REALLY?

By Rosidahdivyanka

159K 7.6K 1.5K

Cuek bukan berarti nggak peduli. Cuek bukan berarti nggak sayang. Tapi cuek itu sebagian dari memperhatikan. ... More

chapter 1
chapter 2
chapter 3
Chapter 4
chapter 5
PEMERAN
Chapter 6
Aura & Dito
Chapter 7
Chapter 9
Chapter 10
TheRempong
Chapter 11
Chapter 12
chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
DI FOLLOW YA ^^
Chapter 16 (A)
Chapter 16 (B)
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
INFO
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44

Chapter 8

3.6K 201 11
By Rosidahdivyanka

Selamat membaca..

----------------

Bel masuk baru saja berbunyi, membuat seluruh siswa berbondong-bondong masuk kelas.

Berbeda dengan Aura, saat orang-orang bersiap menerima pelajaran, Aura justru masih melanjutkan obrolannya bersama Safa.

"Riri nggak masuk," Tanyanya pada Safa yang tengah memainkan ponsel.

Aura baru mengetahui pagi tadi bahwa Riri tidak masuk sekolah, seseorang mengantarkan surat izin Riri tadi pagi.

Safa mengganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Yaampun.. Riri kebiasaan deh. Kalo lagi dibutuhin pasti aja nggak masuk. Terus siapa yang nganterin aku tempat Roy??" Aura mulai meng-gerutu.

"Sory Ra gue nggak bisa nemenin lo, soalnya sepulang sekolah nanti gue mau kebogor sama nyokap." Safa berharap Aura bisa memaklumi keadaannya.

"Iya Faa gapapa"

"Lagian lo mau ngapain sih tempat Roy? Nggak ada gunanya tau ga." Komentar Safa.

"Aku kangen sama kak Roy. Dan cara satu-satunya buat ngobatin rasa kangen itu, aku kesana." Ekspresi Aura seketika berubah saat ia mengungkapkan rasa rindunya yang mendalam akan kehadiran Roy.

"Iya deh terserah lo aja." Jawab Safa singkat. Kemudian kembali memainkan ponselnya.

Obrolan mereka segera terhenti, saat mereka mengetahui kedatangan Bu Eka - guru Bahasa Arab nya.

Semua siswa segera duduk ditempatnya masing-masing. Begitu pun Aura dan Safa.

Ada sesuatu yang berbeda dari hari biasanya. Kali ini ia tidak sendiri. Ia membawa seorang anak perempuan berambut pirang bersamanya. Anak itu mengenakan baju seragam yang sama seperti kami.

Aura yang mengetahui kedatangan anak itu, dengan cepat mengajukan pertanyaan ke Safa.

"Faa " Panggilnya lirih. Sangat kecil. Mungkin hanya mereka berdua yang bisa mendengarnya.

Merasa ada seseorang yang tengah memanggilnya, Safa segera menoleh. Menatap Aura dengan tatapan bingung penuh tanda tanya.

"Apaan?" Jawabnya dengan lirih pula - takut obrolan mereka didengar oleh Bu Eka.

"Itu siapa?" Aura mengalihkan pandangannya kearah cewek itu.

"Aheelahh mana gue tau. Baru juga liat." Ketus Safa.

"Mungkin anak baru," Sahut Dina dari arah samping, yang mungkin mendengar percakapan mereka. Membuat Aura dan Safa secara bersamaan seketika menoleh, menatap Dina dengan tatapan serius.

Dina menyengir - menatap Safa dan Aura.

"Soryy. Gue tadi nggak sengaja denger obrolan lo berdua." Katanya kembali menyengir memperlihatkan sederet gigi putihnya.

"Sok tau luu," Sahut Safa.

"Gue kan cuma nebak." Dina membela diri.

"BTW dia cantik yaa. Bakal jadi saingan lo nih Raa." Lanjut Dina yang mulai meledek Aura.

"Gapapa dong kalo ada yang nyaingin. Aku seneng kok," Jawab Aura santai, seolah tak peduli dengan kata-kata yang diucapkan Dina barusan.

Semua perhatian tertuju pada satu orang. Anak yang bersama Bu Eka. Orang-orang menatapnya dengan tatapan beraneka ragam - ada yang menatapnya biasa saja, ada yang menatapnya semeringah -terutama nando playboy kelas kakap, ada pula yang menatapnya sinis.

Kedatangan anak itu dikelas kami hari ini, membuat seisi kelas riuh gempita - seakan terjadi diskon besar-besaran yang hanya berlaku dalam satu jam.

Belum lagi siulan-siulan keras anak cowok dari arah belakang, membuat suasana kelas terasa semakin gaduh.
Anak itu mengarahkan pandangannya kedepan - menatap kami satu persatu. Diikuti senyuman manis dipipinya, membuat siapa saja yang melihat nya akan merasa iri dengan hal itu.

"Pagi anak-anak.." Sapa Bu Eka ramah.

"Pagi buuu," Kompak sekelas menjawabnya.

"Bu, itu siapa?" Reno memulai aksinya. Aksi yang selalu dilakukannya setiap hari - membuat keonaran.

"Cantik uyy," Sahut nando dari arah belakang.

"Iya ndo bener. Saingan berat Aura nih." Jery ikut mengomentari. Kemudian menatap Aura sekilas.

Aura yang merasa namanya baru saja disebut, segera angkat suara

"Ihh kenapa bawa-bawa aku?" Katanya tak terima namanya disebut-sebut. Jery menatapnya sekilas seraya memberikan senyuman tipis kearah Aura- membuat Aura sedikit kesal dibuatnya.

Aura memutar bola matanya malas kemudian kembali mengfokuskan pandangannya kearah cewek itu. Cewek itu sekarang berdiri tepat disamping Bu Eka.

" Udah-udah diem!" Bu Eka dengan sabarnya berusaha mengkondisikan suasana yang kini terasa semakin berisik. Mendengar perintah Bu Eka, seketika seisi kelas menjadi hening. Tak bersuara.

Setelah suasana kelas berhasil dikondisikannya, Bu Eka kembali melanjutkan kata-katanya.

"Hari ini kelas kalian kedatangan murid baru. Namanya Lissa," Bu Eka memberitau semua muridnya seraya mengarahkan pandangannya kearah Lissa.

Lisa membalasnya dengan senyuman tipis.

"Hai Lissaaa.." Boby melambaikan tangan kearah Lissa. Diikuti Nando dan Andra.

"Hai lissa.." Lanjut Devo.

"Hai lissaa.." Kevin tak mau kalah.

"Kevinn!!!" Teriak Bu Eka yang telah habis kesabarannya - seraya menatap Kevin penuh amarah.

"Kok cuma saya sih bu yang kena marah?? Kan yang nyapa Lissa banyak." Protes Kevin yang tak terima dengan sikap yang diberikan Bu Eka barusan.

"Jangan banyak protes! Kalo kamu keberatan dengan kata-kata ibu tadi, kamu bisa keluar sekarang.!!" Tegas Bu Eka kesal.

"Iya buu maaf." Kevin pasrah, meskipun dalam hatinya masih tersimpan kekesalan yang mendalam.

"Lissa sekarang kamu bisa lanjutin," Bu Eka memberi intruksi pada Lissa. Dengan cepat Lissa mengikuti intruksi yang baru saja diberikan Bu Eka.

Lissa maju selangkah dari posisinya semula.

"Hai semuanyaa.." Sapa Lissa ramah.

"Hai.." Kompak seisi kelas menjawabnya. Nando yang terdengar paling keras.

"Kenalin nama aku Lissa Syafira Carellina. Kalian bisa panggil aku Lissa. Aku pindahan dari Bali. Aku pindah karna papa ku pindah kerja. Mungkin itu aja yang bisa aku kasih tau ke kalian. Untuk pertanyaan lainnya kalian nanti bisa tanya aku.
Salam kenal yaa buat kalian semua.." Kata Lissa memperkenalkan diri -sebelum akhirnya menyelesaikan kalimatnya.

Aura terus memperhatikan Lissa. Ia mengakui bahwa Lissa adalah wanita yang cantik berkulit putih, memiliki hidung yang mancung, ditambah rambut pirang yang panjang membuat Lissa terlihat semakin cantik.

Setelah Lissa selesai memperkenalkan diri, Bu Eka segera memintanya untuk segera duduk.

"Lissa, sekarang kamu bisa duduk disana. " Bu Eka menunjuk kearah Aura.

Mata Lissa mengikuti arah jari telunjuk Bu Eka. Setelah mengetahui tempat duduknya, tanpa berfikir panjang ia segera berjalan menuju kursi yang berada tepat disamping Aura.

Ia sempat menatap Aura sekilas seraya memberikan senyum manisnya. Lissa duduj disamping Aura. Dikeluarkannya beberapa buku dati dalam tasnya - sesuai mata pelajaran hari ini.

"Hai saa," Sapa Aura pada Lissa yang tengah sibuk mengeluarkan buku-bukunya.

"Haii..nama lo siapa?" Tanya Lissa dengan ramah.

"Aura Dianry Faranisa. Kamu bisa panggil Aura," Aura memperkenalkan diri.

"Oookee," Katanya singkat kemudian kembali mengfokuskan dirinya pada buku-buku itu yang kini berhasil dikeluarkannya dari dalam tas.

"Kamu tinggal dimana?" Tanya Aura kedua kalinya.

"Nggak jauh kok dari sini. Kapan-kapan main yaa," Ajak Lissa.

"Iyaa deh. Nanti kalo sempet."

"Kalo rumah lo dimana?" Tanyanya kembali.

"Nggak jauh juga kok dari sini. Pulang sekolah kerumah yok." Ajak Aura pula.

"Lain kali aja deh. Soalnya nanti gue pulang sekolah ada urusan," Jelasnya.

"Oo..gitu. Oke deh."

Obrolan keduanya segera terhenti setelah Bu Eka memulai pelajarannya. Baik Aura maupun Lissa dengan serius memperhatikan setiap kata yang dijelaskan Bu Eka.

---------------

Sepulang sekolah.

Aura duduk dipos satpam sendirian. Kali ini tidak ada seorang pun yang menemaninya menunggu jemputan. Riri tidak masuk sekolah, Safa baru saja dijemput, sedangkan teman barunya - Lissa sudah pulang lebih dulu karna ada urusan.

Aura menatap jam tangannya dengan penuh kekesalan. Entah sudah berapa lama ia menunggu mama disana, tapi mama tak kunjung datang pula. Rasanya kaki itu sudah lelah, beberapa kali berdiri melihat kearah jalan.

Suasana sekolah sudah sepi. Tak ada seorang pun disana, kecuali Aura - yang menambah kebosanannya siang itu. Rasa lapar yang tiba-tiba melanda perutnya membuatnya semakin tidak sabar menunggu.

"Yaampunn..mama kemana sih? Kenapa belum jemput?," Gerutu Aura kesal seraya kembali melihat kearah jalan, berharap mama-nya segera datang.

"Daripada nunggu kelamaan, memding bareng gue." Terdengar suara seseorang dari arah samping membuat Aura menoleh dan melihat Dito berada tepat di samping kirinya - Tengah menatap Aura seraya tersenyum.

"Dito. Kamu ngapain disini?" Tanya Aura.

"Jemput pacar," Jawabnya santai.

Aura hanya melirik Dito, tanpa merespon kata-katanya barusan.
Dito yang terbiasa dengan sikap Aura yang cuek, hanya membiarkannya saja - tanpa mengomentarinya sedikitpun.

"Pulang bareng yukk," Ajak Dito.

Aura yang merasakan perutnya semakin terasa lapar, tanpa berfikir panjang segera manyetujui ajakan Dito.

"Iyaa deh aku mau." Jawabnya tanpa basa-basi.

"Tumben nggak perlu dipaksa." Dito mulai meledek Aura. Wajar saja Dito mengajukan pertanyaan seperti ini. Tidak biasanya Aura menerima ajakan nya dengan cepat, tanpa susah payah memaksanya terlebih dulu.Perubahan yang dilakukan Aura membuat Dito sedikit terkejut.

"Apa dia udah mulai suka sama gue?" Pertanyaan itu sempat melintasi pikiran Dito.

Namun hanya berlangsung selama dua detik, karna detik berikutnya Dito baru sadar bahwa kemarin Aura baru saja mengakui sebenarnya dirinya belum bisa melupakan mantannya. Dan hari ini ia sudah berfikir bahwa Aura mulai menyukainya. Ini mustahil. Dito sadar diri tak kan secepat itu Aura menyukainya.

"Kok bengong?" Aura membangunkan lamunan Dito.

"Eee gapapa."

"Udah yuk pulang." Ajak Aura.

Dito segera mengiyakan kata-kata Aura. Kemudian berjalan menuju mobil. Diikuti Aura.

---------------

Dito yang baru saja melangkahkan kaki masuk kedalam rumah, tiba-tiba dikejutkan dengan keberadaan kakak nya yang kini tengah duduk di ruang tamu.

"Kak lo pulang ?" Dito menghampiri kakaknya yang tengah asik menonton televisi.

"Bukannya tanya kabar dulu. Kebiasaannya nggak berubah." Jawabnya pada Dito.

"Hehe..abis gue kaget liat lo disini." Lanjut Dito.

"Iya gue pulang. Tapi cuma dua hari. Kenapa? Lo kangen?" Ledeknya.

"Ihh kagak. Ogah banget gue ngangenin lo." Balas Dito.

"Gue beliin sesuatu tu buat lo." Katanya seraya menunjuk kearah koper berwarna hitam.

"Seriuss?? Apaan?" Tanya Dito dengan semangat.

"Giliran oleh-oleh aja lo cepet."

"Aheelahh gitu aja ngambek. Gue cuma becanda. Sebenernya gue tu kangen sama lo. Sumpah." Dito meyakinkan kakaknya.

"Oo gitu."

"Eh BTW Ola mana?" Tanya Dito yang menyadari ketidak beradaan Ola disana.

"Dia di sono lah. Kagak ikut. "

" Sumpah! Gue kangen banget sama dia. Dia titip salam ga buat gue,?" Dito melanjutkan pertanyaannya.

"Ga,"

"Awas tu anak kalo ketemu. Bakal gue unyeng-unyeng." Kata Dito kesal.

"Serah lo. Kalo lo berani," Ejeknya.

"Ngeremehin gue lo." Dito berhenti sejenak kemudian melanjutkannya lagi. "Udah ah gue ganti baju dulu. Ntar gue balik lagi kesini," Kata Dito kemudian berlalu meninggalkan kakaknya sendirian.

---------------

[WhatsApp ]

Dito: Raa

Aura: Iyaa

Dito: Lo lagi apa?
Gue ganggu ga?

(Ganggu sih sebenenya. Tapi aku lagi nggak ada temen chat. Jadi gapapa deh.)

Aura: Lagi baca buku aja.
Nggak kok. Kenapa?

(Yaampunnn demi apa Aura ga banyak alesan lagi?)

Dito: Oo bagus deh kalo gitu.
Lo mau ga nanti sore temenin
Temenin gue?

Aura: Kemana?

Dito: Makan.

Aura: Makan lagi?
Emang mama kamu ga masak?

Dito: Nggak.

Aura: Yaudah kamu makan aja sendiri.
Aku lagi mager.

Dito: Kamu mah gitu. Mager terus
Terus kalo diajakin makan.
Bilang aja ga mau. Beres kan.

Aura: Marah?

Dito: Menurut lo gimana?

Aura: Bodo deh terserah kamu aja
Kalo mau marah.

Dito: Tu kan gitu.

Aura: Iyaa terserah.

Dito: Hemm

Mereka mengakhiri percakapan.
Aura kembali melanjutkan aktivitas awalnya yaitu membaca buku. Sedangkan Dito turun kelantai bawah untuk menemui kakaknya.

--------------

Dua minggu setelah Aura dan Dito resmi berpacaran.

------------------

Ada yang penasaran sama dua minggu kemudian setelah Aura dan Dito resmi berpacaran???

SALAMSAYANG,
OCHI🐮🐮🐮











Continue Reading

You'll Also Like

13.8K 3.6K 108
[END, PROSES REVISI] Love, sad, humor, dan konspirasi berkumpul di sini. Pertemuan singkat nan konyol yang dialami oleh lelaki dingin dan gadis meny...
7.5K 168 13
Cinta adalah pengorbanan namun bagaimana ketika pengorbanan mu tak di hargai? Cinta adalah perjuangan namun bagaimana ketika perjuangan mu di balas d...
257K 10.2K 43
Andai aku bisa meminta satu permintaan maka aku akan meminta supaya waktu berhenti ketika kita bersama ~Salsa Khairana Al-Bar Kamu adalah perempuan y...
2.3M 122K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...