My Cold Vampire (END)

By kyutsgirl_

2.8M 262K 39.5K

Michaela sangat mencintai kehidupan normal sebagai salah satu gadis remaja di London. Ia selalu bersyukur unt... More

Prolog
Chapter One -AIUEO Boys-
Chapter Two -Tragedy-
Chapter Three -Vampire-
Chapter Four -Terror-
Chapter Five -Terror (2)-
Chapter Six -Walcott Family-
Chapter Seven -New Home-
Chapter Eight -All About Them-
Chapter Nine -My Enemy-
Chapter Ten -Private Room-
Chapter Eleven -Anger-
Chapter Twelve -Power-
Chapter Fourteen -Dating-
Chapter Fifteen -Disappointed-
Chapter Sixteen -Days Without Them-
Chapter Seventeen -Good Night-
Chapter Eighteen -Engagement- (Special POV Michaela)
Chapter Nineteen -Parents-
Chapter Twenty -Laugh-
Chapter Twenty One -I'm Yours-
Chapter Twenty Two -Choice-
Chapter Twenty Three -Gone-
Chapter Twenty Four -I Need You-
Chapter Twenty Five -Leave Me-
Chapter Twenty Six -Fakta Pertama-
Chapter Twenty Seven -Drunk-
Chapter Twenty Eight -Fucking Girl-
Chapter Twenty Nine -Hurt-
Chapter Thirty -New Michaela-
Chapter Thirty One -Hold On-
Chapter Thirty Two -Another Basecamp-
Chapter Thirty Three -My Mate-
Chapter Thirty Four -Hunt-
Chapter Thirty Five -His Past-
Chapter Thirty Six -Another Fact-
Chapter Thirty Seven -The Day-
Chapter Thirty Eight -A Whole New World-
Chapter Thirty Nine -The First Week-
Chapter Forty -Second Week-
Another Chapter -Open Grup Chat Wa-
Chapter Forty One -The Next Week-
Chapter Forty Two -Permintaan Maaf-
Chapter Forty Three -Freedom-
Chapter Fourty Four -Nightmare-
Another Chapter II -Open Grub Chat Wa Ke 2-
Chapter Forty Five -Nightmare (II)-
Chapter Forty Six -Secret Room-
Chapter Forty Seven -Immortal Camp (1)
Chapter Forty Eight -Immortal Camp (2)-
Chapter Forty Nine -Immortal Camp (3)-
Chapter Fifty -Immortal Camp (4)-
Chapter Fifty One -The First Victim-
Chapter Fifty Two -Second Victim-
Chapter Fifty Three -Another Victim-
Chapter Fifty Four -Pelaku Sebenarnya-
Chapter Fifty Five -A Little Battle-
Chapter Fifty Six -Victory-
Chapter Fifty Seven -Snow-
Chapter Fifty Eight -The Curse-
Chapter Fifty Nine -Liana's Home-
Chapter Sixty -Something Different-
Chapter Sixty One -The Monster-
Chapter Sixty Two -Meditation-
Chapter Sixty Three -Gregory-
Chapter Sixty Four -Come Home-
Chapter Sixty Five -Daun yang Gugur-
Chapter Sixty Six -One by One-
Chapter Sixty Seven -Find Out-
Chapter Sixty Eight -Elana Wizzy-
Chapter Sixty Nine -Midnight-
Chapter Seventy -Trust-
Chapter Seventy One -A Deal-
Chapter Seventy Two -Distance-
Chapter Seventy Three -Return of The Heir-
Chapter Seventy Four -The Loyal Servant-
Chapter Seventy Five -Rumah Persembunyian-
Chapter Seventy Six -Chrysanthemum-
Chapter Seventy Seven -Shadow Soldier-
Chapter Seventy Eight -Make a Mess-
Chapter Seventy Nine -Final War-
Chapter Eighty -Final War (2)-
Epilog

Chapter Thirteen -Closer-

47.6K 4.3K 232
By kyutsgirl_

^-^×^-^

Duk

Duk

Duk

Suara dari bola jingga yang menghantam lantai terdengar jelas memecah keheningan malam. Michaela tampak mendribelnya hingga tersisa beberapa langkah di depan ring, sebelum kemudian mengambil ancang-ancang untuk melemparkan bola tersebut.

And shoot!

Tepat sasaran.

Bola kembali terpantul-pantul. Michel pun mengejarnya dan menggiring benda tersebut sambil mengitari lapangan.

Just for information, basket adalah olahraga kegemaran Michel dari segelintir olahraga yang ia sukai.

"Hahhh... Hahh...," deru napas Michel terdengar tidak beraturan.

Sudah hampir dua jam gadis itu bermain di sini. Bulir-bulir keringat pun mengalir deras membasahi tubuhnya. Bahkan kaus yang sekarang melekat di tubuh Michel tampak basah meski angin malam meniupkan hawa dingin.

"Ck. Jika seperti ini, aku pasti harus mandi sebelum tidur."

Meski sedikit menyebalkan, tetapi hal itu dinilai cukup sebanding dengan rasa puas setelah memainkan olahraga kegemarannya tersebut.

Lalu Michel memutuskan untuk beristirahat sejenak. Ia tampak duduk di tengah lapangan dengan tangan yang terus memantulkan bola jingga ke lantai.

Keheningan yang tercipta membuat benak Michel tanpa sadar memikirkan ulang sederet peristiwa yang menimpa hidupnya beberapa hari belakangan. Salah satunya adalah pertunangan yang direncanakan Sang Kepala Keluarga Walcott.

Terhitung sudah seminggu berlalu sejak pembicaraan di ruang kerja Edmund. Namun tidak ada yang berubah. Semua tetap sama. Sosok putra Edmund yang dijodohkan dengan Michel masih memperlakukan gadis itu dengan dingin, sedangkan Michel tidak memiliki keberanian untuk mengajaknya bicara.

Ewh, sucks! Jika begini bukankah lebih baik sosok itu menolak rencana perjodohan mereka?!

Didorong oleh rasa kesal, Michaela sontak melempar bola jingga di tangannya menuju ring. Namun lemparan tersebut keliru. Bola itu malah menabrak pinggiran ring lalu berbalik memantul tepat ke dahi Michel.

"Awh! Sial!" maki Sang Gadis sembari mengusap dahinya yang menjadi korban.

"Bodoh."

Mendengar sahutan yang tidak keluar dari mulutnya, Michel sontak berbalik. Kemudian gadis itu melihat sosok yang menjadi sumber masalah hidupnya sedang berdiri di pinggir lapangan.

Sesaat mereka saling menatap. Lalu lelaki itu melirik singkat dahi Michel.

"Aku tidak bodoh," ketus Sang Gadis.

Esteve memilih diam dan melempar bola jingga yang sekarang ada di tangannya menuju ring.

Shoot! Tepat sasaran!

Lalu ia pun hendak berbalik meninggalkan Michel. Namun di luar kendali, Michel malah berdiri kemudian menahan Esteve dengan memegang tangan lelaki itu.

Michel sendiri tersentak dengan perbuatannya. Tetapi gadis itu lebih terkejut ketika merasakan percik listrik yang merayap di seluruh tubuhnya seiring dengan sentuhan yang terjadi di antara mereka.

"Maaf. Maaf," ujar Michel salah tingkah sembari menjauhkan tangannya.

Esteve masih tidak mengatakan apapun. Seperti biasa, iris hitamnya hanya menatap Michel datar.

Kegugupan menyergap Michel, namun gadis itu tidak ingin kalah. Di lain waktu, situasi seperti ini mungkin tidak akan pernah terjadi lagi.

"Aku hanya ingin bertanya," cicit Michel. "Mengapa kau tidak menolak perjodohan itu?"

"Kau sendiri, mengapa tidak menolaknya?" balas Esteve.

"Kenapa kau bertanya balik? Lagipula aku menerimanya karena tidak ingin kembali membantah orang tuaku. Tetapi jika kau menolak lebih dulu, setidaknya aku tidak akan sulit menjelaskan ini kepada mereka," ujar Michel. "Apalagi menurutku perjodohan ini sangat aneh."

Sesaat ada binar tidak senang di retina gelap Esteve yang membuat Michel tidak mengerti. Memang ada yang salah dari ucapannya?

Kemudian lelaki itu pun menjawab, "sama sepertimu. Aku juga tidak ingin mengecewakan orang tuaku."

Senyum miring yang terlukis di bibir Esteve membuat Michel tergoda untuk mengumpat. Sial! Sebenarnya ini sama saja dengan Esteve membalikkan setiap kata-katanya.

Melihat lelaki itu sudah akan beranjak, Michel lagi-lagi bertanya. "Mengapa kau kelihatan begitu membenciku?"

Di luar dugaan, Sang Putra Keempat Edmund melangkah mendekat hingga benar-benar berdiri di depan Michel. Tangannya tampak bersedekap di dada dengan tatapan terarah penuh pada Michel.

Dammit! Jantung Michel seperti akan lepas dari rongganya.

"Apa aku pernah mengatakan aku membencimu?" tanya Esteve dengan salah satu alis yang terangkat.

For God's sake! Dia sangat tampan!

"Tidak ada seorang pun yang mengutarakan kebenciannya dengan jujur. Hanya saja sikapmu memperlihatkan itu," jelas Michel berusaha tenang.

"Jadi kau berpikir aku membencimu?"

"Iya."

"Terserah."

Sial! Putra Edmund yang satu ini benar-benar tidak berperasaan, batin Michel.

"Mengapa sikapmu seperti ini? Mengapa kau dingin dan menutup diri dariku? Bagaimana perjodohan ini bisa berjalan jika kau tidak membiarkanku masuk dalam hidupmu? Lalu mengapa terkadang kau bersikap peduli kemudian kembali lagi tidak peduli? Apa maumu sebenarnya?" tanya Michel bertubi-tubi.

Sekilas ada perubahan pada raut wajah Esteve. Binar bersalah hadir di manik gelapnya, bercampur dengan sedih serta kemarahan.

Namun hanya sekilas, karena sedetik kemudian semua kembali gelap dan tidak terbaca.

Michel masih menunggu penjelasan keluar dari mulut Esteve. Tetapi setelah detik demi detik berlalu, lelaki itu tetap tidak berniat untuk membuka mulutnya. Malah Esteve mendadak berbalik dan ingin meninggalkan Michel di sana.

"Baiklah! Kita batalkan saja perjodohan konyol ini. Aku juga tidak bisa hidup dengan orang yang bahkan tidak mengharapkan kehadiranku," putus Michaela pada akhirnya.

"Hah! Kenapa pula Papa harus menjodohkanku denganmu dan bukan dengan putranya yang lain. Mereka pasti lebih bisa menerima aku dalam hidupnya," tambah gadis itu lagi.

Di saat Michel berbalik, air mata ikut turun dan membasahi pipinya. Michel benar-benar bingung. Keputusan yang ia ambil malah menyakiti dirinya sendiri.

Di satu sisi, Michel sungguh tidak tahan dengan Esteve. Sikap dingin dan penolakan lelaki itu membuatnya lelah. Namun membayangkan ikatan itu berakhir, Michel juga tidak rela.

"Maaf."

Suara lirih terdengar bersamaan dengan tubuh Michel yang ditarik dari belakang. Perlahan sepasang lengan hadir mengitari pinggang gadis itu dan mendekapnya erat. Michel juga bisa merasakan punggungnya bergesekan langsung dengan dada Esteve yang sama-sama masih terbalut pakaian.

"Jangan menangis karena aku," tutur lelaki itu lagi dengan lembut. Deru napasnya menerpa telinga kanan Michel. Meski menggelitik, tetapi juga terasa nyaman.

Michel sontak berbalik. Ia melingkarkan tangannya pada seputaran pinggang Esteve dan memeluk lelaki itu erat. Dada Esteve dipilih menjadi tempat bersandar dan menangis.

"Kau jahat sekali! Makhluk menyebalkan! Aku membencimu!" Tangan Michel berkali-kali memukul dada lelaki itu. Sedangkan Esteve tetap diam. Ia hanya terus memeluk serta mengelus punggung Michel.

Keheningan berkuasa, namun gadis itu merasa nyaman. Kini kehadirannya seperti dibutuhkan.

Lalu setelah isakan Michel berhenti, Esteve melonggarkan dekapannya dan menangkup wajah gadis itu.

"Jangan paksa aku untuk berubah. Dan ada atau tidaknya perjodohan ini, kau tetap milikku. You're mine. Mengerti?"

Gejolak aneh menguasai perut Michel dan mengirim sensasi geli. Bibirnya kelu untuk bersuara, sehingga yang dapat gadis itu lakukan hanya mengangguk pelan.

"Sekarang pergilah mandi! Keringatmu bau sekali."

Mendengar perintah yang sarat akan ledekan itu membuat ekspresi Michel sontak berubah kecut.

Bastard! Padahal belum ada semenit setelah ucapan manis keluar dari mulutnya!

"Kau!" Ketika Michel siap menghadiahi Esteve dengan pukulan, lelaki itu malah melesat dengan kekuatan vampirnya.

"Sia—mmph,"

Umpatan nyaris saja lolos dari bibir Michel jika sebuah benda kenyal tidak menutup mulutnya dengan lancang.

HELL! Itu bibir Esteve. Lelaki itu mencium Michel.

"Mpph..."

Michaela masih berusaha untuk melepaskan diri di detik-detik awal. Namun usaha gadis itu tidak membuahkan hasil, apalagi ketika lengan Esteve berada di pinggangnya dan menarik tubuhnya merapat.

Geez!

Kontak mata mereka juga tidak dapat terhindarkan dan Michel bisa melihat kilat kemenangan yang hadir di iris gelap Esteve.

Ah, sial!

Kemudian Sang Putra Keempat Edmund melepas kecupan dan dekapannya di pinggang Michel. Ia tampak menunduk dan berbisik tepat di depan bibir Sang Gadis. "Selalu emosional," ledeknya.

"Aku akan memberi hukuman yang sama setiap kali mendengar umpatan keluar dari bibir manis ini," tambah Esteve.

Lalu lelaki itu melesat pergi setelah kembali mengecup singkat bibir Michel.

"Ugh! Breng—," Michaela spontan membekap mulutnya sendiri.

Esteve brengsek!

-*-*-*-

"Hatcii!! Ish..." Entah sudah beberapa kali Michel bersin dan menggosok hidungnya sejak tiba di meja makan. Memalukan memang, tetapi—

"Hatchi!!"

Sungguh ini bukan sesuatu yang dapat Michel kendalikan.

"Kau tidak apa-apa sayang?" tanya Lucy khawatir.

"Tidak apa-apa Ma. Maaf juga karena merusak suasana sarapan kita," ujar Michel merasa bersalah.

"Mama khawatir melihat keadaanmu. Apa kau sudah minum obat?"

Michel mengangguk pelan menjawab pertanyaan Lucy.

"Lagipula bagaimana bisa mendadak kau terserang flu seperti ini Michel?" heran Edmund. Seingat Sang Kepala Keluarga Walcott, gadis itu baik-baik saja ketika mereka terakhir kali bertemu.

Kali ini bukan Michel yang menjawab melainkan Urien. "Tentu saja Dad. Michel bermain basket hingga tengah malam dan aku juga yakin setelah itu dia mandi dengan air dingin."

Penjelasan Urien yang jelas tidak keliru membuat Michel melempar cengiran lebar.

"Astaga Michel! Itu bukan kebiasaan yang baik," nasehat Edmund.

"Baiklah Papa. Hari ini tidak akan lagi," jawabnya.

"Besok-besok juga tidak," sambung Obelix.

Volume suara Michel sontak mengecil, "aku tidak janji."

"Michel!" Sayangnya semua yang berada di meja makan –kecuali Lucy- dapat mendengar gumam-an itu.

"Bagaimana jika tidak perlu ke sekolah hari ini?" tawar Lucy.

Mendengar tawaran Sang Nyonya Walcott, iris cokelat Michel sontak berbinar. "Bolehkah?"

"Tidak."

Jawaban tersebut bukan berasal dari seseorang yang duduk di meja makan, melainkan sosok yang baru saja akan bergabung di sana.

"Seharusnya kau sudah tahu risiko dari apa yang kau lakukan," tutur sosok itu lagi tanpa rasa kasihan.

Kehadiran Esteve diikuti dengan kalimat dinginnya sontak membuat rengut hadir di wajah Michel.

Menyebalkan! Pasti sikap manisnya semalam hanya mimpi, batin gadis itu.

Kemudian suara tarikan kursi terdengar tepat di sebelah Michel.

"Tumben sekali bergabung di meja makan. Biasanya kau akan langsung berangkat," heran Ireneo.

"Astaga Ireneo, kau mengajukan pertanyaan yang tidak perlu dijawab. Tentu saja ia menunggu tunangannya. Oh maksudku, calon tunangannya," sambar Urien.

Semburat merah seketika hadir di pipi Michel.

"Diamlah," titah Esteve dingin. Akan tetapi saudara-saudaranya itu malah tertawa kian lebar.

"Urien. Ireneo. Hentikan," peringat Alaric.

"Aku hanya mengatakan kebenaran Al. Untuk apa Esteve duduk di sini? Dia juga tidak akan makan, bukan?" jelas Urien.

For God's sake, tolong jangan memancing kemarahan Esteve! Michel sudah senang bila lelaki itu memang menunggunya. Dan akan sangat mengecewakan jika mendadak Esteve berubah pikiran.

Kreet!

Lagi-lagi suara kaki kursi yang beradu dengan lantai terdengar. Bersamaan dengan itu, Michel bisa merasakan makhluk yang tadi duduk di sampingnya mulai beranjak.

"Kemana kau akan pergi Esteve?" tanya Alaric.

"Kau akan meninggalkan Michel sendiri?" timpal Ireneo.

Kali ini, langkah Esteve terhenti. Kemudian lelaki itu berujar dengan nada dingin, "dia punya kaki untuk berangkat sendiri."

Sial! Esteve memang paling bisa mencabik-cabik perasaan Michel.

Untuk sejenak Michel masih mencoba abai dengan celotehan mereka dan hanya fokus pada sarapannya.

"Ugh!" Urien berseru sambil memegang dadanya seolah sedang memperagakan adegan terluka.

Ireneo turut menggeleng sembari berdecak. "Itu sadis sekali."

Merasa tidak mau kalah, Michel pun berseru, "aku juga tidak berniat berangkat dengannya. Aku ingin berangkat dengan Obelix saja."

Lalu dengan pandangan yang tertuju pada Si Bungsu, Michel memohon, "aku bersamamu ya?"

Mengedikkan bahunya, Obelix menjawab, "terserah."

Yeay! Lihat bukan? Michel tidak harus bergantung pada Esteve. Huh!

"Uh... Aku harap seseorang tidak segera meledak," ejek Urien.

Esteve sendiri tidak lagi menanggapi dan benar-benar meninggalkan ruang makan.

"Cepat selesaikan sarapan kalian dan segeralah berangkat!" Akhirnya perintah Lucy berhasil membungkam Ireneo serta Urien.

Ketika hendak berpamitan dengan Lucy dan Edmund, Sang Nyonya Rumah menahan Michel sesaat. Mereka berbicara tanpa didengar oleh yang lainnya.

"Maafkan Esteve ya Sayang," tutur Lucy. "Dia hanya kikuk dengan situasi yang baru ini."

Michel tampak mengangguk pelan.

"Mama juga berharap kau tidak keberatan untuk menunjukkan perhatianmu lebih dulu," tambah Lucy lagi.

"Maksud Mama?"

"Esteve sangat kaku. Jadi agar hubungan kalian mengalami peningkatan, kau yang harus menjadi penggeraknya."

"Aku Ma?" tanya Michaela sembari menunjuk dirinya.

Lucy mengangguk. "Bukankah di zaman sekarang, itu sesuatu yang lazim?"

"Bisa dibilang begitu. Tetapi—,"

Bagaimana cara Michel melakukannya?

^-^*^-^


Continue Reading

You'll Also Like

12.7K 384 46
!FAN TRANSLATE ! "translate not 100% right " Apakah jamur beracun Royal baik-baik saja? Putra hilang dari keluarga Kerajaan, yang pernah menjadi Pang...
3.6M 167K 55
Fantasy-Romance COMPLETED Follow dulu sebelum baca! #1 in Umum (7/1/20) #1 in sihir (10/7/20) #1in psikopat (13/1/20) #3 in fantasi (3/2/20) #1 in ke...
7.8M 482K 84
#1 berapa kali peringkat pertama di dunia Werewolf. #1 berapa kali peringkat pertama di dunia Luna. #1 berapa kali peringkat pertama di dunia Vampire...
2.3M 137K 36
Stella Keylena, seorang wanita yang menjalankan hidupnya di perusahaan ayahnya. Namun, kehidupannya berubah saat ia menemukan seseorang.. Jeremy Carl...