Enemy But Friends

By dnar13

79.9K 3.7K 333

DIUSAHAKAN UPDATE SETIAP HARI. DISINI HARAM KEDATANGAN PLAGIATOR. [..SEMUA PART DIPRIVATE, HARAP FOLLOW DINDA... More

Perhatian
1 - Mimi Peri
2 - Panci Gosong?!
3 - Surprise
4 - Gak bokong!!
6 - Generasi Micin
7 - Imut imut apa amit amit?!
8 - Kampretol Lejatos
HAPUS?
9 - Mimpi Buruk
10 - Si Lonte
11 - Sahabat
UU AA
12 - Jongos
13 - BESOK ALFIAN MATI!!
Cast
14 - Wanita Murahan
15 - Nitip Kondom
16 - Pacarnya Alfian
Pilih, please?
17 - Dikenyot-kenyot
18 - Yakin
19 - Pekerjaan Paling Mulia
20 - Karma Itu Nyata!
21 - Milik Gue!
22 - Hidup Mario Alfian!
23 - Hewan Buas?
24 - Manusia Berbulu Hijau
25 - Muka Pasaran
26 - Latihan ASIAN Games
27 - Tuan Rubah
28 - Calon Istri?
29 - Alergi Disakitin
30 - Awal Segalanya
31 - Sangat Membosankan
32 - Rafi Gila!
33 - Jenguk Caroline
34 - Danau Caro?
35 - Terungkap
36 - Buku Diary Roy
37 - Ingatan yang Buruk
38 - Taruhan
39 - Taruhan Akan Dimulai
40 - Menang atau Kalah?
41 - Berita Hot Pagi
42 - Dia kenapa?
43 - Mabok Tayo
44 - Acara Pertunangan(1)
45 - Acara Pertunangan(2)
46 - Penjelasan
47 - Pengakuan
48 - Diandra?
49 - Cemburu
50 - Ajakan Shinta
51 - Complicated
52 - Sakit Hati
53 - Hari Pertama Ujian
54 - Tak Sengaja Bertemu
Casting tambahan
55 - Ketemu Lagi?!
56 - Mulainya Niat Awal
BACA
57 - Teror?
58 - Waktunya Berhenti
59 - A Hope
60 - Pengajian
61 - Classmeet
Penting

5 - Red Blood

2.2K 92 2
By dnar13

Caroline Pov
Kami saling memunggungi, gue dengan cepat menendang tangan salah satu cowok disini yang sedang memegang pistol, dan menangkap pistol itu dengan tepat.

Sekarang gentian Dora dan Mackie yang ngambil pistol dari salah satu mereka yang megepung kami. Salah satu dari mereka meninju gue memakai tangan kanannya yang langsung ditangkap gue dan baru saja pengen gue putar, seseorang berteriak untuk berhenti. Ish, gak tau orang lagi seneng aja.

"Stop!!!" jerit seseorang saat dari mereka ingin menyerang Dora dan Mackie.

"Selamat datang, nona," ujar orang itu, Austin, sepupu gue yang gue suruh buat megang markas di Indonesia yang pusatnya di Jakarta. Jadi, nih markas memang sudah lama banget. Gue yang ngerekommend ke mereka. Of course mereka setuju. Aslinya sih gue iseng-iseng aja. Eh, taunya jadi besar. Yaudah lah dilanjut aja. Nanggung.
Gue liat tuh para-para curut maksudnya cowok-cowok yang nyerang gue, sama yang lain pada menatap Austin dan kami bergantian. Mungkin bingung kenapa nunduk hormat ke arah gue sama yang lain?

"Kalian semua kumpulkan semua orang di aula!!" Austin menatap mereka tajam. Buh, ini mah keluarga besar gue keturunan mata tajam. Bukan daddy, sama gue aja.

"Baik bos!"
Mereka semua bubar masuk kembali. Austin melirik kearah gue dengan menyeringai, gue balik menyeringai.

'Sett
Austin ngelempar pisau kecil andalannya ke arah gue. Tepat gue menghindar. Gini-gini gue jago berantem.

"Masih gesit aja lo," Austin berjalan mendekati gue.

"Yoa, ngeremehin gue lo? baek gak lo?" tanya Caroline sambil berjabat tangan ala mereka.

Austin mengulas senyum, "Palalo ngeremehin. Gak mau nyari gara-gara gue mah. Baek-baek, lo pada gimane?"

"Dih, bilang aja lo takut." Dora menatap sinis Austin.

"Yaiyalah. Ngajak dia berantem mah udah kek ke kandang harimau betina gue."

"Lo ngatain gue apa gimana nih?" Gue ikut melirik Austin sinis.

Austin cengar-cengir, "Gak ngatain elah. Cuman nyindir ae. Baperan lo mah. Pantes ditinggalin doi, baperan geh."

Cukup kasih senyuman sambil acungkan jari tengah padanya:)

"Baek gak lorang? Gue tanyain baek-baek nih."

"Baek lah."

"Baek-baekm"

"Baek, bro."

"Nih, yok masuk." Austin menuntun kami masuk ke dalam ruangan yang sangat lebar mungkin bisa menampung seribu orang lebih.

Austin naik kepodium, "test..test.." Austin menyoba mic.
Kalo gue jadi dia ga nanggung-nanggung nyobanya. Sekalian aja nyanyi dangdut. Walaupun gue selalu diluar negri bukan di Indonesia, gue juga tau lagu-lagu dangdut disini.
Lo mau tau kenapa? Karena...
Mom suka nyanyi lagu dangdut di home. Mangkanya gue jadi penasaran. Dari situ gue tau lagu-lagu dangdut, gak cuma itu aja! Lagu indonesia juga gue tau. Contohnya nih apa ya? Hmm... itu... mata ke hati! Dari HiVi kan? Gue juga hapal liriknya! Mau denger? Nanti lah, waktu karokean mah beda lagi. Back to real, guys!

"Saya akan memberitahukan pemberitahuan yang sangat penting, diharapkan semuanya mendengarkan saya tidak bermain-main!"

Austin tegas juga. Gue gak salah milih berarti.

Semua diem, "Jadi yang membuat organisasi kita organisasi 'Red Blood' adalah 3 gadis yang ada disamping saya," jelasnya singkat.

Semua terperangah sambil menatap kami. Mungkin siapa yang percaya yang membangun organisasi yang sangat besar seperti ini adalah anak peremuan seperti kami? Kami yang memang sering dibilang sangat cantik. Dengan muka yang blasteran, tubuh yang semampai, tetapi tatapan kami yang sangat mengintimidasi, dan tatapan yang sangat datar. Ingat itu 'sering dibilang' bukan kami yang memuji diri sendiri. Yakali -_-.

Gue maju kepodium atas untuk berbicara layaknya kepala sekolah lewat mic, "Perkenalkan semua, Gue Caroline Giselle Audison. Panggil Caselle aja karena kita semua disini sudah seperti keluarga yang 1 tim yang menjaga kesolidaritasan, tolong menolong, rendah hati, dan yang paling terpenting! Jaga keberanian untuk bertindak jujur! karena, gue sama sekali tidak menyukai adanya pengkhianat yang impor maupun ekspor disini. Panggil kami layaknya kita bersahabat ataupun berkeluarga. 'Kalau lo asik gue santai, lo usik gue bantai!' Ingat itu. "

Semua yang mendengar ucapan gue yang berkesan bijak pun menjadi bertepuk tangan, dan memandang gue dengan pandangan yang lagi lagi kagum. Gue sedikir risih dengan pandangan yang selalu menilai luar, tanpa melihat dalamnya.

"Gue Aldora Belva Jhonson. Panggil gue Alva."

"Gue Mackie Rhiana Wijaya. Panggil Kiana aja."

"Kami pembangun organisasi ini. Kalian berlanjutlah berlatih. Kami akan berkeliling ingin melihat semana latihan kalian sampai sekarang. Terima kasih atas perhatiannya, selamat berlatih!" Gue meneliti mereka satu-satu.
Banyak juga yang cewek, bisa lebih dari 30. Lumayan lah, peningkatan.

Semua membubarkan diri meninggalkan gue yang turun dari podium, Dora yang matanya jelalatan mencari cogan, Mackie yang asik melihat kuku yang diberi nya cat kuku berwarna pink, dan Austin yang masih memperhatikan anak-anak didiknya yang berjalan keluar dengan teratur.

"Ayok gue tunjukkin kamar kaliam, gak mungkin kan kalian pake pakaian kayak gitu?" Austin melirik baju sekolah kami yang di crop top, rok 2 cm diatas paha, kaos kaki putih panjang, dan rambut mereka yang tergerai sangat indah.
Gue ikut melirik kearah baju yang gue pakai, dan mengangguk. Kami semua berjalan mengikuti langkah Austin yang berjalan menuju kamar kami.

"Nih kamar kalian." Austin menunjuk pintu tepat disebelah kiri gue.

"Makasih tin!" kami berteriak saat Austin udah jalan balik ke bawah karena kamar khusus kami dilantai atas.

"Yoii!"

Mereka masuk kedalam dan menemukan banyak baju yang keren, dan mahal.
"Wow, bahkan ada yang masih ada label harga." Dora tercengang ngelihat semua baju di lemari pakaian kami.

"Lebay lo, kutu tumbuhan." Gue ngelirik Dora sambil menyeringai.

"Taik."

"Anjing! Harganya boi!!" jerit Mackie saat ikut melihat harga yang tertera dilabel salah satu baju.

"Gue baru denger kalo beli baju itu make anjing bukan make duit lagi." Gue menatap mereka dengan (sok) polos.

Dora dan Mackie menatap gue datar, "Apa?" tanya gue dengan santai saat merasa mereka merhatiin.

"Bodo amat, jing," ujar mereka dengan serempak sambil memilih baju yang cocok untuk dipakai.

Make yang mana nih?

Gila! Masa ada baju pesta. Yakali berantem make baju pesta! Goblin(maksudnya gobl*k).
Asal pilih ae lah ya?

Gue dengan asal mengambil leging panjang berwarna coklat, jaket kulit berwarna coklat, sepatu kets coklat, dengan rambutnya dikuncir menjadi satu.

Gue mengajak Dora dan Mackie yang juga sudah siap dengan penampilan mereka masing-masing untuk turun kebawah.

"Dor! Minjem hp lu dong," Gue menatap Dora yang tepat disamping gue.

Dora (pura-pura) kaget, "Eh kaget, gue."

"Dor itu nama lo tolo, bukan maksud mau ngagetin lo."

Dora nyengir lalu nyerahin hp nya ke gue. Percuma saja tuh curut tetep gak mau ngasih hpnya karena gue bakal tetap usaha ngambil wkwk.

Gue buka aplikasi line Dora. Banyak banget chat dari cowok yang ngajak Dora berkenalan atau apapun, yang sama sekali gak Dora tanggepin. Gak. Ditanggepin.

"Kejem amat lo dor, nih semua cowo gak ada yang lo tanggepin." Gue mengeleng-gelengkan kepala.

"Daripada lo, lo tanggepin semua eh ujung-ujungnya pada baper. Terus, minta pertanggung jawaban dari lo kan?"

"Pertanggung jawaban pertanggung jawaban, lo kata gue hamilin anak orang, hah?"

Ngeliat Dora yang bukannya jawab malah ketawa buat gue berdecih ria, dan lanjutin liat-liat line Dora.

Aih anjir. Demi apa?!

Seketika gue kaget liat ada salah satu cowok yang negor dia dan ditanggepin sama Dora. Suatu keajaiban!

Dave? Bukannya dia sohibnya si panci gosong ya? Itu loh yang mayang ganteng! Wkwkwk.

"Ehem!! Ada temen yang lagi deket sama cowok, tapi gak cerita-cerita lagi sama kita nih, Mack." Gue nyenggol bahu Mackie yang disebelah kanannya buat menyindir Dora.

Dora menoleh kearah gue penasaran, "Siapa, rot? Siapa?" tanya Dora polos.
Lah?

Gue cengo denger Dora nanya itu dengan polos, lalu memutar bola matanya malas. Seperti inilah Dora 'tidak pekaan'. Membuat cowo yang mendekatinya frustasi karna tidak peka dengan kodean mereka.

Gue narik Mackie untuk mempercepat jalannya, dan meninggalkan Dora yang kebingungan. Mungkin. Atau dia pura-pura gak tau? Huh.

Kami masuk dibagian pistol, dan panah.
Gue yang sangat ahli dipistol mulai mengajari ilmu yang gue ketahui, sedangkan panah oleh Dora dan Mackie.

"....... Jadi kalian harus gunain konsentrasi kalian biar ga lengah. Walaupun kalian harus menembak pas kalian lari itu pun harus fokus dengan 2 arah yaitu yang kalian tembak, dan sekitar. Kalo kalian hanya fokus sama yang pengen kalian tembak pasti orang lain bakal tau kalian lengah. Bisa aja itu jadi malapetaka bagi kalian sendiri. Tapi, kalo kalian fokus merhatiin sekitar, maka tembakan kalian akan meleset. Jadi latihan terus! Dengan teknik lari sambil menembak, ngerayap sambil menembak, mempertahanin diri sambil menembak, melawan musuh dengan bela diri sambil menembak kearah samping, depan atau belakang! Apa kalian ngerti?! Gue bakal datang sesekali untuk mengetest kemampuan kalian!" cerocos gue panjang lebar kali tinggi bagi dua tentang hal yang gue ketahuin. Itu sih ya aslinya teknik gue sendiri wkkwk.

"Ada yang pengen nanya atau nambahin yang gue jelasin barusan?!" Gue liatin mereka dengan tajam.
Ada beberapa yang nanya, gue nunjuk kearah cowok yang pendek dan wajahnya yang imut. Tampangnya imut tapi dalamnya? Berbahaya!

"Bagaimana jika lari, lompat, roll, ngerayap terus menembak?"

"Pertanyaan yang gue tunggu-tunggu. Good job for you." Gue ngelempar pistol koleksian gue yang indah dan langka banget. Jangan tanya gue dapat itu darimana. Gue dapatin tuh pistol dari hadiah pas misi berhasil, atau dibeli sendiri. Mahal banget tuh pistol. Jutaan-_-.

"I-i-ini?" cowo itu tergagap karna terperangah melihat salah satu pistol yang langka dilempar kearah dia.
Lah, dia ikut Aziz gagap apa gimane dah?

"Itu untuk lo." Gue kasih senyuman onyoe(dn:idih alay.|car:iri ae lu dn.), mereka yang baru kali ini ngeliat gue senyum langsung berdecak kagum. Mungkin.

"Terimakasih em Caroline."

"Gue udah bilang malo disini atau pas misi panggil gue Caselle." Gue memang menyuruh semua anggota dimarkas dimanapun buat manggil make nama samaran, gue gak mau tau orang lain sekolah, saudara, apalagi keluarga tau kalo gue yang bangun organisasi ini. Sampe berita itu masuk kedalam telinga mom dan dad gue bisa mati saat itu juga.

Gue menyuruh yang dideket pintu buat pindah kekiri atau kanan karna gue bakal praktekkin yang ditanya sama cowok tadi, dan nyuruh beberapa orang buat menaruh salah satu sofa yang nanti bakal gue loncatin.

Gue pinjam pistol biasa yang dipegang sama salah satu dari mereka disekitar sini, "Lihat gue baik-baik! Nanti setelah selesai gue jelasin semuanya!" ujarnya.

Gue narik nafas dan menghembuskannya lewat mulut. Setelah itu gue lari dengan cepat, ngeloncatin sofa. Lalu, roll kedepan dilanjutin dengan ngerayap dan nembak dengan cepat, tanggap, sigap, dan tepat.

'Dorr
Gue mempertajam pandangan gue ke benda kedua yang bakal gue tembak.
'Dorr

'Dorr
Itu ia lakukan dengan sangat cepat, dan tepat. Keren juga gue. Padahal udah lama gak latihan. Masih aja keren(Dn:songong lu kek dugong|car:iri tanda ga mampu.)

Suara tepuk tangan meriah diruangan ini karna melihat pertunjukan action dari pembuat organisasi ini sendiri. Gue berdiri dibantu Dora dan Mackie.

"Jadi awal mula kita berlari dengan fokus terlebih dahulu dengan apapun yang didepan, lalu roll kedepan dengan cepat agar tidak lengah, lalu kita langsung merayap. Sambil liat benda yang bakal kita tembak, lalu melirik sekitar, ingat hanya 'melirik'! lalu menembak secara beruntun dengan fokus, cepat dan tepat. Pertajam pandangan kalian biar bisa liat sekitar pas kalian natep benda yang bakal kalian tembak," ujar gue menjelaskan semuanya.

"Ada lagi yang ingin bertanya?" Gue liat ke arah mereka.
Sekarang banyak yang nunjuk tangan daripada yang tadi, mungkin karena pengen pistol yang kayak gue kasih ke cowok tadi.

Gue tertawa kecil, "Ah sayangnya gue masih sangat sayang sama pistol-pistol gue yang lainnya."

Mereka yang denger itu langsung menghela nafaa pasrah dengan tatapan kecewa,
"Tapi, tenang aja, gue sesekali bakal dateng kesini buat mengecek kemampuan kalian. Yang sudah sangat mahir pas gue test bakal gue kasih pistol koleksi gue dirumah." Gue menyeringai.

"Apa ada yang mau?" lanjut gue bertanya, yang dijawab sorakan mau sama mereka.

"Jika kalian mau, latihan lah dengan keras. Karena, gue datang gak tentu kapan." Gue jalan meninggalin mereka setelah mengucapkan good bye, lalu berjalan ke ruang bagian pedang.

Dora dan Mackie masih dibagian panah, karena saat mereka menjelaskan tertunda dengan adegan action-nya yang menjadi pusat perhatian semua orang diruangan sana.

Selain pistol, gue juga suka pedang.

Gue berjalan masuk kedalam dengan santai, menjadikan semua orang yang sedang berlatih langsung menundukan kepala mereka dengan hormat ke arahnya yang dijawab gue dengan anggukan, lalu mereka mengangkat wajahnya lagi menatap gue.

Gue jelasin lagi ilmu-ilmu yang gue dapet pas berlatih pedang sendiri. Gue berlatih tentang semua ini sendiri, karena itu gue gak sengaja dapetin tak tik nya sendiri.

"........jadi, kunci utamanya adalah 'fokus'. Jangan lengah, jangan kasih mereka kesempatan buat nyerang lo, dan dapet dikelabuin oleh musuh. Kayak saat musuh pura-pura nyerang pundak, lo yang udah pertahanin pundak, tapi musuh malah nyerang perut. Pasti perut lo bakal sobek karena pedangnya atau bahkan malah ketusuk. Jadi, gue harap kalian belajar fokus dalu, dan biasakan kalian melakukan 2 pekerjaan diwaktu yang sama, dan masih tetap fokus sama keduanya," ujar gue menjelaskan lagi. Habis ini pasti tenggorokan gue bakal kering.

"Ada yang ingin bertanya?" lanjut gue bertanya.
Beberapa orang menunjuk tangannya. Gue menunjuk ke arah perempuan yang lekuk tubuhnya indah, dan tatapan yang tajam. Kayaknya nih perempuan lumayan juga.

"Bisa kita bertanding? Sekalian gue pengen ngukur kemampuan gue," ujarnya sambil berjalan maju kedepan kearah gue.

Huh, dia ngeremehin gue? Boleh juga..

Gue menyuruh salah seorang disini buat mengambil pedang yang sangat amat gue cintain di Austin, karena gue titipin ke Austin.

"Em nona, panggil gue Abby," ujar perempuan yang menantang nya sambil tersenyum kearahnya.

"Panggil gue Caselle." Gue menatap dia dengan wajah datar andalan gue.

Orang yang gue suruh tadi menyerahkan pedangnya yang masih terbungkus rapi kain berwarna perak. Gue membukanya, semua orang yang melihat itu membelalakan matanya.
Bagaimana tidak? Itu adalah pedang yang hanya 1 didunia. Yang sangat indah, kuat dan sangat susah untuk mendapatkannya.

"Ini hadiah dari pemerintah New York pas gue berhasil dalam misi besar pas itu." Gue tersenyum.

"Oke, kita mulai," lanjut gue sambil bersiap-siap.
Abby maju sambil menyodorkan pedangnya ke wajah gue. Gue ngehindar ke kiri, lalu ia menunduk kebawah menyikut tangan Abby yang sedang menggenggam pedangnya dengan siku kanannya, hingga pedang itu terlepas dari genggaman Abby, lalu terjatuh didekat kaki orang lain. Abby berlari mengambil pedangnya. Ceroboh! Keputusan yang dia ambil sangat amat fatal!
Gue mengejar Abby yang sudah ingin menggapai pedangnya, pedang itu sudah gue injak setengah gagangnya, terus gue tekan hingga pedang itu melompat dan gue tangkep dengan mulus.

Gue langsung menyodorkan pedangnya kearah perut Abby sedangkan pedang Abby yang gue pegang gue sodorin kearah nadi leher perempuan itu.

Semua yang liat live adegan action dari gue langsung bertepuk tangan dengan meriah.

Gue melepaskan Abby dan memberi pedang Abby ke pemiliknya.

"Lo--

Tbc
.
.
.
.
Cut!! Besok lagii..
Kalo pengen Dn lanjutin ceritanya vote dong..

Don't forget vote, comment, and share this story to your friend.
Yang mau ngasih kritik, atau nasehat atau dll boleh kok.


Thank you for vote💋

Regards,
Dn

Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

1.9M 102K 56
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
4.8M 255K 57
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...
5.1M 215K 52
On Going ❗ Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
3.5M 167K 62
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...