapter 12 - team je vs team gio
J chapter 13 - kecap dan mentega
J chapter 14 - truth or die
J chapter 15 - alena
J chapter 16 - zzz
J chapter 17 - kencan?
J chapter 18 - ruang sendiri
J chapter 19 - pacaran
J chapter 20 - intuisi
J chapter 22 - tunangan
J chapter 23 - sakit
J chapter 24 - demi gisca
J chapter 25 - sutup
J chapter 26 - i need you
Epilog

J chapter 21 - tercyduk

3.6K 218 11
By pastavocado

Setelah menyelesaikan kelas Mata Kuliah Hukum Organisasi Perusahaan, Gisca terburu-buru melangkah melewati koridor kampus yang ramai oleh lalu-lalang mahasiswa. Ia terburu-buru menuju ruangan sekretariat Fakultas Hukum untuk menanyai perihal kehadirannya yang sudah absen tiga kali, padahal ia belum mengambil jatahnya sama sekali pada mata kuliah itu dan bisa dipastikan ia selalu menandatangani daftar hadir saat kuliah.

Di kampus Gisca, setiap mata kuliah memiliki kesempatan tidak hadir sebanyak tiga kali dalam satu semester. Jika mahasiswa tidak hadir melebihi tiga kali, maka mahasiswa tersebut akan terkena cekal sehingga tidak bisa mengikuti UTS juga UAS. Gisca mendapatkan peringatan dari dosennya bahwa jika ia masih ingin mengikuti UTS ia sudah tidak dapat lagi mengambil jatah, karena jatahnya sudah habis. Gisca yang merasa selalu menghadiri kelas perkuliahan memilih untuk langsung mendatangi sekretariat karena ia yakin pasti ada kesalahan teknis. Walaupun sebenarnya Gisca bisa saja menitip absen pada temannya jika ia ingin membolos di kemudian hari.

Ketika Gisca tiba di tangga lantai 2, Gisca melihat ada segerombolan manusia yang ia kenal. Ada Je, Gio, dan Axel sedang mengobrol santai menyandar di pagar pembatas.

"Eh Gisca, mau kemana?" Gio menyadari kehadiran Gisca terlebih dahulu kemudian langsung menyapanya.

"Mau ke sekret"

"Ngapain?"

"Mau urus absen, kayaknya sekret salah rekap. Masa absen gue udah bolong tiga? Padahal gue selalu hadir dan ga pernah lupa isi absen"

"Kirain lo mau urus cekal" Je menertawai Gisca.

"Nyaris kena cekal hahaha bandel sih lo" Sekarang Axel yang menimpali candaan Je sambil tertawa.

Bertepatan dengan saat itu Alena melintas dihadapan keempat orang itu dan otomatis Alena yang melihat Je langsung menghampiri Je.

"Kakak!" Alena menyapa Je kemudian mengapit lengan Je dengan tangannya lengkap dengan wajah berseri-seri seperti sepasang kekasih baru pada umumnya.

Melihat Alena datang dan mengapit lengan Je, sontak membuat tiga orang lainnya memasang ekspresi heran dan pembicaraan diantara mereka berempat langsung terhenti yang dilanjutkan dengan menatap Je dan Alena secara bergantian.

Merasa mendapatkan tatapan aneh dari ketiga orang dihadapannya, Alena mengeratkan pelukan lengan Je di tangannya dan dengan suara yang kecil ia memanggil Je.

"Kak..." Suara Alena seolah meminta tolong agar ia bisa keluar dari situasi ini.

"Kenalin aku sama temen-temen Kakak" Alena berbisik pada Je.

Je langsung tersadar dan memperhatikan tatapan ketiga temannya yang seolah-olah meminta penjelasan. Je berdeham, mungkin ini memang saatnya ia mengenalkan Alena pada teman-temannya.

"Kenalin, ini Alena"

"Gio" Alena melepaskan pelukan tangannya pada sebelah lengan Je dan menyalami Gio.

"Axel" Axel dan Alena bersalaman.

Ketika Alena akan bersalaman dengan Gisca, Gisca langsung teringat ini adalah Alena yang meminjaminya sisir beberapa hari yang lalu.

"Alena yang minjemin sisir, ya?" Tanya Gisca.

"Kak Gisca? Iya iya ternyata kita ketemu lagi. Kakak temennya Kak Je ternyata" Seru Alena.

Gio masih belum puas hanya dengan jawaban nama yang diberikan oleh Je.

"Terus?" Gio bertanya.

"Terus apa?" Je malah balik bertanya.

"Dia siapa lo?" Gio merincikan pertanyaannya.

"Dia...eng..." Je melihat Gio, Axel, dan Gisca secara bergantian.

"Dia-" Belum sempat Je menyelesaikan kalimatnya, Alena langsung memotongnya.

"Aku Alena pacarnya Kak Je" Alena memperkenalkan diri dengan semangat.

"HAH?!!" Gio, Axel, dan Gisca memberikan respon yang kompak.

"Serius lo? Kapan jadiannya? Kok gue ga tahu" Axel langsung meminta penjelasan lebih.

"Kemarin" Jawab Je singkat.

"Kemarin? Kemarin paman datang? Kapan PDKTnya? Perasaan lo ga pernah kenalin Alena ke kita-kita. Lo berdua ga mungkin pacaran tanpa PDKT, kan?" Sekarang gantian Gio yang mengintrogasi.

"Beneran kemarin. PDKTnya kira-kira...3 minggu"

"Kakak kakak pada kenapa? Kok kayak ga seneng lihat aku jadi pacarnya Kak Je" Alena yang merasa bukan mendapatkan sorakan cengcengan ala pasangan yang baru saja menyandang status resmi berpacaran merasa sedikit kecewa dengan respon teman-teman Je.

"Eh, bukannya ga suka. Tapi kita kaget" Gio berpikir dalam benaknya. Mengapa Je tidak menceritakan Alena sama sekali, biasanya Je selalu bercerita apa pun yang ia alami. Apalagi urusan perempuan, secara Je sudah lama menjomblo. Proses ia mendapatkan seorang pacar seharusnya ia ceritakan pada sahabatnya.

"Sorry. Gue baru sempat ngenalin Alena sekarang" Situasi ini seolah-olah membuat Je seperti sedang melakukan pengakuan dosa.

Disebrang sana Axel mengerutkan dahinya. Pemikirannya berbeda dengan pemikiran Gio. Axel kira, Je menyukai Gisca seperti analisa yang ia lakukan bersama Manda di Pangandaran saat itu. Tetapi mengapa Je justru berpacaran dengan Alena? Menyadari atmosfer aneh menyelimuti percakapan kali ini, Axel memilih mengucapkan selamat untuk mencairkan suasana.

"Selamat Je dan Alena!" Bukannya mencairkan suasana, perkataan Axel malah mengagetkan teman-temannya.

"Ya. Selamat. Gue ga salah, kan mengucapkan selamat ke kalian berdua?" Mendengarnya Je hanya mengangguk.

Lalu bagaimana dengan Gisca? Sejak beberapa menit yang lalu mengetahui Je berpacaran dengan Alena, Gisca memilih untuk bungkam. Ia bungkam demi meredakan keterkejutan dihatinya. Mengapa rasanya sesak sekali. Rasanya Gisca mendapatkan tusukkan tombak dihatinya. Debaran jantungnya mulai tidak karuan. Saat ini logikanya kalah dengan suasana hatinya yang kalut. Gisca tidak ingin menumpahkan emosi kecewa dan sakitnya disini. Ketika ia menyadari matanya mulai memanas, ia langsung berpamitan pada lingkaran aneh ini.

"Gue duluan, ya" Gisca langsung membalikkan badannya mengarah menuruni tangga yang baru saja ia naiki.

"Mau kemana Ca? Sekret, kan ke arah sana" Gio meneriaki Gisca. Sadar arah sekretariat tujuannya berada di arah sebaliknya, Gisca langsung menghentikan langkahnya.

'Shit! Gue lupa sekret ke arah sana' Gisca merutuki dirinya sendiri yang tidak mungkin membalikkan badannya karena matanya sudah mulai berair.

"Ga jadi. Kucing gue melahirkan" Gisca mengarang asal, kemudian ia langsung menuruni tangga dengan tegesa-gesa.

×××××

Gisca berlari dan berlabuh ke tempat sepi. Tepatnya di bawah tangga di belakang ruangan dosen Fakultas Hukum ia selalu menyendiri tatkala hatinya perih. Ia menangis disitu. Rasanya hatinya retak. Air matanya tumpah tak henti-henti. Gisca terduduk di lantai dengan bersandar di dinding dan menekuk lututnya.

'Sadar Gisca! Je bukan siapa-siapa, kenapa gue harus berharap ke orang yang benar-benar ga menunjukkan hatinya untuk gue. Kenapa gue harus sedih? Gue sadar sejak awal gue ga mungkin sama Je. Gue hanya lolos 1 dari 6 kriterianya. Terus kenapa gue masih berharap?' Sambil merutuki dirinya Gisca menangis terisak.

Di tengah tangisannya Gisca merasakan ada suara langkah kaki yang mendekati dirinya. Ia kira langkah kaki itu hanya numpang lewat saja. Rupanya tidak. Kini pemilik dari kaki itu sudah berdiri di depan Gisca yang sedang terduduk di lantai menenggelamnkan wajahnya.

Menyadari ada seseorang dihadapannya, Gisca menghapus air matanya dan perlahan menatap orang tersebut.

Ketika Gisca menatap wajahnya, Gisca sangat terkejut. Buru-buru ia berdiri dari duduknya.

"Gue tau kucing lo ga melahirkan" Sahut orang tersebut.

Menyadari alasan konyol kucing melahirkan Gisca memilih untuk melanjutkan drama tersebut "Gue baru aja mau pulang. Gue dul-"

"Gue tahu lo ga punya kucing"

Gisca langsung berhenti mematung. Ia menggigit bibirnya menahan agar air matanya tidak keluar lagi.

"Gue tahu lo masih pengen nangis"

Pandangan Gisca mulai kabur oleh air matanya. Lelaki itu mendekat ke arah Gisca dan kembali berdiri dihadapannya.

"Ada gue, Ca. Lo boleh nangis sepuas lo. Ga usah malu. Jangan ditahan"

"Gio..." Gisca manatap Gio lirih. Tangisan Gisca langsung kembali pecah dipelukan Gio.

Saat ini bukan hati Gisca saja yang terluka, tapi juga hati Gio. Hatinya terluka karena ternyata perempuan yang ia cintai menangis di bawah kebahagiaan sahabatnya sendiri. Hati Gio juga terluka karena dengan ini ia mengetahui bahwa perasaan Gisca jelas-jelas bukan untuk dirinya.

*******

Part ini udah aku publish sebenarnya tadi malam tapi tiba-tiba hilang. Sekarang udah ada lagi belum? Kalau hilang lagi aku publish lagi setelah wattpad udah bener2 stabil.

14 JAN 2018

Continue Reading

You'll Also Like

93.5K 6.6K 11
Tahun ini usia Katrina genap 26 tahun. Dan dalam jangka waktu setahun kemarin, sudah ada dua pria yang berani datang ke rumahnya. Bermaksud melamarny...
4.2K 1K 41
[Romance - Comedy] Heera Diatmika dan Darrel Aileen tengah bersaing, Heera memiliki kafe Boba, sementara Darrel memiliki restoran seblak. Mereka sela...
6.2K 680 16
"Jadi, gue harus manggil kakak atau enggak nih?" Tanyanya. "Jangan! Marsha aja." Jawab gue. "Oke, Mars!" Lalu, gue tertawa karena dia memanggil gue d...
22.6K 1.7K 43
"Gue bakal bikin lo suka sama gue setengah mati!" ucap Audrina. "Astaga cewek aneh binti ajaib namanya Nana bikin gue sakit kepala. Dia sempet nyebar...