REALLY?

Por Rosidahdivyanka

159K 7.6K 1.5K

Cuek bukan berarti nggak peduli. Cuek bukan berarti nggak sayang. Tapi cuek itu sebagian dari memperhatikan. ... Más

chapter 1
chapter 2
Chapter 4
chapter 5
PEMERAN
Chapter 6
Aura & Dito
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
TheRempong
Chapter 11
Chapter 12
chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
DI FOLLOW YA ^^
Chapter 16 (A)
Chapter 16 (B)
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
INFO
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44

chapter 3

7.8K 415 117
Por Rosidahdivyanka


Hai
Ada yang nunggu kelanjutannya?
Maap kan aku yang sudah lama tidak apdet. Lagi males soalnya.
Jangan sedih, kan sekarang udah apdet. Semoga kalian suka ya :')


Aura melangkahkan kaki menuju gerbang. Matanya berpaling menatap jam yang melingkar indah ditangannya.

Tepat pukul 07. Lima menit lagi bel berbunyi. Tapi, ia belum juga menemukan angkutan umum yang nantinya akab mengantarnya kesekolah. Mengetahui itu, Aura mulai panik.

Sebelumnya ini tidak pernah dialami Aura. Tapi sejak pak Budi sakit dan memutuskan untuk berhenti kerja, hampir setiap hari ia terlambat, karena ia harus menunggu angkot terlebih dulu.

Beruntung, tak lama kemudian angkutan umum lewat. Tanpa berfikir panjang, Aura segera menaikinya. Tak peduli meski ada beberapa ayam didalamnya. Awalnya Aura risih dengan adanya ayam-ayam itu, tapi jika ia tidak berangkat kesekolah menggunakan angkot itu, ia akan terlambat. Dan Aura tidak mau itu terjadi.

Setelah sempat bergulat dengan egonya, Aura akhirnya memutuskan untuk naik angkot itu. Meski itu terpaksa dilakukannya.

Dan, disini lah Aura sekarang. Ia sudah berada disekolah. Ia berjalan terburu-buru menuju kelas.

"Ra...tunggu..." Panggilan seseorang membuat langkah Aura terhenti. Ia memutar kepalanya ke belakang- penasaran dengan siapa yang memanggilnya. Dilihatnya Riri tengah berjalan tergesa- gesa kearahnya.

" Kamu kenapa Rii..?" Tanya Aura penasaran.

" Gu- gue hampir aja telat" Jawabnya dengan nafas ter-engah- engah.

"Lo udah ngerjain PR kimia?" Pertanyaan Riri membuat Aura terbelalak. Ia baru mengingatnya. Bahwa, ada tugas kimia yang diberikan Bu triniel minggu lalu. Dan sialnya, Aura belum mengerjakannya.

"Yaampunnnn..aku lupa. Gimana dong? Aku nggak mau kena hukuman"  Kata Aura histeris.

" Tenang...aku udah." Ucap Riri.

Mendengar kata-kata Riri, Aura melepas nafas lega. Rasa lega itu melebihi saat ia berhasil mengerjakan soal ujian. Bagaimana tidak, Bu Triniel, guru kimia mereka adalah salah satu guru yang terkenal galak. Terutama pada anak yang tidak mengerjakan tugas. Pernah waktu itu, tugas Aura tertinggal di rumah. Aura telah menjelaskan bahkan berusaha meyakinkan nya--meyakinkan bahwa ia telah mengerjakan tugas itu. Tapi, usaha itu sia-sia. Bu Trinil tidak mempercayainya. Sebagai hukumannya, Aura harus menyapu seluruh koridor kelas. Sulit di bayangkan betapa malunya Aura waktu itu. Dan itu membuat Aura kapok. Ia tidak mau lagi mengulangi hal bodoh itu untuk kedua kalinya.

" Yaampun Riii..kamu emang sahabat terbaik..." Kata Aura bahagia seraya memeluk Riri.

Orang-orang yang melihat itu, segera mengedarkan tatapan  aneh kearah mereka. Riri yang menyadari itu, dengan cepat melepaskan pelukan Aura. Bersamaan dengan bunyi bel.

Mendengar itu, Aura juga Riri berlari kencang agar segera sampai dikelas.

-----------------

Bel pulang baru saja berbunyi. Membuat seluruh siswa berhamburan keluar kelas. Termasuk Aura, Riri, dan Safa.

Dengan langakah yang tergesa-gesa, mereka  melangkah kaki melewati koridor menuju kantor.

Kali ini mereka akan pulang sedikit terlambat, karena Bu Dewi meminta Aura untuk mengumpulkan tugas kelompok di mejanya.

Aura adalah wakil ketua kelas. Kebetulan hari ini ketua kelas tidak hadir. Jadi sebagai wakil ketua kelas, Aura berkewajiban untuk menggantikan tugas yang seharusnya dilakukan oleh ketua kelas termasuk meletakkan buku tugas di meja guru.

Setelah meletakkan tugas di meja Bu Dewi, dengan cepat Aura menghampiri Safa dan Riri.

" Maaf ya nunggu lama."

" Iya..Ra, gapapa kok ." Jawab Safa.

Riri dan Safa beranjak dari duduknya kemudian berjalan menuju pos satpam diikuti Aura.

" Kemaren lo pulang bareng Dito ya?" Tanya Riri membuka obrolan.

"Dito siapa? " Balas Aura dengan pertanyaan pula.

" Yaampunn...Dito temennya Duta." Riri mengingatkan.

" Oh, itu. Iya. Aku pulang bareng dia."

" Kok bisa??" Tanya Safa yang juga penasaran.

" Pak Budi sakit. Jadi nggak jemput. Dia ngajak bareng, yaudah aku mau." Jelas Aura.

" Terus Dito gimana?"

" Maksudnya?"pertanyaan Riri membuat Aura bingung.

" Dia ngajak lo ngobrol?" Jelas Aura

" Iya.."

" Demi apa???" Safa terbelalak mendengarnya.

Aura membalasnya dengan kernyitan dahi- tidak mengerti. Ia bingung kenapa sahabatnya begitu terkejut mendengar ia diantar Dito pulang kemarin malam? Heh. Dasar aneh.

" Gue duluan ya" Pamit Riri yang melihat Duta tengah menunggunya di gerbang.

" Enak ya di jemput pacar" Ledek Aura.

" Makanya punya pacar dong! "Ejek Riri yang berhasil membuat Aura teringat lagi akan sosok Roy.
Aura terdiam.

"Udah Raa lupain Roy, lo harus bisa moveon dari dia. Lo nggak lupa kan apa yang dia minta dari lo dulu? Apa perlu gue ingetin? "Tambah Safa. Aura berusaha tidak memperdulikan kata-kata Safa walaupun pikiran dan hatinya masih memikirkan Roy.

Sedangkan Safa hanya mengeleng-gengkan kepalanya menatap Aura saat ini. Ia tau tidak mudah melupakan Roy begitu saja, terlebih mereka sudah berpacaran dua tahun. Tapi Safa juga tidak ingin jika Aura terus-menerus sedih dan tidak mau membuka hatinya untuk orang lain. Sudah cukup Aura sedih kini ia harus bahagia dan bisa melupakan Roy. Seperti yang Roy minta pada Aura 7 bulan lalu.

"Okee..Daaa semua." Pamit Riri sekali lagi. Aura dan Safa melambaikan tangan kearahnya.

Baru saja Duta ingin melajukan motornya. Tapi, niatnya itu kembali diurungkan setelah mendengar seseorang memanggilnya.

"Dutaaa..." Seketika Duta menoleh dan melihat Dito tengah duduk di dalam mobil.

"Napa Dit?" Tanya Duta serius.

"Ntar sore anterin buku biologi lo ke rumah gue ya!" Pinta Dito.

"Aelah...gue kira kenapa. Cuma itu? Kan bisa lo omongin di WA" seru Duta.

"Gue off bego" Balas Dito. Duta hanya mengangguk paham.

"Oke, ntar sore gue  anter kerumah lo" Kata Duta kemudian melajukan motornya meninggalkan Dito.

Dito mengalihkan pandangannya ke arah gerbang dan melihat Aura sedang berdiri di sana. Memang ini yang ia harapkan. Ia sengaja menghampiri  Duta yang menjemput Riri, agar ia bisa bertemu Aura. Karena tadi ketika disekolah Duta bilang padanya sepulang sekolah  nanti ia akan menjemput Riri. Menurut Dito ini kesempatan bagus agar ia bisa bertemu Aura. Catat! Aura dan Dito tidak satu sekolah.

"Mau bareng gue nggak....???" Teriak Dito dari dalam mobil.

"N--" Belum sempat Aura melanjutkan kata-katanya, Safa terlebih dulu memotongnya.

"Iya mau. Ya kan Raa?"Safa mengalihkan tatapannya kearah Aura dengan sidikit kode kedipan mata agar Aura meng-iyakan ucapannya.

Aura yang tidak terima itu segera mengalihkan pandangannya kearah Safa. Kemudian, Melemparkan tatapan tajam penuh amarah kearahnya. Sedangakan Safa seakan tidak punya dosa hanya terkekeh kecil menanggapinya.

" Apaan sih Faa? orang gue nggak mau" Kata Aura dengan nada kesal.

"Ditt..dia bilang mau" Safa berbohong.

Seketika tanpa sadar Aura menginjak kaki Safa. Yang berhasil membuatnya mengaduh kesakitan"Aduhhh sakit Raa.." Kata Safa menyengir kesakitan.

Sebelum Safa mengarang lebih banyak kata, yang akan membuatnya semakin malu, Aura memutuskan untuk menerima ajakan Dito. Walaupun itu terpaksa haha.

"Awas kamu ya Fa..liat aja besok" Ancam Aura sebelum meninggalkan Safa seraya melemparkan tatapan kesal disertai pelototan mata yang tajam.

Aura mendengus kesal kemudian berjalan menghampiri Dito. Hatinya masih merasa kesal dengan kelakuan Safa. Rasanya dia ingin sekali membalasnya.Tapi, itu harus ditahannya dihadapan Dito. Tapi untuk besok? Lihat saja tidak akan ada ampun untuknya.

Disisi lain, Dito sangat berterima kasih pada Safa. Karena-nya lah Aura mau pulang bersamanya. Dito tau Safa tadi berbohong. Tapi ia tidak peduli, yang terpenting adalah Safa berhasil membuat Aura pasrah. Sesuai keinginan Dito. Hehe

Thanks Fa, gue utang budi sama lo. Batin Dito.

-------------------

Sekali lagi , keheningan berhasil menguasai mereka. Keheningan yang sengaja mereka buat sendiri.

Seperti biasa, Keadaan itu dengan cepat dipahami  Dito.

"Yaampun..ni cewek diem banget. Kalo gue nggak mulai ngomong duluan, pasti dia nggak akan ngomong. Tapi kalo gue nanya-nanya kedia, ntar dia kira gue kepo. Aduhhh..gue harus gimana??" Batin Dito seraya meliriknya sekikas.

Baru saja Dito ingin memulai obrolan , tapi rencananya itu kembali diurungkan setelah merasakan ponsel disakunya berdering keras.

Dito melirik ponselnya sekilas-memastikan siapa yang sedang menelponnya. Tapi, bukannya mengangkat telpon itu, Dito justru membiarkannya tetap menyala.

Aura yang menyadari itu, segera mengedarkan pandangan kearah Dito.

"Kok nggak diangkat?" Pertanyaan itu berhasil membuat Dito tertegun. Terdiam sejenak.

Bagaimana tidak, susah payah Dito menyusun rencana untuk memulai obrolan dengannya. Ternyata dering telpon itu bisa membuatnya angkat suara. Oke abaikan.

Aura melemparkan tatapan bingung, begitu juga dengan Dito.

"Sumpah! gue nggak ngerti sama sifat cewek ini"Batin Dito

"Tapi gue tau satu hal...Sekarang gue tau gimana caranya supaya dia mau ngomong duluan."

"Kok malah bengong?" Lambaian tangan Aura, membuat Dito tersadar dari lamunannya.

"Sory. Lo tadi ngomong apa?"

"Kenapa kamu nggak angkat telpon nya?" Aura mengulangi pertanyaan-nya kesal.

"Gapapa. Nggak penting soalnya." Jawab Dito santai. Wajar saja itu tidak penting. Itu telpon dari Hani, gadis yang kemarin menangis ketika di kafe. Lebih tepatnya mantan Dito. Catat! Mantan Dito.

"Lo IPA apa IPS?" Tanya Dito.

"IPA. Kamu?" Tebak Aura.

"Sama"

"Kamu sekelas sama Duta?" Tanya Aura.

"Iya. Lo temen sekelasnya Riri kan?" Aura mengagukkan kepala.

---------------------

Tidak seperti saat pertama kali Dito mengantarkan Aura pulang, kali ini ia sudah menghafal setiap jalan yang harus dilaluinya. Dito menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Aura. Dengan cepat Aura membuka pintu mobil kemudian turun.

"Thanks ya udah nganter aku." Kata Aura basa-basi.

"Iya Raa santai aja.Yaudah kalo gitu gue cabut duluan ya.." Katanya kemudian melajukan mobilnya menyusuri jalan raya.

Baru saja Aura melangkahkan kaki masuk kedalam rumah, mama telah menyambutnya dengan berbagai macam pertanyaan.

"Siapa itu Raa?"

"Temen maa.." Jawab Aura seraya mencium tangan mamanya.

"Temen apa pacar??" Aura terkejut dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkan mamanya. Untuk pertama kali dalam sejarah Aura, mama mengajukan pertanyaan seperti itu.

"Apaan sih maa" Kata Aura mengabaikan pertanyaan mama.

Tidak ingin pembicaraan itu terjadi lebih lanjut, Aura segera bebalik arah meninggalkan mamanya sendiri. Kemudian berjalan menuju kamar.

"Ganteng loo Raa.." Teriak mama dari arah belakang.Mama memberikan embel-embel ganteng di awal kalimatnya. Membuat aura berkomentar.

Mama bilang Dito ganteng??
Yaampun maa..gantengan juga Roy.
Loh...kok tiba-tiba aku ngebahas Roy sih??.Hemm..abaikan.

---------------

Aura merebahkan tubuhnya di ranjang- melepas penat setelah seharian sibuk dengan aktivitasnya disekolah. Namun istirahatnya itu kembali diurungkan, saat tiba-tiba ponselnya bergetar dengan layar berkedip-kedip. Tangan Aura segera meraih benda itu. Lalu dilihatnya ponsel itu, ternyata pesan WA masuk dari Riri. Kira-kira begini.

"Buat apa Dito minta nomor aku??" Pertanyaan itu merasuki pikiran Aura. Tapi hanya Beberapa menit karena setelahnya Aura tidak memperdulikan-nya.

----------------

Hari minggu, selalu digunakan Aura untuk mengerjakan tugas sekolah. Dan seperti minggu ini. Ia  Baru saja menyelesaikan tugas yang diberikan pak Tumar, guru Bahasa Indonesianya. Tiba-tiba ponsel di samping bantalnya bergetar. Dengan cepat Aura mengambilnya. Lalu dilihatnya layar ponsel itu, ternyata pesan WA dari Riri. Cepat-cepat dia membukanya. Aura mengerutkan kening-heran sewaktu membaca pesan yang dikirimkan Riri.


Aura mengakhiri percakapan , kemudian bergegas tidur. Walaupun masih ada yang mengganjal dipikirannya.

'Kenapa Dito bisa menyukainya??? Walaupun itu sulit dipercaya.'

-----------------

Penasaran dengan kelanjutan nya?
Stay terus ya :)

Loplop buanyakk buat kalian💏💏


SALAMSAYANG,
OCHI🐮🐮🐮

*yang ngefans berat sama DIVYANKA (pemeran Ishita diserial mohabbatein ANTV)

Seguir leyendo

También te gustarán

5.1K 428 51
Kisah cinta raskia yang mencintai sepupunya dalam diam, juga mencintai salah satu teman dikampusnya. Kia seorang gadis cantik dan cuek. Kia sangat su...
It's Okay Put Por Puput

Novela Juvenil

1.2M 30.1K 33
(READERS YG BAIK PASTI FOLLOW!!) CERITA INI BELUM DIREVISI, JADI MASIH BERANTAKAN. Bagaimana bisa hanya dalam tiga hari Rey berubah dan kembali ke pe...
109K 6.3K 50
Semua rencana yang Allah berikan memang tidak pernah ku duga, aku di pertemukan dengan seorang gadis yang tak lain adalah putri dari sahabat abi ku s...
18.2K 613 22
Sekolah baru tentunya kegembiaraan yang baru,tapi tidak dengan perempuan bernama Rachel Arafa ini.Ia dipertemukan dengan cowo tengil yang AKAN mengga...