GIVE ME BABY TWINS ✔️

By sunflowerlovers

1.9M 62.4K 954

[TAMAT] Tiga kali serangan pertahanan diri telah dilayangkan Camilla pada Marcell, pewaris perusahaan Ashford... More

KATA PENGANTAR
SINOPSIS
1. PRICE TAG
2. TWIN BABIES
3. BEWITCHED
4. HYPNOTIZED
5. STARVING
6. GOOGLING
7. BEST FRIENDS
8. PLAYBOY
9. JEALOUS? IMPOSSIBLE
10. PENALTY FOR RESIGNATION
11. ETHAN
12. HONEST
13. A CHAOTIC NIGHT
14. BEST BROTHER
15. BLINK KISS
16. NEW YORK FASHION WEEK
18. IT NEVER RAINS BUT IT POURS
19. WITH HIM
20. TRAGEDY IN THE LIMO
21. BLOND MAN
22. TEMPTATION
23. HIS REVENGE
24. AT NIGHT
25. KIDNAPPED
■ PIC. YAKOV'S MANSION ■
26. LET'S GO
27. LUNCH WITH HIM
28. WANNA STAY AWAY
29. MISFORTUNE
30. TEMPTED?
31. PLAY WITH BABIES
32. WANNA KILL YOU
33. DECISION
34. ESCAPE FROM MY PROMISE
35. HEARTBEAT
36. CARRIED ON
37. IS THIS A DATE?
38. SÃO PAULO
39. GENES GÊMEOS
40. CRIANÇAS
41. EM VOLTA DELE [Vingança]
41. EM VOLTA DELE [É mesmo?]
42. VAMOS NOS CASAR!
43. ARREPENDIDO
44. CURIOSO
45. A SENTENÇA ROMÂNTICA
46. HIS SERIOUSNESS
47. GREAT INFLUENCE
48. POP THE QUESTION
49. CHAOS
■ SEQUEL GMBT ■

17. BAD LUCK

27.6K 1.3K 22
By sunflowerlovers

SELAMAT MEMBACA
Words = 1800+

Sebentar lagi ... aku akan menjadi model hanya untuk satu malam.

Aku melirik tajam kearah wanita nerd disebelahku. Dia kembali lagi. Setelah meninggalkanku sebagai tumbal dengan seenaknya. Pandangannya memperlihatkan kekaguman dan juga keraguan. Sialan!

"Kau menyesal menarikku kesini dan takut aku akan mengacaukan semunya?" ucapku terang-terangan.

Dia menggeleng cepat dengan wajah murung.

"Cepat pasangkan ini dikepalanya. Setelah acara ini selesai, kau jumpai aku diruanganku, Bethany. Kau terlalu banyak membuat masalah," ujar Mrs. Walker sambil menyerahkan headpiece floral berwarna emas kepada Bethany dengan tidak sabar. Wanita tua itu kemudian pergi dan lanjut berkomat-kamit dengan yang lain.

"Setelah ini giliranmu dan kau harus mampu memukau mereka dengan gaun indah ini," ucapnya. Tangannya mengatur headpiece dikepalaku dan melekatkannya dengan jepitan.

Tangan hangat tiba-tiba melingkupi tanganku.

Dia perancang busana ini!

"Kau pasti bisa. Tegapkan badanmu dan melangkahlah dengan percaya diri," ujarnya menyemangatiku.

Aku tersenyum lebar dan berterima kasih kepadanya. Setelah itu, dia memberikan kode padaku untuk memulai pertunjukanku. Aku melangkahkan kakiku dengan pasti.

Hal yang baru, terasa mendebarkan dan memacu adrenalin ku.

Panggung sudah berada dibawah kakiku. Aku menatap ujung runway ini yang terlihat sangat jauh. Berapa langkah lagi yang harus aku lakukan?

Sialan. Aku gugup.

Oh My Goodness, apa itu Daddy dan Emili?

Apa yang sedang pasangan pengantin baru itu lakukan di acara ini? Astaga, mereka sangat memalukan. Bukannya memperhatikan acara tetapi mereka terlihat asik berbisik-bisik. Aku melihat senyuman menjijikkan itu—astaga—membuatku ingin muntah.

Aku mempercepat langkahku yang masih mencapai setengah runway. Namun, nasib baik sedang tidak berpihak kepadaku. Ujung kakiku tanpa sengaja menghimpit bagian bawah gaun sehingga membuat tubuhku terasa tidak seimbang dan akan jatuh kedepan.

Aku tidak boleh jatuh. Aku tidak boleh jatuh.

Aku merasakan sudah tidak sanggup menyeimbangkan badanku. Aku mulai menyiapkan badanku untuk menerima hal yang akan aku lakukan sebentar lagi. Badanku melakukan salto profesional ke depan dengan cepat hingga berdiri lagi dengan tegak di atas high heels dengan sempurna.

Aku kaget. Tentu saja. Namun, sorakan penonton dan tepuk tangan membuatku tersenyum bangga dan melanjutkan langkah kakiku denga kepercayaan diri yang meningkat. Aku merapikan sanggulan rambutku yang terasa longgar dan membuatku tidak nyaman.

Arggh ... ini memuakkan.

Dengan tetap mempertahankan langkah kaki yang pasti, aku menggeraikan rambutku dengan anggun dan merapikan hiasan kepalaku yang terasa sedikit longgar.

Tanpa sadar aku melihat Eliza dan Fiona yang menatapku dengan pandangan tak percaya dengan mulut yang terbuka lebar. Kedipan mata menggoda aku layangkan pada mereka dan ... mulut mereka mengatup rapat.

Kursi dihadapanku yang hanya berjarak ± 4 meter, masih menampilkan dua sejoli 'menyebalkan' yang masih asyik dengan kegiatan mereka tanpa terusik dengan sorakan beberapa tamu dan penonton.

Teruslah kalian bermesraan seolah-olah dunia milik berdua.

Daddyku terlihat sedang menatap Emili sambil berbisik menggoda yang membuatnya tersipu malu sambil menundukkan wajah dengan senyuman lebar.

©give.me.baby.twins©

"Kau pikir ini acara akrobat. Wanita itu, dimana dia? Bethany dimana?! Bagaimana bisa dia membawa wanita tidak jelas seperti ini," berang Mrs. Walker sambil berjalan bolak-balik disekitarku.

Kakinya berhenti didepanku dan tangannya memegang keningnya, "Tidakkah kau berpikir lebih baik kau terjatuh anggun dengan gaun itu daripada melakukan akrobat dengan gaun pengantin itu. Sangat tidak cocok dengan gaun yang kau kenakan, kau tau itu ?!" ucap Mrs. Walker dengan geram. Matanya berkilat penuh amarah.

"Maaf aku bukan pekerjamu, Mrs. Walker. Wajahmu sudah berkeriput dan akan semakin keriput sebentar lagi. Aku permisi."

Dia menggeram kesal padaku dan pergi dengan rutukkan yang tak henti-hentinya keluar dari mulut itu.

Aku menghembuskan nafas lega setelah keluar dari backstage dengan kembali mengenakan dress yang tak kusukai.

Saat ini, aku benar-benar butuh air untuk mencuci wajahku saat ini. Aku memutuskan untuk pergi ke toilet. Tanganku menampung air wastafel dan membasuh wajahku dengan erangan puas. "Ini bukan mimpi, Camilla," ucapku pada cermin dihadapanku.

Aku menatap pantulan diriku di cermin yang dihiasi oleh ukiran-ukiran mewah berwarna emas disepanjang sisinya. Make up natural masih terlihat menghiasi wajahku. Rambutku terlihat mengkilap dan rapi—tidak seperti tampilan awal yang terkesan liar dan berantakan.

Aku terkejut saat melihat sosok dibelakangku dari cermin. Tatapan intimidasi terasa mengelilingi tubuhku. Aku membasuh kembali wajahku berkali-kali dan mengangkatnya lagi.

Astaga, sosok itu berjalan mendekatiku.

Refleks aku membalikkan badan untuk memastikan penglihatanku.

"Kau—" jari telunjukku tanpa sadar menusuk tengah dadanya yang tidak tertutup coat "—disini?!"

Sebelum aku sempat memundurkan tubuhku, tangan kirinya dengan cepat menggenggam jariku yang menyentuhnya kecil dan membawa genggaman itu kebelakang tubuhku sehingga tubuh kami menjadi berhimpitan. Tatapannya sangat dalam.

"Kau sepertinya sudah dapat pekerjaan baru," ujarnya mencemooh.

"Aku sudah tidak punya urusan lagi denganmu. Denda $100000 sudah aku transfer kepada perusahaanmu dan ... lunas!"

Suaraku tidak menunjukkan bagaimana keadaanku saat ini. Kakiku terasa melemas saat aromanya memasuki penciumanku dan tubuhku menghangat saat tubuhnya menghimpitku tanpa jarak.

Pria ini memporak-porandakan emosiku. Terkadang dia membuatku seperti kucing yang butuh belaian dan terkadang menjadi macan yang terus memunculkan cakar dan taring untuk terus melawannya.

Seringai setan terlihat dari bibirnya. Sentuhan hangat terasa menjalar naik disepanjang sisi tubuhku.

"Kau pikir, aku sunguh-sungguh mengharapkan bayaran itu darimu?" Alis matanya naik keatas dan bibirnya melengkung. "Tidak semudah itu untuk menjauh dariku, Camilla," suaranya serak dan matanya berkabut.

"Buktinya aku sudah berhasil menjauh dari perusahaan," ujarku sinis. Tangan kiriku—yang tidak ditahan—mendorongnya menjauh dengan kekuatan maksimal saat aku menyadari tangannya menyentuh bagian teratas belahan di sepanjang paha kiriku.

"Menjauh dariku. Aku tidak suka disentuh oleh pria sepertimu!" .

"Aku pria seperti apa memangnya?" tanyanya dengan dengusan kasar dan tangan yang mengepal.

Aku terdiam sebentar untuk memikirkan kata-kata yang tepat. Mataku bergerak memperhatikannya dari mata amber miliknya hingga kebawah. Tampilannya sangat memikat.

Sweater berwarna senada dengan coat hijau army dan jeans hitam dengan model sobek pada bagian lutut melapisi tubuhnya. Pandanganku berhenti pada sepatu boot berwarna hitam mengkilap berbahan kulit yang sedang dikenakannya.

Aku melipat bibirku kedalam dan menaikkan alisku sambil melipat kedua tanganku didepan dada, kemudian kembali menatapnya, "Kau—pria yang bertingkah buruk. Menggoda banyak wanita, melakukan 'hal itu', kemudian meninggalkan atau bahkan membayar para wanita itu. Bagiku, kau pria sejenis itu."

Marcell melangkah mendekat dengan tatapan yang menyorot aneh. "Sampai saat ini hanya bibirmu yang terakhir kali kucium—"

"Ya! Dengan paksa," potongku setengah teriak. Aku masih tidak terima dengan ciuman tiba-tiba yang diberikannya saat ada Ethan. Karena dia aku diceramahi oleh Ethan disepanjang jalan.

"—dan masih membekas hingga aku ingin terus kembali menciummu," ucapnya dengan pandangan yang tidak lepas dari bibirku. Ekspresinya melembut.

Jantungku berdetak tidak karuan, rasa bahagia tiba-tiba menjalar di tubuhku. Apakah itu artinya dia merindukanku? Oh tidak! Aku tidak boleh mempercayai ucapan pria playboy satu ini.

"Aku tidak peduli. Kau cari saja wanita lain yang dengan sukarela meladenimu," balasku dengan nada tajam dan beranjak keluar melewati sisi tubuhnya.

Aku merasakan badanku dengan cepat terangkat dan bergerak kebelakang, suara terkesiap lolos dari bibirku. Dingin. Permukaan yang kini aku duduki terasa dingin dibalik bajuku.

"Apa yang kau—" ucapanku terhenti ketika melihatnya yang tiba-tiba berlutut dan memberikan sentuhan lembut pada pergelangan kakiku.

"Bagaimana bisa kau melakukan akrobat dengan gaun pengantin tadi?" rutuknya dengan kepala yang terangkat menatapku.

Aku membungkuk ke depan dan melihat pergelangan kakiku yang ternyata memar. "Pantas saja sakit saat berjalan," timpalku.

"Kalau kau berniat melukai kakimu, lebih baik kau serahkan kakimu padaku saja." Marcell melepas high heels ku dan memutar-mutar pergelangan kakiku. "Aku sudah membayangkan hal-hal yang akan menyenangkan kita berdua. Aku juga bisa meninggalkan bekas kebiruan seperti ini ... jika kau sangat menginginkannya dan pastinya menyenangkan," lirihnya dengan jari-jari yang mengusap kulitku pelan.

Kali ini aku tidak peduli dengan ucapan mesumnya dan hanya dapat mempedulikan perhatian kecil yang tak terduga darinya. Tanpa sadar, aku menggigit kuat bibirku saat perasaanku menghangat. Wajahku terasa memanas dan aku tida tau harus membalas ucapannya ataupun memarahinya.

"Berhentilah bersikap seperti remaja yang sedang kasmaran. Wajahmu nyaris seperti stroberi." Dia menyeringai dengan tampan dan menyebalkan!

"Sialan kau, Marcell!" Aku menyepak dadanya disaat dia sedang menggenggam kakiku.

Betapa bodohnya aku saat ini. Aku ikut tertarik ke depan saat dia terjungkang kebelakang. Namun bukan seperti di film-film yang mana terjatuh di atas tubuh sang pria. Sialnya aku terjatuh mendarat dilantai dan diatas pantatku sendiri.

"Argh ... Sakit!" Rasa perih menjalar hingga aku merasakan air mata mengalir di kedua pipiku. "Mengapa kau menarikku, brengsek!" umpatku kembali menjangkau nya dengan serangan kakiku.

Aku memberikan pandangan berapi-api pada Marcellyang sudah dalam posisi duduk— dihadapanku.

"Kau gila. Kau benar-benar pria gila," teriakku tidak terkontrol sambil menghapus air mataku kasar saat dia malah menertawaiku dengan puas. Aku berusaha berdiri namun sepertinya aku harus menghilangkan rasa ngilu di kaki dan pantatku.

Hari yang benar-benar sial!

Aku menyadari tatapannya yang tidak beralih dari wajahku dan ... dia tersenyum.

"Kau semakin menggoda saat ini. Matamu, hidungmu, pipimu dan bibirmu, memerah. Apakah benar-benar sakit?" tanyanya lembut—yang mulai terdengar peduli.

Aku mendengus, mengabaikannya, dan kembali mencoba beranjak dari lantai kamar mandi setelah memasang sepatuku. Aku meringis saat merasakan ngilu yang tajam di pergelangan kakiku.

Tiba-tiba ... aku merasakan tubuhku terangkat. Sebelah tangannya berada dibawah lututku dan satu lagi melingkup bahuku. "Kau tidak akan terjatuh jika kau tidak mendorongku tiba-tiba."

"Sudahlah, turunkan aku. Aku tidak butuh bantuanmu. Bisa-bisa aku semakin bertambah terkilir," ujarku dengan emosi meluap-luap.

"Aku harus mengobatimu terlebih dahulu di apartemenku dan setelah itu aku akan mengantarkanmu pulang."

"Ke-kenapa harus diapartemenmu?!"

"Dekat dari sini."

Otakku berpikiran liar. Sialan!

"Bagaimana cara kau mengobatiku?" semburku penasaran.

Kalau masalah pergelangan kaki masih wajar. Tetapi apa yang akan dia lakukan untuk mengobati ngilu di tulang pantatku? Aku memikirkan tangannya yang penuh dengan otot dan urat yang meregang ... mengurutku pelan dengan penuh kelembutan untuk menenangkan rasa sakitku.

Otak sialan. Mengapa aku semakin mesum? Oh astaga. Hentikan. Hentikan ini semua. Hentikan pikiran kotorku. Itu tidak akan terjadi. Tidak akan!

"Aku akan memanggil dokter. Dia yang akan memeriksa dan mengobatimu," jawabnya santai.

Aku menghembuskan nafas dengan kecewa. Aku benar-benar sudah gila. Sangat gila.

Kepala kami tersentak ke arah yang sama saat bunyi debuman pintu toilet wanita yang dibuka dengan kasar dan tergesa-gesa.

Mataku melebar ke arah pintu masuk toilet. Terlihat sepasang pria dan wanita yang sedang berciuman panas—seolah tidak ada lagi hari esok—dan mendarat keras pada dinding di samping pintu tanpa menyadari keberadaan kami berdua.

Bunyi decapan lidah dan ciuman memenuhi inderaku. Kepala pria itu turun dan mendarat di leher sang wanita—aku mendengus kasar—yang terlihat sangat menikmati cumbuan dari pria itu. Mata wanita itu terbuka seiring dengan desahan yang keluar dari bibirnya.

Matanya melotot menatap keberadaan orang lain yang sedang menyaksikan aktivitas menjijikkan mereka berdua di fasilitas umum ini.

Bagus jika dia sadar.

"Camilla?" ucap wanita itu pelan dengan nada ragu dan ekspresi kaget. Pria yang berada dipelukan wanita berambut coklat itu menggerakkan kepalanya mengikuti arah pandangan pasangannya.

Mata berwarna biru sekelam lautan, menatapku terkejut dan berubah menjadi garang saat melihatku yang berada digendongan Marcell. Dia menjauh dari pasangannya dan mendekati kami berdua dengan wajah menahan marah.

"Apa yang kau lakukan pada putriku?" Matanya menatap Marcell sengit.

"Aku menolongnya karena dia terjatuh," jawab Marcell tenang tanpa terpengaruh oleh tatapan pria bermata biru itu yang terlihat sangat ingin menelannya hidup-hidup.

Aku berdeham saat keheningan melanda meskipun tatapan adu mata antar mereka terlihat sangat tidak hening. "Abaikan saja aku dan silakan lanjut bersenang-senang," ujarku menyerupai sindiran. Mataku menatap wanita itu dan memutar bola mataku jengah. "Ayo kita pergi dari sini, Marcell."

Tanganku bergerak menuju leher Marcell—mengalungkan tanganku dengan nyaman dan membenamkan wajahku pada pakaian luarannya yang wangi dan berbahan lembut. Aroma tubuhnya ... sangat menggoda.

"Kau tidak akan pergi kemana-mana dengan pria ini, Camilla," ucap Daddy ku tegas. "Turunkan dia sekarang. Aku yang akan mengurusnya."

"Aku tetap akan pergi dengannya, Dad. Lanjutkan saja kegiatan kalian," balasku dan kemudian membisikkan sesuatu pada Marcell yang membuat matanya berkabut dan bibirnya tertarik menampilkan seringai puas.

TO BE CONTINUED
[31 Oktober 2017]

Terima kasih sudah membaca :)
Jangan lupa vote dan komen ya 💋



Continue Reading

You'll Also Like

47.8K 2K 20
Menjadi satu-satunya yang tak pernah diinginkan dalam keluarga pernah dirasakan oleh Ify. Keluarganya sangat membencinya tanpa dia tahu apa alasanny...
1M 18.2K 16
"Sorry, saya nggak level sama berondong," -Mitha Tri Wahyuni- "Saya bisa bikin kamu menarik kata-katamu barusan," -Revan Widyatama- *** Mitha mengi...
51.3K 4.6K 51
FOLLOW DULU YA SEBELUM DIBACA!
2.4M 267K 47
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...