Ghost bullies

Autorstwa DhetiAzmi

1.7M 88.2K 3.7K

" Nikmati saja apa yang aku lakukan, setelah itu kamu boleh menyesal." Diganggu makhluk halus tidak pernah te... Więcej

1. Hantu?
2. Hantu Mesum
3. Haseum
4. Pergi?
5. Mimpi Panas
6. Belum Sadar
7. Apa maksudnya?
8. Tidak Peka
9. Tidak Peka II
10. Kepo
11. Pengganggu Kencan
12. Pergi!
13. Penggemar
14. Kita Berbeda, Cinta Ini Salah
15. Debaran Ini Berbeda
16.Jangan Tahan Aku Disini
17. Terimakasih (END)

Epilog

56K 3.9K 238
Autorstwa DhetiAzmi


SETENGAH tahun sudah berlalu, kepergian Haseum menjadi pukulan tersendiri untuk seorang Risa Anatasia. Wanita itu seperti mayat hidup. Pernah sekali Risa nekat melakukan hal konyol, wanita itu sempat ingin menabrakkan dirinya ke jalanan yang begitu ramai dengan banyaknya kendaraan yang lalu lalang. Sayang niatnya di gagalkan ketika Ari, tanpa sengaja bertemu dengannya.

Sudah hampir satu tahun, Risa masih belum bisa melupakan sosok itu. Sosok pria yang tidak di undang, datang ke dalam hidupnya. Mengusiknya, membuat Risa marah hingga menjatuhkan hatinya kedalam pesona pria itu. Ya, pria yang sudah pergi untuk selamanya. Pria dengan kurang ajarnya mengatakan cinta, dan pergi begitu saja setelah mengatakan kalimat yang tidak akan pernah bisa Risa lupakan.

Aku mencintaimu...

Cinta? Apa cinta harus berakhir seperti ini. Risa masih tidak paham, bagaimana bisa Haseum meninggalkannya setelah ia mengungkapkan isi hatinya. Bahkan pria itu berjanji tidak akan pernah meninggalkannya. Tapi apa? Haseum tetap pergi, dan tidak pernah kembali lagi meski Risa memanggilnya beratus kalipun.

"Apa kabar kamu, Haseum." gumam Risa, bermonolog dengan dirinya sendiri.

Risa tidak gila, buktinya ia masih bekerja di sebuah minimarket setelah beberapa hari cuti karena kondisi tubuhnya yang melemah akibat kejadian itu. Risa juga tidak tinggal sendiri, wanita itu memutuskan untuk tinggal bersama Hana di kontrakan temannya itu.

Risa tidak sanggup, semua kenangan tentang Haseum berkeliaran di kontrakan lamanya. Risa tidak ingin terus menerus meratapi nasibnya, Risa tidak ingin terus berjalan di tempat. Setelah Hana menceramahinya panjang lebar, Risa paham. Bahwa apa yang ia lakukan tidak akan membuahkan hasil. Sekalipun Risa mati, itu tidak menjamin bahwa ia akan kembali bertemu dengan pria yang sangat ia rindukan.

"Aku rindu, aku mohon datang, meskipun itu hanya di dalam mimpiku." gumamnya, lirih.

"Ris."

Suara panggilan Hana membuat Risa buru-buru menghapus air matanya. Risa tidak ingin sampai Hana tahu, bahwa Risa masih memikirkan Haseum. Bahkan tanpa Risa sadari, Hana sudah tahu apa yang dirasakan temannya. Semua itu tidak mudah, Hana yang cukup lama mengalami itu masih belum bisa menghilangkan perasaannya kepada pria yang juga hilang dalam hidupnya.

"Apa, Han?" jawab Risa, tersenyum sebisa mungkin.

Hana paham Risa memaksa tersenyum, meski tidak suka. Hana cukup bersyukur jika Risa sudah mulai dewasa, bisa meredam semua apa yang ia rasakan. Tidak seperti dulu, Risa benar-benar sudah hilang akal.

Tidak, justru Hana yang ingin memaki Haseum jika saja hantu itu masih ada. Hana sudah mengingatkan jika mereka berbeda, Hana sudah mengingatkan bahwa cinta itu tidak akan berhasil. Tapi Hana tidak bisa melakukan apapun, karena yang merasakan itu keduanya.

"Aku mau keluar sama Irfan, kamu gak apa di kontrakan sendiri?"

Risa tersenyum lalu menggauk "Gak apa, asal pulangnya beliin aku mangga."

Hana berdecih "Kebiasaan kamu meras pacar aku."

"Lah, jangan mau rugi dong Han. Matre sedikit gak apa-apa. Cuma minta di beliin mangga doang dua kilo."

Hana memutarkan kedua bola matanya malas "Aku gak matre pun udah di kasih, kalo jalan pasti Irfan teraktir aku."

"Itu kewajiban, emang kamu mau keluarin uang? Ini tanggal tua lho." balas Risa.

"Lah, ngapain aku ngeluarin uang." tanyanya. Tidak akan, untuk apa Hana mengeluarkan uang demi pria.

"Siapa tahu Irfan kamu boke, terus minta dibeliin gado-gado."

"Ngaur terus kamu, aku keluar dulu. Jangan macem-macem di kontrakan aku." Hana memperingati.

Risa manggut-manggut "Iya-iya ibu Hana." kekehnya.

Hana mengangguk, mengambil tas selempang yang ada di tempat tidur. Lalu bergegas keluar, menghampiri Irfan yang sudah menunggu disana. Tapi ketika Hana membuka pintu, yang ia lihat justru dia orang pria. Irfan dan.... Ari.

Hana tersenyum "Risa, gebetan kamu ada disini." teriaknya.

Dua pria itu membalikan tubuhnya, melihat Hana yang terkekeh di ambang pintu. Hana cukup senang melihat kehadiran Ari, Hana selalu mendoakan temannya itu bisa sedikit menyisihkan hatinya untuk orang lain, meski bayangan itu masih ada di dalam hatinya, seperti apa yang Hana rasakan. Mencoba membuka hati untuk Irfan, meski di hatinya masih tertulis nama pria lain.

"Risa di dalam, mau ngajakin jalan juga bang Ari?"

Ari tersenyum lalu mengangguk "Hm, biar dia gak di dalem terus."

Hana mengangguk "Oke, jadi aku sedikit lega ninggalan bayi gede itu. Aku duluan ya, bang."

Ari mengangguk, melihat kepergian Irfan dan Hana yang mulai menjauh dengan sebuah motor. Ari membuang napasnya, melangkah ke dalam kontrakan yang terbuka.

"Mau jalan?"

Risa tersenyum kecil lalu mengangguk "Asal traktir."

Ari berdecih dengan senyum kecil "Kebiasaan."

**

Risa sudah mulai bisa tersenyum, keceriaannya sedikit demi sedikit kembali. Hana cukup bersyukur melihat itu. Hari ini bahkan mereka sedang menghabiskan uang di sebuah mall. Mereka baru saja mendapatkan gajinya, dan langsung meluncur ke tempat dimana uang akan hilang dalam waktu dekat.

"Han, mau kemana?" tanya Risa.

Risa jengah, sedari tadi Hana terus saja berjalan. Bahkan ketika Risa menariknya untuk berhenti disebuah tempat makan, Hana enggan. Hana berkata harus puas-puaskan dulu sebelum makan sesuatu, menghemat. Jika makan terlebih dahulu dan kembali bermain, Hana yakin perutnya akan lapar kembali.

"Aku mau cari buku Novel dulu, Ris. Katanya hari ini penulisnya ada disana sekalian tanda tangan. Aku pengen ketemu langsung, minta foto sama tanda tangan langsung." serunya.

Risa mendesah, Hana memang penggila buku tanpa gambar itu. Risa sendiri hampir sakit kepala melihat banyaknya buku yang terpajang di rak buku kontrakan Hana. Risa tidak suka membaca novel, Risa lebih suka membaca komik.

"Iya-iya." Risa pasrah, mengikuti langkah Hana yang menyeret tangannya.

Cukup lama mereka sampai ke toko buku. Hari ini cukup ramai, apa karena tanggal muda. Entahlah, yang Risa tahu ia harus mengalihkan rasa bosannya menunggu Hana yang sedang mengantre di antrean cukup panjang.

Risa menggelengkan kepalanya, coba yang ada di depan itu spongebob. Mungkin Risa sudah meluncur minta tanda tangan makhluk kuning itu.

Risa berjalan melihat-lihat buku komik yang terpajang disana. Sayangnya kebanyakan tidak bisa dibuka, mereka terbungkus plastik begitu rapi. Risa tidak mungkin membukanya meski penasaran, dosa.

Namu tiba-tiba langkahnya terhenti ketika berada disebuah rak majalah. Tubuhnya kaku, entah apa yang ia rasakan. Dengan gemetar Risa mendekat, melihat banyaknya majalah dengan foto yang sangat Risa kenal.

"Ris, udah nih pulang! yuk."

Sayangnya ucapan Hana tidak direspon, dahi wanita itu berkerut. Melihat gerakan mata Risa yang kini tertuju kesebuah majalah. Detik berikutnya kedua mata wanita itu membelalak, melihat gambar siapa yang ada di sana.

"Haseum." gumam Risa.

END EPILOG!

Hai gais! Penasaran sama Season II perjalanan cinta mereka? Kamu bis langsung dapatkan ceritanya di Karyakarsa atau google playbook ya. Season II tidak ada di wattpad. Hanya tersedia di Karyakarsa atau google playbook saja. Terima kasih❤️




Czytaj Dalej

To Też Polubisz

3.6M 73.5K 47
"Kamu milikku tapi aku tidak ingin ada status terikat diantara kita berdua." Argio _______ Berawal dari menawarkan dirinya pada seorang pria kaya ray...
5.9K 850 12
✔ Seorang guru Ilmu Sosial yang masih junior mendapat amanah besar dengan hadirnya Naruto yang dua kali tidak naik kelas. Nakal dan suka melawan, tet...
31.1K 1.4K 29
DO YOU REALLY KNOW ME? "Aku hanya ingin hidup dalam kehidupanku. Aku ingin semuanya kembali seperti semula. Aku hanya ingin berhenti berpura-pura." "...
935K 11.7K 6
Luna dan Laura. Kembar non-identik, namun sama-sama cantik. Perbedaan di antara mereka sangat mencolok. Jika Luna mengejar prestasi, maka Laura menge...