REALLY?

By Rosidahdivyanka

159K 7.6K 1.5K

Cuek bukan berarti nggak peduli. Cuek bukan berarti nggak sayang. Tapi cuek itu sebagian dari memperhatikan. ... More

chapter 1
chapter 2
chapter 3
Chapter 4
chapter 5
PEMERAN
Chapter 6
Aura & Dito
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
TheRempong
Chapter 11
Chapter 12
chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
DI FOLLOW YA ^^
Chapter 16 (A)
Chapter 16 (B)
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
INFO
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44

Chapter 7

3.7K 232 34
By Rosidahdivyanka

Aura terus mengejar Dito, yang kini sudah semakin menjauh darinya. Sesekali ia berhenti sejenak, untuk melepas penat seraya mengatur pernafasannya.

Setelah merasa bahwa pernafasannya sudah mulai membaik, Aura kembali melanjutkan larinya.

Kini tubuh Dito sudah mulai terlihat-membuatnya sedikit tenang.

"Ditooo..." Teriak Aura dari kejauhan seraya terus berlari mendekatinya.

Dito menoleh.

"Ditt, tungguuu!" Aura kembali berteriak.

Dito yang mendengar itu, segera menghentikan jalannya. Ditunggunya Aura dengan sabar seraya terus menatapnya.

"Lo nggak usah lari. Gue tunggu kok." Dito dengan ikut berteriak.

Aura menghampiri Dito dengan nada terengah-engah.

" Sumpah dit..capek banget. Abis rasanya nafas ku." Aura mengeluh.

"Siapa suruh lo lari? Tadi gue udah ajak lo jalan, tapi lo nggak mau. Dan sekarang lo pasti lebih capek. Karna lo lari. Ya kan??. Coba aja tadi lo nurut dan nggak keras kepala, nafas lo pasti masih normal. Nggak sesek kayak sekarang." Dito manceramahi Aura.

"Iya-iyaa!" Jawab Aura lugas.

"Yaudah ayok jalan!" Ajak Dito kemudian berbalik.

Suasana jalan terlihat sangat sepi, tak ada satupun kendaraan yang melintasi jalan itu. Ditengah kesepian jalan, Aura dan Dito terus melanjutkan jalannya.

Langit terlihat sangat gelap, seperti akan turun hujan. Dan benar saja, selang beberapa menit hujan turun. Aura dan Dito menghentikan jalannya dan memilih untuk berteduh didepan sebuah ruko yang berwarna hijau.

1 menit berlalu.....

2 menit berlalu.......

3 menit berlalu......

Hujan tak kunjung reda. Aura dan Dito masih setia menunggu. Dito terus memperhatikan hujan yang tak kunjung reda. Sementara Aura sibuk memperhatikan jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul22.35. Tapi hujan tak kunjung reda.

Pikirannya semakin khawatir menatap setiap detik waktu yang berjalan. Hanya satu yang Aura inginkan malam ini, mama tidak memarahinya karna keterlambatan pulang.

" yaallah semoga mama ngerti! "Batinnya.

Dito melemparkan tatapan bingung kearah Aura.

" Lo kenapa Ra? Kedinginan?? Dari tadi diem aja" Kata Dito yang memperhatikan setiap gerak-gerik Aura.

"Nggak kok"

Dito melepas jaketnya kemudian memberikan jaket yang berwarna hitam itu ke Aura.

"Nii lo pake." Katanya seraya memberikan jaket itu.

". Buat apa??" Tanya Aura.

"Buat dipake lah. Masak diobral." Jawabnya asal.

"Nggak ah males." Katanya menolak.

"Udah, pake aja. Lo tu kedinginan. Ya kan??" Tebak Dito.

"Nggak tu, aku nggak kedinginan. Mungkin kamu yang kedinginan. Jadi jangan sok dukun."

"Yaudah kalo lo nggak kedinginan,yang penting lo pake aja jaket nya." Katanya kemudian menyerahkan jaket itu lagi

"Dit, kalo aku bilang nggak mau tu nggak mau!! Jangan maksaaa!!" Aura mempertegas kata-katanya.

Tanpa mendengarkan kata-kata yang batu saja di ucapkan Aura, Dito segera mengenakan jaket itu di tubuh Aura. Dipasangkannya jaket itu dengan sangat rapat.

"Dit, apaan sihh?? Aku kan udah bilang, aku nggak mau." Katanya seraya berusaha melepaskan jaket itu.

"Udah pake aja!" Dito menahan Aura untuk melepaskan jaket.

"Dit---" Belum sempat Aura menyelesaikan kata-katanya, Dito sudah lebih dulu memotong.

"Apa susahnya sih cuma make jaket doang??" Tanyanya kesal.

Melihat ekspresi yang diberikan Dito, Aura tidak berani menolaknya. Selain itu, ia juga berfikir bahwa ini percuma. Hanya akan membuang waktu saja.

***

Aura dan Dito masih berdiri didepan ruko. Kini hujan sudah mulai reda, membuat keduanya sedikit lega.

"Mau jalan sekarang apa nanti??" Tanya Dito.

"Sekarang aja. Udah malem soalnya." Jawab Aura tanpa basa-basi.

"Yaudah ayookk" Katanya kemudian berjalan mendahului.

"Tunggu! Licin lantainya." Pinta Aura seraya berjalan dengan sangat hati-hati.

"Iyaa pelan-pela---" Belum selesai Dito berbicara, tiba-tiba....

Bruuukkkk...

Aura terjatuh.

"Aduhh..sakittt...." Aura mengaduh seraya memegangi kakinya.

Dengan cepat Dito menghampiri Aura. Dilihatnya kaki Aura dengan saksama. Yang kini mulai memerah.

"Lo nggak papa Raa? Mana yang sakit??" Tanya Dito cemas seraya memegang kaki Aura.

"Sakit ditt..." Katanya menangis.

"Bagian mana yang sakit?" Tanyanya lagi.

"Ini." Jawabnya seraya menunjuk bagian pergelangan kaki.

Dengan cepat Dito memeriksa bagian itu. Diperhatikannya bagian itu dengan baik, seraya memijatnya.

"Awwww, sakittt Ditt. Pelan-pelan!" Katanya berteriak.

"Jangan teriak-teriak. Pecah telinga gueee.." Katanya yang juga berteriak.

"Maaf. Abisnya kamu megangnya nggak dengan hati." Protes Aura.

"Coba lo tegak!" Perintah Dito.

Aura mengikuti kata-kata Dito.
Ia mencoba untuk berdiri dengan bantuan Dito. Tapi usaha nya itu sia-sia. Bukannya kembali normal dan bisa berdiri, kondisi kakinya malah semakin memburuk.

"Ditt tambah sakitt... Kamu apain kaki aku??" Tanya Aura marah.

"Masa sih? Gue nggak ngapa-apain kaki lo kok." Katanya membela diri.

"Tapi nambah sakitt." Rengek nya.

"Lo bisa jalan?" Tanya Dito.

"Ya nggak bisaalaahh...pake tanya." Jawab Aura kesal .

"Nyantai Raa. Gue cuma tanya."

"Jadi sekarang gimana? " Tanya Aura.

"Lo beneran nggak bisa jalan?" Tanya Dito kurang yakin.

"Yaiyalahhh buat apa aku boong. Aneh kamu." Aura semakin kesal.

"Lo mau gue gendong??" Tanya Dito ragu.

"Nggak mau lahh. Modus kamu. Cari kesempatan dalam kesempitan." Seru Aura.

"Sumpah! Gue nggak bermaksud gitu. Gue cuma mau bantu lo doang. Masa lo nggak percaya sama gue." Katanya meyakinkan Aura.

"Ya nggak lah. Aku nggak akan percaya sama kamu. Modus doang." Jelas Aura.

" Yaudah kalo gitu. Jadi sekarang gimana??" Dito kembali bertanya

"Bantu aku berdiri. Pegangin lengan aku. Jangan modus!" Tegas Aura.

"Iya iyaa." Jawab Dito singkat kemudian segera membantu Aura untuk berdiri.

Dipegangnya lengan Aura perlahan. Dan sangat hati-hati - - takut jika nanti Aura mengomel.

Setelah berhasil membantu Aura berdiri, Dito segera memegang erat lengan Aura agar tidak terlepas dan membuatnya terjatuh.

"Ingett jangan modus. Awas kalo modus" Ancam Aura.

"Iya iyaa bawel banget loo.." Protes Dito kesal.

Aura tersenyum samar mendengarnya

" Kenapa nasib aku sial banget sih kalo sama kamu?" Gerutu Aura.

"Emang nasib lo aja yang selalu sial. Bukan karna lo lagi sama gue. Jadi jangan bawa-bawa gue." Dito berbicara, namun matanya terus menatap Aura.

"Biasa aja ngeliatinnya!!" Protes Aura yang menyadari Dito tengah memperhatikannya.

"Suka-suka gue dongg..mata-mata gue." Jawab Dito.

Aura tidak membalas kata-kata Dito. Ia memilih untuk diam.

"Raa gimana soal yang tadi pagi? Udah lo pikirin??" Tanya Dito penasaran.

"Soal apa??" Aura balik bertanya.

"Itu, yang tadi pagi kita lagi macet ditengah jalan."

" Yang tadi macet??" Tanya Aura yang belum memahami maksud Dito.

"Itu yang tadi pagi kita ditaman" Dito berusaha menjelaskan.

"Ihhh to the point aja sihh! pusing tau nggak...!" Kata Aura yang tidak bisa memahami kata-kataDito.

"Ihhh lo jadi cewek bloon banget sihh.." Kata Dito kesal.

"Lupa tau. Jadi langsung aja. Jangan berbelit-belit."

"Gimana soal yang tadi pagi? Gue kan nembak lo, naaa lo udah mikirinnya belum??" Kata Dito sejelas-jelasnya.

"Eeee" Aura tidak melanjutkannya lagi.

"Kenapa??" Tanya Dito penasaran.

"Dit aku udah mikirinnya baik-baik, dan aku akan nfasih jawabannya sekarang. Tapi, sebelum aku kasih tau ke kamu apa jawabannya, aku boleh ngakuin sesuatu nggak sama kamu??" Kata Aura yang tiba-tiba berubah ekspresi.

Ekspresi-nya kali ini berbeda dari ekspresi-ekspresi yang lalu. Aura tidak pernah menunjukkan ekspresi ini ke Dito sebelumnya.

Dito terdiam dibuatnya.

"Woyy jangan bengongg.." Teriak Aura tepat ditelinga Dito, membuat Dito seketika terkejut.

"Iyaa lo ngomong aja. Gue bakal dengerin kok." Jawab Dito yang masih menatap Aura heran.

"Ditt..setahun yang lalu aku pernah pacaran sama kakak kelas. Dia kelas 11 sedangkan aku waktu itu kelas 10. Dia pacar pertama ku." Kata Aura kemudian melanjutkannya lagi.

"Kami pacaran tujuh bulan. Dan kami bukan hanya sekedar pacaran aja, hubungan kami lebih dari itu, dia ngasih perhatian lebih ke aku, dia selalu ngebuat aku ketawa, walaupun kami sering berantem." Aura berhenti sejenak.

Dito masih setia mendengarkan.

" Tapi, setelah tujuh bulan kami pacaran, dia tiba-tiba pergi gitu aja. Dia ninggalin aku sendiri. Benar-benar sendiri. Dan sampek sekarang aku masih belum bisa move on dari dia." Kata Aura kemudian menghentikan kata-katanya. Tanpa disadari, Aura meneteskan air mata. Hangat nya air mata membasahi pipinya.

"Raa maafin gue yaa..gue nggak bermaksud gitu." Kata Dito seraya menatap Aura yang tengah menangis.

"Kamu nggak salah kok. Aku nangis bukan karna kamu, aku keinget aja sama dia. Aku kangen banget sama dia. Aku harap kamu ngerti yaa." Pinta Aura.

Dito menggangguk paham.

Aura mengusap air matanya. Menatap Dito dengan serius.

"Dan sekarang aku akan ngasih kamu jawaban dari pertanyaan tadi." Kata Aura.

"Kalo lo belum siap juga nggak papa Raa. Jangan dipaksain." Dito mengingatkan Aura.

"Nggak kok, aku nggak papa." Aura berusaha tegar.

"Ditt gue mau jadi pacar lo" Kata Aura gugup.

Mendengar jawaban Aura, Dito terkejut. Matanya tidak berhenti menatap Aura.

"Seriusss??" Tanya Dito tidak percaya dengan kata-kata yang baru saja diberikan Aura.

"Iyaa aku serius." Jawab Aura lugas.

"Secepet ini???" Dito masih tidak percaya.

Aura mengganggukkan kepala.

"Makasih Ra.." Kata Dito girang. Sampai ia hampir saja menjatuhkan Aura dari pegangannya.

"Biasa aja dong. Hampir aja aku jatohh..". Ucapa Aura.

" Maaf, efek jatuh cintaaa" Ledek Dito.

"Mulai lebayyy..." Balas Aura.

"Yang lebay juga gue, kenapa lo yang sewot??"

"Tapi nggak papa kan kalo aku belum suka sama kamu??". Tanya Aura sekali lagi.

"Sekarang belum. Tapi nanti juga suka.". Jawab Dito dengan percaya dirinya.

" Gituu??" Kata Aura.

"Iyaa"

"Udah ah, Ayo jalan lagi." Ajak Aura.

Tanpa berfikir panjang, Dito segera mengiyakan kata-kata Aura.

***

Beberapa menit kemudian.

Kini mereka berada tepat didepan rumah Aura. Dito mengantarkan Aura sampai didepan pintu.

"Nggak masuk dulu?" Tanya Aura.

"Kapan-kapan aja, soalnya udah malem." Jawab Dito kemudian minta Aura untuk masuk.

"Udah lo masuk aja. Udah malem. Night."

"Iyaa aku masuk dulu yaa..satu lagi. Thanks buat hari ini." Kata Aura kemudian masuk.

"Iyaa" Jawab Dito kemudian bergegas pulang.

Aura memasuki pintu rumah. Suasana rumah sangat sepi. Tak ada satu orang pun disana.

"Mungkin mereka udah pada tidur. Besok aja deh aku kasih tau mama kenapa aku pulang telat." Batin Aura kemudian berniat kekamar nya.

Baru beberapa langkah Aura berjalan, tiba-tiba langkah nya terhenti saat seseorang memanggilnya dari arah belakang.

" Raa"

"Mati dehh kamu Raa..ada mama" Katanya lirih.

Aura menoleh.

Benar saja dugaan Aura, mama berdiri tak jauh dari posisinya.

"Iya maa" Jawab Aura takut.

"Kamu darimana aja??" Tanyanya dengan nada marah.

"Eee makan." Jawabnya gugup.

"Makan??" Mama tidak yakin.

Aura mengganggukkan kepala.

"Makan sampek jam segini??." Mama terlihat semakin marah.

"Iya maa soalnya tadi tu----" Belum sempat Aura menyelesaikan kata-katanya, mama sudah lebih dulu memotongnya.

"Jangan banyak alesan!! Kamu udah tau kan kalo ada batasan buat kamu main malem. Kamu cuma boleh main malem. Sampek jam 22.00 ." Jelas mama dengan nada tinggi.

"Iya maa Ara tau." Jawab Aura lemas.

"Kalo kamu tau kenapa kamu pulang jam segini?? Kamu tau ini jam berapa??" Mama membentak Aura.

Aura semakin takut. Jantung mya berdegup kencang. Untuk kedua kalinya hari ini mama memarahinya.

"Iya maa Ara tau Ara salah. Tadi tu ara pulang jam sepuluh kurang, tapi tiba-tiba ditengah jalan mobil Dito mogok. Jadinya Ara sama Dito harus jalan. Waktu Ara ada dijalan, tiba-tiba ujan turun, Ara sama Dito neduh dulu dipinggir ruko. Naa waktu Ara mau pulang, tiba-tiba Ara kepeleset jadinya Ara jatoh. Kaki Ara keseleo. Ara mau berdiri aja susah. Untung aja Dito bantuin Ara. Makanya Ara pulang nya telat. Maaf yaa maa..." Kata Aura takut.

Mama menatap putrinya itu penuh toleransi. Kemudian melemparkan senyumannya.

"Kok mama senyum?" Tanya Aura bingung.

"Nggak papa. Sekarang kamu tidur, udah malem. Besok kamu kan harus sekolah. Inget jangan diulangin lagi." Mama mengingatkan Aura.

Aura mengganggukkan kepala sebagai jawaban. Kemudian bergegas menuju kamarnya.

"Ara duluan yaa maa good night maa...Ara sayang mama." Katanya kemudian berlalu begitu saja.

Mama hanya tersenyum menatap putrinya itu.

***

Semoga kalian suka bagian ini...
Jangan lupa votement....
Makasih buat yang udah bacaa...
See you in the next chapter

SALAMSAYANG,
OCHI🐮🐮🐮















Continue Reading

You'll Also Like

Nikah?! By Asilviasp

Teen Fiction

13.2K 245 14
Pernah kebayang gak sih? Dijodohin sama orang yang hampir tiap hari berantem sama kalian Bayangin gimana nanti jadinya mereka kalo hampir tiap hari b...
561K 38K 41
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
1.2M 30.1K 33
(READERS YG BAIK PASTI FOLLOW!!) CERITA INI BELUM DIREVISI, JADI MASIH BERANTAKAN. Bagaimana bisa hanya dalam tiga hari Rey berubah dan kembali ke pe...
1.9M 94.6K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...