[Sudah Terbit] I'mmortal Seri...

Por PhiliaFate

213K 21.1K 10.1K

[Fantasy & Minor Romance | 15+ | Highest Rank: #23 in Fantasy] "Tidak ada manusia yang hidup s... Más

Prakata
Prolog
Chapter 1
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
G I V E A W A Y
Chapter 8
Chapter 9
G I V E A W A Y W I N N E R
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 13.5
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
A S T A G A
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
G I V E A W A Y 2
Chapter 21
Chapter 22
G I V E A W A Y 2 W I N N E R
Chapter 23
Q n A (1)
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
CHAPTERNYA HILANG!
Proses Penerbitan
Q n A (2)
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
EPILOG
AUTHOR NOTE
Airlann: Perjalanan Masa
Aeila: Akhir yang Lain
Airlann: Janji sebelum Mati
NEED HELP!
PENGUMUMAN (lagi)
OPEN PO exclusive Grobmart
OPEN PO part 2 + GIVEAWAY

Chapter 2

8.8K 866 298
Por PhiliaFate

Inggris, 1489

Anak itu berlari sekuat tenaga di antara rumah-rumah kayu dan tanah becek. Dia tidak peduli baju wolnya dikotori oleh cipratan tanah dan mendorong setiap orang yang dilewatinya, di antara keramaian Radcot, kota kecil terletak tak jauh dari hulu sungai Thames. Seruan serapah mengikuti kemana pun dia pergi, tapi dia menulikan telinganya dan terus berlari hingga tiba di kawasan kota yang lebih elit. Tanah di bawahnya berganti menjadi susunan batu berwarna pudar, memberi pijakan yang lebih baik daripada tanah berlumpur karena hujan kemarin.

Setelah yakin pengejarnya tertinggal, anak itu berbelok ke salah satu sudut bangunan bata milik orang yang lebih kaya dan bersembunyi dibalik tong anggur kosong dari kayu. Napasnya terengah namun bibirnya menyunggingkan senyum kemenangan. Sekali lagi dia menoleh ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada orang di sekitarnya. Setelah yakin, dia mengeluarkan sebuah kalung dengan liontin berlian dari saku. Senyumnya melebar, menertawakan kebodohan seorang gadis bangsawan yang bersimpati. Dia hanya perlu memasang wajah termanis dan Si Bangsawan mendekat tanpa pertahanan sehingga dia dapat merampas kalung emas itu.

Dia menggantung kalung itu di tangan, menikmati sinar matahari yang memantul di sana. Dengan ini dia bisa makan enak selama beberapa hari. Anak berusia sepuluh tahun itu memegangi perutnya yang kosong dan berisik. Dia harus segera mencari orang yang mau membayar mahal untuk benda itu dan membeli makanan. Membayangkan sup dengan asap mengepul dan sepotong roti sudah membuat air liurnya menetes-netes.

Dia memasukkan kembali kalung itu ke sakunya ketika menyadari bahwa bayangan besar menutupinya. Firasat buruk langsung datang. Anak itu mengangkat kepalanya.

"Kamu pikir kamu bisa kabur, bocah?!"

Seorang pria besar berkepala botak menghalangi jalannya. Anak itu menoleh mencari jalan keluar lain dan mendapati bahwa rekan Si Botak berjalan mendekat ke arahnya sambil memainkan pedangnya. Dia menelan ludah menyadari bahwa dia sudah terjepit.

"Kembalikan kalung milik Nona kami," ancam si Botak dengan suara kasarnya. "Mungkin kami akan berbaik hati melepasmu."

Anak itu mundur hingga punggungnya menempel pada tembok rumah. Para pengejarnya mendekat perlahan. Dia seperti tikus yang terpojok. Kalau dia menyerah sekarang, dia akan mati kelaparan. Well, mati kelaparan atau mati dipukuli, dia tidak ingin memilih salah satu. Pikiran nekat melintas di benaknya. Dia melempar benda itu tinggi-tinggi, membiarkan cahaya matahari terpantul di sana. Ketika seluruh mata teralihkan darinya, anak itu melarikan diri dari celah di antara kedua kaki Si Botak. Kedua pengejarnya berebutan mengambil benda yang terlempar itu sementara Sang Anak sudah berlari menjauh sambil tersenyum menang.

"Brengsek!!!" umpat Si Botak ketika menyadari bahwa yang ditangkapnya adalah pecahan baju zirah.

Anak itu menoleh ke belakang melihat hasil tipuannya, tidak melihat ada orang yang menghadangnya.

Brak!

Dia menabrak seseorang dan terjungkal ke belakang. Tahu-tahu saja dia diangkat hingga kakinya tidak menyentuh tanah.

"Lepaskan aku!!!" Anak berambut hitam kusut itu berontak, namun sia-sia. Lawannya menatapnya bengis, badannya kekar setinggi dua meter dan dipenuhi bulu, mirip seekor Gorila.

"Mati kamu, bocah laknat!" Si Botak menghantam perut anak itu. Seketika rasa sakit menyerang ulu hati, saraf-sarafnya memberontak, meminta kesadarannya hilang agar dia tidak perlu merasakan sakit, tapi anak itu menolak. Jika dia pingsan sekarang, mungkin dirinya tidak akan terbangun lagi.

Si Botak merogoh saku anak itu dan menemukan apa yang dia cari. "Dasar bocah! Ini akibat kamu mencuri dari bangsawan."

Si Botak itu meludahi wajah Si Anak. "Hajar dia!"

Si Gorila menurut, dia mengepalkan tangan satunya dan mengarahkan tinjunya ke arah wajah anak itu dengan segenap tenaga.

"Tunggu."

Sebuah suara membuat Si Gorila menahan tinjunya di udara. Anak itu membuka matanya lemah, melihat ke arah orang asing yang mencegahnya menjadi karung samsak. Sosok itu memakai jubah coklat kumal menjuntai hingga lutut, menutupi kemeja wool berwarna krem kebesaran dan celana kain berwarna coklat. Dia berjalan mendekat sambil membuka tudung. Rambut coklat muda sepundak menyembul di baliknya, seorang remaja. Seorang pemuda manis atau seorang gadis. Entahlah.

"Lepaskan dia," ucapnya dengan tenang, sama sekali tidak takut pada ketiga raksasa di hadapannya walaupun dia hanya sebahu para pengawal kasar itu.

"Siapa kamu?" tanya Si Botak menghina. "Teman dari cecunguk ini?"

"Hanya orang lewat yang merasa kasihan dengan seorang anak kecil yang dipukul," jawabnya dengan suara tinggi.

"Tidak semudah itu, Nona." Si Botak tersenyum sinis. "Dia sudah mencuri dari seorang bangsawan, tentu harus dilaporkan kepada pengawal kerajaan."

Gadis itu menghela napas sambil mengeluarkan kantong uangnya, menyodorkan sekeping emas kepada ketiga orang itu. "Ambil uang ini dan anggap kalian tidak melihat apa pun."

Si Botak dan kedua temannya tersenyum menang. Mereka tertawa. "Kami minta lebih, barang yang dia curi sangat berharga."

Tanpa banyak bicara, gadis itu mengeluarkan sekeping lagi. "Jangan terlalu serakah, Sobat," ucapnya sambil menyerahkan dua keping itu kepada si Botak, ada nada ancaman samar di sana. "Ini penawaran terakhirku."

Sambil tertawa-tawa si Botak menerima dan memberi kode pada si Gorila untuk melepaskan anak itu. Si Gorila menurut dan membiarkan anak itu jatuh berdebum di tanah sebelum dia mengikuti kedua temannya pergi sambil memainkan dua keping emas mereka, menertawakan kebodohan gadis itu.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya sang gadis seraya tersenyum kepada anak itu, membantunya berdiri dengan memegangi tangannya yang terkepal. Anak itu mengangguk. "Siapa namamu?"

"Aeila," jawab Si Anak.

"Bagu--"

Aeila melemparkan pasir ke wajah penolongnya, membuat gadis itu terbatuk sambil menutup mata dan menggunakan kesempatan itu untuk lari sejauh mungkin dari sana tanpa menoleh ke belakang.

Kaki kecil anak itu membawanya kembali ke keramaian pasar di kawasan kumuh. Setelah yakin gadis aneh itu tidak mengejar, dia memelankan langkah dan berbaur dengan orang yang lalu lalang. Lima tahun hidup di jalanan mengajarkannya untuk tidak percaya pada orang, apalagi bila orang itu mengeluarkan uang lebih banyak dari yang dia terlihat sanggup membawa. Aeila pernah mendengar tentang pedagang budak yang menipu anak-anak seusianya agar bisa dijual dengan harga tinggi. Dia tidak ingin berakhir bekerja keras di perkebunan kapas tanpa dibayar.

Dia melihat sekeliling, ada toko roti, toko daging dan berbagai macam orang berdagang ini itu. Gerobak-gerobak didorong melewati tanah becek dan para petani membawa gandum untuk dijual. Perutnya berbunyi lagi, minta diisi.

"Ugh! Diamlah!" Dia menampar perut yang cekung dibalik bajunya yang longgar dan dipenuhi kotoran. Warna putihnya telah berubah menjadi kecoklatan karena sudah berbulan-bulan tidak dicuci. Matanya memandang sekeliling mencari makanan yang bisa dicuri.

Pandangannya berhenti di seorang ibu berusia tiga puluhan yang sedang bercerita dengan pedagang susu. Seru sekali dan sepertinya dia tidak akan sadar kalau sebuah roti dalam bungkusan yang diletakkan di meja hilang. Aeila tersenyum dan berjalan mendekati target sambil berpura-pura melihat ke arah kios bunga di samping penjual susu. Roti itu dalam jangkauan tangannya dan perlahan dia meraihnya.

"Apa kamu tidak pernah diajari kalau mencuri itu tidak baik?"

Aeila terlonjak kaget, begitu pula dengan si Ibu. Ibu tersebut menyadari tangan Aeila yang terulur ke arah belanjaan dan langsung mengamankannya. Dia terlihat marah dan nyaris memukul Aeila tapi gadis yang tadi menolongnya meminta maaf kepada sang ibu atas kelakuan adiknya. Ibu-ibu itu mendengus marah dan pergi. Gadis itu meraih pergelangan tangan anak itu dan membawanya pergi ke samping toko susu.

"Lepaskan!"

Gadis itu menurut dan melepaskan tangan kurus Aeila. Aeila sendiri menatap orang di hadapannya dengan tatapan tidak percaya. Dia yakin tidak melihat gadis itu dimana pun saat dia berlari, bagaimana mungkin orang itu bisa tiba-tiba muncul di sampingnya?

"Ba-bagaimana bisa kamu menemukan aku?"

Gadis itu terkekeh kecil. "Aku selalu bisa menemukanmu, Aeila. Kamu lapar kan?" Dia menurunkan tas kain dari punggungnya dan mengeluarkan sebuah bungkusan dari kain berisi roti panjang. Roti yang hangat dan harum. Aeila merasa air liur mengalir deras hingga terpaksa menelannya.

"Kamu bisa makan ini," dia membagi dua roti di tangannya dan mengayun-ayunkan di depan wajah Aeila, mata hitamnya mengikuti roti itu, "kalau kamu memanggilku guru."

Yuhu! Ga terasa udah sebulan sejak pertama kali cerita ini keluar :'D makasih buat yang udah baca sampai sekarang, dikasih krisar, comment dan vote XD semoga cerita ini tetap bisa dinikmati :D

Kita tinggalkan Sang Pemusnah sebentar dan akan fokus ke anak yang bernama Aeila ini :3 sedikit spoiler, mereka berdua akan bertemu pada satu titik dalam cerita hehehehe

Okeeee makasih udah baca ocehanku :D sampai jumpa rabu depan XD

Seguir leyendo

También te gustarán

895K 74.6K 34
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ___...
443K 15.5K 30
TERSEDIA DI GRAMEDIA [ Pesan online 081219457018 ] #winner PNFI Award 2018 #nominasi fantasi terbaik Wawa 2017 #10 besar cerita terbaik (sponsor Miza...
2.2M 160K 27
VA IN SOARTA (DIHAPUS!) Namanya Laylaa, seorang gadis cantik yang memiliki hobi tidak biasa. Penyuka hal baru, pemburu bahaya dan pecandu adrenalin...
167K 16.4K 36
#5 dalam Science Fiction (25 januari 2018) #10 dalam Science Fiction (22 Juni 2017) #16 dalam Science Fiction (9 mei 2017) "Duarrrr!!!"ledakan bergum...