REALLY?

By Rosidahdivyanka

159K 7.6K 1.5K

Cuek bukan berarti nggak peduli. Cuek bukan berarti nggak sayang. Tapi cuek itu sebagian dari memperhatikan. ... More

chapter 1
chapter 2
chapter 3
Chapter 4
PEMERAN
Chapter 6
Aura & Dito
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
TheRempong
Chapter 11
Chapter 12
chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
DI FOLLOW YA ^^
Chapter 16 (A)
Chapter 16 (B)
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
INFO
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44

chapter 5

4.5K 300 73
By Rosidahdivyanka

Emang sekarang lo nggak mau deket-deket gue. Tapi lo liat aja, suatu hari kalo lo udah jatuh cinta sama gue, lo nggak akan bisa apa-apa tanpa gue. Lo nggak akan kuat hidup tanpa gue. Buktiin aja kalo lo nggak percaya.

°~Dito Ashraf Rahata~°

----------------------

"Raa gue seriusss..!!" Teriak Dito membuat Aura Seketika menghentikan tawanya. Lalu mengarahkan pandangannya kearah Dito. Menatapnya dengan serius.

"Ra gue nggak becanda. Gue beneran suka sama lo" Aura terdiam mendengarnya.

"Ra gue suka sama lo dan gue mau lo jadi--" Belum sempat Dito menyelesaikan kata-katanya, Aura sudah lebih dulu memotongnya.

"Dit,maaf. Tapi gue nggak bisa." Jawaban yang baru saja dilontarkan Aura Seketika membuat Dito terdiam. Membeku. Tak bisa berkata-kata.

"Dit aku akuin kamu itu baik, kamu itu ganteng, kamu juga bisa menghargai perasaan cewek. Tapi maaf Dit, aku nggak bisa buat jadi pacar kamu. Dan aku yakin masih banyak cewek diluar sana yang lebih baik dari aku. Dan masih banyak juga cewek yang mau sama kamu. Dan aku yakin kamu pasti bakal dapetin-nya. Sekali maaf Dit." Aura berusaha meyakinkan Dito.

"Iya emang banyak cewek diluar sana yang naksir gue mati-matian. Dan tanpa usaha apapun mereka juga dengan senang hati mau jadi pacar gue. Nggak kayak gue Sekarang mati-matian buat dapetin lo."

Aura masih setia mendengarkan.

"Tapi itu mereka. Gue nggak. Nggak ada cewek yang gue suka selain lo. Dua tahun lebih gue sendiri. Dan dua tahun itu pula hati gue kosong. Berkali-kali gue berusaha untuk suka sama cewek. Tapi Nggak ada cewek yang berhasil ngegantiin posisi Hani di hati gue. Setelah dua tahun gue sendiri akhirnya gue ketemu lo. Perasaan yang udah lama nggak gue rasain tiba-tiba muncul waktu gue pertama kali ketemu lo diacara party Duta. Gue ngeliat lo sebagai cewek yang sederhana,cewek yang cuek,dan cewek yang berhasil ngebuat gue penasaran sama diri lo. Awalnya gue nggak ngangep perasaan gue ini serius. Gue kira itu cuma perasaan yang hanya sebatas kekaguman dan bukan jatuh cinta. Tapi setiap kali gue ketemu lo, perasaan gue itu beda waktu gue ketemu cewek lain. Gue ngerasa gugup waktu ketemu lo. Gue deg-degan kalo deket sama lo. Dan gue ngerasa bahagia kalo ketemu lo. Itu yang buat gue kalo gue tu suka sama lo. Gue cinta sama lo." Dito mempertegas kata-katanya.

Aura masih setia mendengarkan. Matanya menatap Dito dengan serius. Walaupun pikirannya entah kemana.

"Ra jangan cuma diem aja! Jawab pertanyaan gue.!" Pinta Dito sambil menatap Aura menunggu kepastian.

"Aku harus jawab apa Dit? Kan aku udah bilang aku nggak bisa." Jelas Aura perlahan namun menyakitkan.

"Oke kalo lo nggak bisa. Tapi gue harus tau apa alasannya." Dito semakin mengintrogasi Aura.

"Karna aku nggak suka sama kamu. Aku nggak punya perasaan apa-apa sama kamu. Aku cuma anggep kamu itu temen. Nggak lebih!. Dan nggak akan pernah lebih." Kata Aura sejelas-jelasnya. Dito terdiam. Tubuhnya seolah membeku mendengar kata-kata yang baru saja meluncur tajam dari bibir Aura.

"Kenapa diem? Nggak bisa jawab apa-apa lagi? Sakit hati dengan jawaban aku?" Kata Aura berturut-turut dengan nada mengejek.

Dito memajukan wajahnya menatap kedua mata Aura tajam. Dagu Aura diangkat tinggi-tinggi sampai sepasang matanya sejajar dengan mata Aura. Yang otomatis membuat keduanya saling bertatapan.

Aura menahan nafas saat wajah Dito tepat di depan matanya.

"Raa.. Gue mohon, kasih gue kesempatan sekali aja buat buktiin kalo gue tu benar-benar sama lo" Katanya meyakinkan Aura. Dito berbicara tapi matanya fokus menatap Aura. Membuat keduanya terlihat semakin dekat.

Aura berusaha tidak percaya dengan kata-kata Dito- Tapi raut wajah Dito berhasil membuatnya yakin bahwa kata-katanya itu bukan hanya sekedar candaan belakang, melainkan keseriusan.

Aura menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Dito.

"Tapi dit aku---" Belum sempat Aura menyelesaikan kata-katanya, Dito sudah lebih dulu memotongnya.

"Pliss Raa kasih gue kesempatan." Pintanya penuh harap.

Sehingga membuat hati Aura sedikit luluh.

"Oke kalo itu mau kamu. Aku bakal kasih kamu kesempatan." Jawaban yang baru saja diberikan Aura seketika
membuat Dito tersenyum bahagia.

"Makasih Raa. Makasih lo udah ngasih gue kesempatan. Gue janji, gue nggak bakal ngecewain lo." Kata Dito meyakinkan Aura.

Aura membalasnya dengan senyuman samar.

"Tapi Dit---" Aura tidak menyelesaikan kata-katanya.

"Tapi apa??" Tanya Dito seraya memasang raut wajah bingung.

"Tapi gue belun bisa jawab sekarang. Nggak papa kan??" Aura meminta pendapat.

"Iya nggak papa. Lagian lo juga perlu mikirin-nya baik-baik. Nggak usah butu-buru. Tapi juga jangan lama-lama. Soalnya nggak sabar mau ngasih tau ke semua orang kalo seorang Dito yang very handsome ini, sekarang udah nggak jomblo." Kata Dito dengan percaya dirinya.

"Tunggu! Apa kata kamu tadi? Dito yang very handsome? Hah??Nggak salah? Kata siapa?" Tanyanya berturut-turut. Dengan nada sedikit mengejek.

"Kata lo." Jawab Dito sppntan.

"Aku? Kapan?" Aura terlihat bingung.

"Baru aja lo bilang. Lo lupa? Biar gue ingetin. Lo tadi bilang iya gue akuin lo itu baik, lo itu sopan, lo itu ganteng." Kata Dito seraya meniru gaya bicara Aura.

Aura baru menyadari bahwa ia telah menekankan kata ganteng diakhir kalimatnya. Andai waktu bisa diulang, rasanya ia ingin sekali menarik ulang kata-kata itu.

"Udah inget??" Tanya Dito yang berhasil menyadarkan Aura dari lamunannya.

"E-e-e- - -" Aura menghentikan kata-katanya setelah merasakan ponselnya berdering dari dalam tasnya. Dengan cepat Aura membuka tas itu. Tangannya segera meraih benda itu, menge-slide layarnya.Ternyata telpon dari mama. Aura segera menjawabnya.

"Halo, iya maa? kenapa?" Tanya Aura spontan.

"......"

"Iyaa"

"......."

"Iyaa"

"....."

"Iyaa maa. Wallaikumsalam." Aura mematikan ponselnya lalu kembali meletakkan ponsel itu kedalam tasnya.

Dito melemparkan tatapan bingung penuh tanda tanya kearah Aura.

"Kenapa Raa?" Tanyanya penasaran.

"Mama nyuruh aku pulang. Kita pulang sekarang yaa." Pinta Aura.

"Iyaa." Jawab Dito singkat. Lalu berjalan menuju lampu merah. Tempat dimana mobilnya berada. Dengan cepat Aura mengikuti langkah Dito.

-------------------

Dito segera menghidupkan mesin mobil, melajukan mobil itu meninggalkan kepadatan lalu lintas yang sudah mulai berkurang.

Beberapa menit kemudian.

Aura sudah berada dirumah. Dengan cepat ia menghampiri mama-nya yang sekarang berada di ruang kerja.

"Assallamuallaikum maa...kenapa?" Katanya terengah-engah seraya mencium tangan mama-nya.

"Dua jam lagi mama sama papa mau ke medan. Kamu dirumah sendiri nggak papa??" Tanya mama.

"Ara dirumah sendiri? Ara takut." Katanya merengek.

"Kenapa harus takut? Kan ada tetangga." Ucap mama.

"Tapi kan Ara tidur diatas. Kalo ada apa-apa gimana? Ara teriak juga tetangga nggak bakal denger." Jelas Aura seraya menatap mama serius.

"Terus gimana? Kamu mau ikut?" Tanya mama sekali lagi.

"Ma tugas Ara sekarang aja numpuk. Apalagi nanti kalo Ara izin nambah numpuk. Ara nggak mau." Tegas Aura pada mama nya.

"Terus mama harus gimana? Ditinggal nggak mau, diajak nggak mau. Maunya apa?" Tanya mama bingung.

Aura menyengir.

"Yaudah Ara mau dirumah sendiri. Tapi ada syaratnya." Katanya meminta balasan.

Mama memutar bola matanya malas.

"Hmm" Mama berdehem.

Melihat respon yang diberikan mamanya, Aura sedikit bingung.

"Kenapa?" Tanya-nya penasaran.

"Jadi, dari tadi kamu berbelit-belit itu mau sesuatu. Kenapa nggak bilang dari awal? Biar ngehemat waktu. Jadinya mama nggak pusing." Kata mama dengan nada sedikit meledek.

"Apaan sih ma? Nggak kok." Aura mengelak.

"Yaudah iya. Emang kamu mau apa?" Tanya mama.

"Beliin Ara HP nya." Pinta Aura.

"HP? Emang HP kamu kemana?" Tanya mama untuk kesekian kalinya.

"Ada. Tapi Ara mau HP baru. Ya maa...mama kan baik." Kata Aura berusaha merayu.

Tak ingin ambil pusing, mama segera meng-iyakan permintaan Aura.

"Beneran maa?" Aura meminta kepastian.

Mama meng-anggukkan kepala sebagai jawaban.

Melihat respon yang diberikan mama, Aura tersenyum bahagia.

"Makasih ya maa!! Love you maa" Katanya seraya memeluk mama.

------------------

Dua jam berlalu

Setelah mengantarkan mama dan papa ke bandara, kini Aura menyibukkan diri dengan memebereskan kamar-nya. Mulai dari merapikan tempat tidur, mengganti sprei, merapikan baju-baju dilemari, dan yang terakhir merapikan meja belajar.

Meja itu terlihat sangat berantakan. Buku-buku berserakan, baik dimeja belajar maupun dilantai. Aura dibuat pusing melihatnya.

Dirapikannya buku-buku itu, lalu diletakkan ditempat yang seharusnya. Setelah buku-buku itu terlihat rapi, kini ia beralih menuju laci meja belajar. Ditariknya laci itu perlahan. Mata Aura terfokuskan pada salah satu foto yang ada didalam laci itu.
Dikeluarkannya benda itu dari dalam laci.

Aura hanya bisa terdiam seraya terus memandangi benda itu. Tubuhnya terasa kaku dan sulit untuk digerakkan. Perlahan air mata menetes membasanhi pipi Aura.

Seraya menangis dan sesengguk-an, Aura berusaha untuk bicara.

"K-kak..hiks..hiks..hiks..kakak apa kabar?" Aura bicara pada dirinya sendiri seraya terus memandangi foto itu.

"Kak..aku kangen. Aku pengen ketemu kakak. Seandainya waktu bisa diulang. Aku janji, aku nggak akan maksa kakak supaya jemput aku kesekolah. Aku janji aku nggak akan marah kalo kakak nggak jemput aku. Aku janji!!" Katanya meneteskan air mata.

"Hiks...hiks..hiks.."

"Maafin aku ya kakak. Ini semua gara-gara aku. Coba aja waktu itu aku nggak makasa kakak, pasti ini semua nggak akan terjadi" Aura menyesali perbuatannya.

Havana, ooh na-na (ay)
Half of my heart is in havana,
ooh-na-na (ay-ay)
He took me back to east atlanta,
na-na-na all of my heart is in havana (ay)

Beberapa kalimat dari lagu havana- yang digunakan Aura sebagai nada dering telpon, berhasil membuat Aura menghentikan tangisannya.

Dengan cepat Aura mengangkat telpon itu.

"Iya Rii kenapa?" Tanyanya dengan nada lesu.

"Lo kenapa Raa? Abis nangis??" Terdengar suara Riri dari seberang sana.

"Rii besok pulang sekolah, temenin aku ketempat kak Roy ya" Pinta Aura.

"Tempat Roy? Ngapain??"

"Udah jangan tanya-tanya. Besok aku bakal jelasin semuanya. Gimana mau nggak?" Tanya Aura sekali lagi.

"Iyaa gue mau"

"Ngapain kamu nelpon? Tumben"

" Iya Raa gue mau curhat. Tapi kayak nya nggk bisa sekarang. "

"Kenapa?" Tanya Aura bingung.

"Lo kan lagi sedih."

"Iya deh..bagus kalo kamu ngerti."

"Yaudah Raa gitu aja. Daaa Raa" Riri menghakhiri obrolan mereka.

"Iya Ri" Aura menutup telpon, kemudian berniat tidur. Karna menurutnya tidur adalah hal yang paling tepat dilakukannya setelah beberapa menit menangis. Matanya terasa berat, kantung matanya terlihat sedikit membengkak. Mungkin setelah bangun tidur semuanya akan membaik. Pikirannya juga akan lebih fresh.

-----------------

Akhirnya selesai juga..
Semoga kalian suka yaa..
Jangan lupa votement
Makasih buat yang udah mau baca
See you in the next chapter..😘😊


SALAMSAYANG,
OCHI🐮🐮🐮

Continue Reading

You'll Also Like

4.1K 462 10
*BANGKU SEKOLAH*šŸ« Jason william winata-je/jason Bryan anderson winata-bry/ryan Evans geraldo winata-evans/vans Calvin moreno winata-cal/vin Stephenn...
257K 10.2K 43
Andai aku bisa meminta satu permintaan maka aku akan meminta supaya waktu berhenti ketika kita bersama ~Salsa Khairana Al-Bar Kamu adalah perempuan y...
5M 214K 52
On Going ā— Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
6.1K 4.2K 72
Kisah seorang gadis tomboi bernama Annisa Salma yang harus bertemu dengan cowok yang dingin namun perhatian yang bernama Dirgantara. Hingga suatu har...