JOMBLO!

Da pastavocado

178K 8.7K 297

Kriteria pacar idaman Jevin: 1. Warna rambut hitam alami 2. Jago masak 3. Feminim tapi ga centil 4. Minimal 3... Altro

Prolog
J chapter 1 - cup
J chapter 2 - cocoknya pake miniset
J chapter 3 - pacaran sepihak
J chapter 4 - pantesan disebut playboy
J chapter 5 - gengsi jadi dusta
J chapter 6 - my one one two
J chapter 7 - homo?
J chapter 8 - gio oh gio
J chapter 9 - kangen sepihak
J chapter 10 - cendol? Eh chanyeol?
J chapter 11 - edelweiss
J chapter 12 - team je vs team gio
J chapter 13 - kecap dan mentega
J chapter 14 - truth or die
J chapter 16 - zzz
J chapter 17 - kencan?
J chapter 18 - ruang sendiri
J chapter 19 - pacaran
J chapter 20 - intuisi
J chapter 21 - tercyduk
J chapter 22 - tunangan
J chapter 23 - sakit
J chapter 24 - demi gisca
J chapter 25 - sutup
J chapter 26 - i need you
Epilog

J chapter 15 - alena

4.4K 238 12
Da pastavocado

Je membuka helm lalu turun dari motor vespa kesayangannya. Ia berkaca sebentar untuk merapikan rambutnya pada kaca spion motor yang ukurannya sebesar buah manggis. Kemudian Je berjalan dari parkiran menuju koridor kampusnya. Sejak ia tiba diparkiran sampai ia berjalan di koridor kampus, ia tidak menyadari ada sepasang mata yang memperhatikan gerak-geriknya.

Je berjalan melewati koridor yang ramai oleh mahasiswa lain yang berlalu lalang. Tiba-tiba ada seorang gadis yang sedang berjalan dengan tempo hampir berlari menabrak dirinya. Bukan hanya menabraknya, gadis tersebut juga menumpahkan minuman cokelat yang ia bawa tepat di permukaan jaket Je.

"Kak, maaf kak, maaf aku ga sengaja" Gadis tersebut terlihat panik dan bersalah atas apa yang ia lakukan terhadap Je.

Je melihat jaketnya yang  basah dan kotor karena tumpahan minuman tersebut langsung menggerakkan tangannya untuk melepas jaketnya, agar basahnya minuman tersebut tidak merembes ke kemejanya.

"Jaket kakak jadi kotor, aku cuciin ya, kak?" Perkataan gadis yang mengotorinya mampu membuat Je mengalihkan fokusnya pada gadis itu.

'Cantik'

Kata pertama yang je keluarkan dalam benak hatinya tatkala bertatapan dengan mata gadis tersebut. Cantik yang alami, warna rambut dan bola mata yang senada, yaitu hitam, membuat Je terkesima dengan kecantikan gadis tersebut.

"Kak? Kakak marah, ya? Maaf kak" gadis tersebut tertunduk lesu. Perkataannya menbuyarkan Je dari kekagumannya pada kecantikan gadis tersebut.

"Ga apa-apa. Kotornya cuma sedikit, bisa dicuci"

Gadis tersebut perlahan mengangkat kepalanya menatap Je "Jaketnya aku cuciin ya, kak?"

"Santai aja, cuma masalah jaket. Ngomong-ngomong kok lo manggil gue kakak? Emang lo yakin gue lebih tua dari lo?" Je mencoba mengorek sedikit informasi tentang gadis didepannya.

"Aku mahasiswa baru disini, semua orang yang ga aku kenal aku panggil kakak" ucap gadis tersebut seraya tersenyum "Jangan-jangan kamu seangkatan sama aku?" Gadis tersebut bertanya pada Je untuk memastikan.

"Oh maba, lo bener kok, gue semester 5"

Gadis tersebut mengangguk "Tentang jaket kakak, aku cuciin ya? Boleh ya, kak?" Kali ini gadia tersebut memohon agar Je mau membiarkannya mencuci jaketnya.

"Yaudah kalo lo maksa" Je menyerahkan jaketnya pada gadis itu "Ini karena lo yang maksa loh"

"Pasti aku cuci sampai bersih, kakak tenang aja. Em kak, boleh aku minta kontak kakak? Buat kembaliin jaketnya setelah aku cuci"

"Boleh" Je langsung mengiyakan dan bertukar kontak dengan Alena.

"Oh iya, kita belum kenalan. Kenalin nama aku Alena, jurusan psikologi" Alena mengulurkan tangan kanannya sebagai tanda perkenalan.

Je menyambut uluran tangan tersebut "Gue Jevin, panggil aja Je, teknik perminyakan"

Alena mengangguk. Rupanya pria dihadapannya ini adalah mahasiswa teknik perminyakan, pantas saja gayanya macho. Hari ini Je mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna biru tua campur putih dengan membiarkan kancing depannya terlepas semua yang menampakkan kaus hitam didalamnya dan rambut yang dibiarkan acak-acakan tapi tidak gondrong. Belum lagi Je menggendong tasnya dengan cara hanya menggantungkan sebelah tali tasnya dipundakanya. Bagi Alena, Je merupakan definisi dari pria macho.

Je merasa Alena tak kunjung melepaskan jabat tangannya, oleh karena itu ia memcari cara agar Alena mau melepaskan tangannya.

"Gue ada kelas, gue duluan ga apa-apa?"

"Eh?-" Alena langsung melepaskan tangan Je dari genggamannya "-iya kak, hati-hati selamat belajar" Alena tersenyum. Je berlalu membalikkan badannya.

Alena masih terpaku saat Je sudah berlalu, bahkan Alena melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan sambil tersenyum. Alena menghirup jaket Je yang berada didekapannya. Ia bersorak gembira karena misi mengenal Je sudah ia laksanakan dengan baik.

Pertama kali Alena melihat Je ketika Je memarkiran motornya di parkiran motor pagi ini. Rasanya ia jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia memperhatikan gerak-gerik Je sampai-sampai ia membuntutinya. Alena adalah gadis cerdas dalam urusan percintaan, ia merasa harus bisa berkenalan dengan Je pagi ini. Oleh karena itu, di pagi ini ia berpura-pura menabrak Je dan sengaja menumpahkan minumannya pada jaket Je. Dan cara itu berhasil. Bahkan ia bisa bertukar kontak dengan Je. Alena akan terus mencari informasi mengenai Je dan mendekatinya.

Keadaan ruang kelas sudah cukup ramai ketika Je tiba dikelasnya. Jika mengikuti waktu kuliah yang tepat waktu, seharusnya tiga menit yang lalu dosen sudah tiba. Tetapi saat ini sang dosen belum menampakkan batang hidungnya. Je langsung mengambil posisi kursi kosong disebelah tempat duduk Axel yang sedang menelungkupkan wajahnya diatas tasnya yang ia simpan di meja.

Saat Axel mendengar suara bangku sebelahnya terisi Axel memalingkan muka ke arah bangku tersebut. Ketika ia lihat orang tersebut adalah Je ia langsung menelungkupkan lagi wajahnya.

"Lo kenapa?" Tanya Je.

Axel tetap diam tidak menjawab "Gara-gara Manda?" Axel tetap diam, Je yakin pasti Mandalah penyebab lesunya Axel. Setelah pulang berlibur bersama dari Pangandaran sampai hari ini masuk kuliah, Axel sangat lesu menjalani hari-harinya.

"Lo ikutin aja apa maunya Manda, pada akhirnya si Manda yang akan ngemis-ngemis minta balikan. Manda pasti ga akan tahan lama-lama tanpa lo, secara kalian udah pacaran lima tahun. Gue yakin kalian akan bersatu lagi" Sepanjang Je berbicara Axel masih diam saja. Axel mendengarkan omongan Je seolah-olah ia sedang diberi kultum pagi hari "Kalau kalian ga bersatu lagi berarti si Manda keburu di tikung cowok lain"

Kalimat terakhir yang keluar dari mulut Je berhasil membuat Axel mengangkat kepalanya "Anjing lo"

Umpatan Axel disambut dengan tawa renyah Je. Tak lama kemudian dosen datang dan kegiatan belajar mengajar dimulai.

Dua setengah jam berlalu. Kegiatan belajar mengajar sudah selesai. Je dan Axel pergi ke kantin untuk mengisi perut yang lapar. Saat di kantin Axel memesan soto dan Je memesan nasi goreng. Nasi goreng Je datang bersamaan dengan tibanya Alena di kantin bersama dua temannya. Karena bangku kosong yang tersisa hanya di sebelah Je, Alena dan dua temannya memutuskan untuk duduk di bangku tersebut.

"Hai, Kak Je, kita ketemu lagi" Alena menyapa Je dengan riang sembari mendudukkan dirinya di kursi.

"Eh, Alena. Hai" Je membalasa sapaan Alena.

Tidak seperti kedua temannya yang pergi memesan makanan, Alena justru mengeluarkan kotak bekal makanannya. Je memperhatikan Alena dan kotak bekal makanannya.

"Kenapa, Kak? Mau?" Alena yang merasa diperhatikan menawarkan bekalnya pada Je.

"Enggak, gue kan udah punya makanan" Sahut Je sambil menunjukkan nasi gorengnya.

"Habisnya kakak liatin aku gitu banget"

"Itu, lo sendiri yang masak?" Je akhirnya mengeluarkan pertanyaan yang mengganjal pada benaknya.

"Iya kak, aku setiap ke kampus selalu bawa bekal, biar irit hehehe" Je mengangguk "Kakak mau coba? Ini ayam rica-rica"

Melihat ayam berbalut bumbu dalam kotak bekal Alena membuat Je penasaran dengan rasanya "Boleh, nih?"

"Tentu boleh" Alena memotong ayam dengan sendoknya dan memindahkannya pada piring Je. Kemudian Je melahapnya.

"Gimana rasanya? Enak?"

Je mengunyah dengan serius "Enak. Enak banget" jawab Je jujur. Alena tersenyum riang mendengar masakannya dipuji oleh Je.

"Mau lagi, Kak?" Alena menawari Je lagi.

"Udah cukup, kalo gue minta lagi nanti lo makan apa" Je melahap nasi gorengnya sambil sesekali melirik ke arah Alena. Batinnya berkata Alena adalah wanita yang cantik, pintar masak pula. Bukan hanya itu, ia merasa Alena adalah gadis yang sopan dan ramah. Ia bisa menyambut Alena dengan sangat baik. Iseng-iseng Je melirik ke arah tubuh Alena yang lain, tampaknya tubuh Alena lebih menggiurkan dari makanannya. Alena memiliki lekukan tubuh yang indah, untuk ukuran branya Je sendiri tidak ingin memikirkannya terlalu jauh karena pasti akan membuyarkan konsentrasi makannya.

'Perfect'

Je mengukir senyum dibibirnya.

*******

Ada karakter baru 😂
Semoga ga bingung bacanya dan ga ketuker-tuker.

18 DES 2017

Continua a leggere

Ti piacerà anche

162K 12.2K 40
Pernahkah sekali saja, kau bertanya. Mengapa ia harus datang, lalu mengisi hati jika pada akhirnya kau tau ia tak di ciptakan untuk mu?
ALZELVIN Da Diazepam

Teen Fiction

4.5M 257K 31
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
93.6K 6.6K 11
Tahun ini usia Katrina genap 26 tahun. Dan dalam jangka waktu setahun kemarin, sudah ada dua pria yang berani datang ke rumahnya. Bermaksud melamarny...
22.7K 1.7K 43
"Gue bakal bikin lo suka sama gue setengah mati!" ucap Audrina. "Astaga cewek aneh binti ajaib namanya Nana bikin gue sakit kepala. Dia sempet nyebar...