NOIR

By renitanozaria

15.9M 1.4M 314K

Book One - Noir [Completed] Book Two - Noir : Tale of Black and White [Completed] More

satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
delapan
sembilan
sepuluh
sebelas
dua belas
tiga belas
empat belas
lima belas
enam belas
tujuh belas
delapan belas
sembilan belas
dua puluh
dua puluh satu
dua puluh dua
dua puluh tiga
dua puluh empat
dua puluh lima
mozaic
dua puluh enam
dua puluh tujuh
dua puluh delapan
dua puluh sembilan
tiga puluh
tiga puluh satu
tiga puluh dua
tiga puluh tiga
tiga puluh empat
tiga puluh lima
tiga puluh enam
tiga puluh tujuh
tiga puluh delapan
tiga puluh sembilan
empat puluh
empat puluh satu
empat puluh dua
NOIR - TALE OF BLACK AND WHITE
#01
#02
#03
#04
#05
#06
#07
#08
#09
#10
#11
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
#19
#20
#21
#22
#23
#24
#25
#26
#27
#28
29 - Story of Red Moon
appetizer
#29
#30
#31
Extra: Gadis Kulit Jeruk
#32
#33
#34
#35
#36
#37
#38
#39
ES CENDOL
EPILOG
EXTRA - PINDAHAN
EXTRA - DONGENG
EXTRA - PERANG SAUDARA
EXTRA

prolog

918K 48.3K 12K
By renitanozaria

for the ones who dream of stranger worlds,

take my hand


***

Jika ada sesuatu yang Suri cintai setengah mati di dunia ini, itu pasti adalah ranjangnya. Ukurannya besar, membuat Suri bisa bergulingan kesana-kemari sepanjang malam tanpa harus khawatir terjatuh—meski pernah juga sekali-dua kali dia harus mengerang kesakitan di malam buta karena cara tidurnya yang sangat hiperaktif. Seprei pelapisnya begitu halus, dipenuhi oleh berbagai warna khas bunga musim semi yang sangat girly. Jangan lupakan juga posisinya yang berada di dekat jendela, dimana Suri bisa menghirup aroma petrichor setiap hujan turun, atau merasakan hangat matahari membakar wajahnya.

Seperti saat ini.

Eh, tunggu. Apa tadi? Panas matahari?!

Secepat kilat, kedua mata Suri yang terpejam langsung terbuka. Dari sela gorden, terlihat matahari di luar sana sudah meninggi. Cahayanya yang hangat mampu menerobos celah, menciptakan garis terang dalam kamar Suri yang gelap—cahaya itu juga yang tadi mengenai wajahnya. Suri melirik pada satu arah, langsung melotot panik saat melihat angka yang ditunjukkan oleh jam digital di atas nakas samping tempat tidurnya.

Ini sudah jam 6.30 pagi.

Kurang dramatis? Oke. Biar Suri mengulangi.

INI SUDAH JAM 6.30 PAGI DAN SEKOLAHNYA DIMULAI PUKUL TUJUH TEPAT!!!

Dengan histeris, Suri berlari keluar kamar, hanya untuk berhenti bingung di depan tiga pintu yang tertutup di lantai bawah. Meski serupa, tiga pintu itu tak sama. Pintu yang pertama adalah pintu kamar Chandra—kakak tertuanya. Pintu kamar Chandra tertempeli oleh berbagai macam sticker dari sejumlah klab malam ternama hingga hiasan-hiasan gantung yang dibelinya saat dia pergi ke luar negeri. Sekali lihat, siapapun bisa menyimpulkan jika Chandra adalah pribadi super gaul khas anak-anak hits ibukota. Pintu kedua adalah pintu kamar Calvin—kakak keduanya. Pintu kamar Calvin tidak seramai pintu kamar Chandra meski banyak ditempeli oleh berbagai bentuk yang berkaitan dengan organisasi pencinta alam hingga sticker departemen dan himpunan mahasiswa yang pernah dia pimpin. Dari tampilan pintu kamarnya, sudah bisa tertebak jika Calvin adalah mahasiswa organisatoris super aktif dengan indeks prestasi setinggi langit. Sedangkan pintu ketiga adalah pintu kamar Cetta—kakak ketiganya. Pintu kamar itu bersih. Hanya ada satu tanda tergantung di muka pintu dalam huruf yang semuanya kapital;

DILARANG MASUK TANPA IZIN

(kecuali Suri)

Berpikir sebentar, akhirnya Suri memutuskan mendorong pintu kamar Chandra keras-keras, tak lupa ditingkahi teriakan.

"ABANG!!! AKU TELAT!! KOK NGGAK DIBANGUNIN—" ucapan Suri tidak terteruskan, karena gadis itu keburu dibuat tertegun saat melihat apa yang ada di hadapannya. Chandra terlonjak dari tempat tidur, membuat selimutnya turun hingga ke perut. Di sampingnya, seorang gadis yang Suri duga kuat tidak sedang mengenakan pakaian terbaring, menggeliat karena terganggu oleh suara teriakannya yang mampu mengalahkan suara toa masjid.

"Suri!" Chandra berseru tertahan, sementara Suri langsung memalingkan muka untuk menghindari zinah mata—bukan, bukan zinah mata karena melihat perut kotak-kotak milik abang tertuanya, tapi zinah mata karena melihat potongan adegan film porno yang kini terjadi nyata di depan matanya. "—kamu kenapa nggak ketok dulu?" Chandra merendahkan suaranya dengan salah tingkah.

"Lagian, abang kenapa bawa cewek lagi ke rumah?!!" Suri mendesis keras, matanya menyipit sebal. Dia sudah pasti akan mengomeli Chandra dengan penuh semangat jika dia tidak ingat dia hanya punya kurang dari tiga puluh menit untuk muncul di sekolah tanpa terlambat, jadi gadis itu hanya menunjuk kakak tertuanya dengan wajah penuh mengancam. "Awas! Pokoknya hari ini abang nggak boleh kemana-mana! Kita harus ngomong begitu aku pulang sekolah! Kalau abang kabur, aku aduin abang ke Ayah biar sekalian abang dikirim ke Zimbabwe!!"

Chandra meneguk ludah, tangannya langsung terulur seperti hendak menahan kepergian adik bungsunya, tapi percuma karena Suri sudah berlari tergesa pada pintu berikutnya—yang tidak lain dan tidak bukan adalah pintu kamar Calvin.

"ABANG!!!"

Berbanding terbalik dengan situasi di kamar Chandra, kamar Calvin luar biasa tenang, meski sangat berantakan. Buku-buku bergelimpangan di lantai dan di atas ranjang, sementara sang pemilik kamar tengah terlelap dengan kepala tergeletak di atas keyboard laptop yang masih menyala. Suri berdecak, mendengus frustrasi sebelum akhirnya memutuskan beralih ke kamar Cetta. Kalau Calvin sudah tertidur seperti itu, bahkan hujan badai maha dahsyat pun tidak akan dapat membangunkannya.

Namun kamar Cetta kosong. Alih-alih Cetta, Suri justru disambut oleh sosok astral yang kini sibuk nongkrong di atas lemari. Sosok itu adalah seorang gadis berumur delapan belas tahun dan hobi cekikikan hampir setiap waktu. Suri menamainya Wati. Wati telah lama tinggal di rumah mereka, bahkan sejak Suri masih SD dan Bunda masih ada, namun Suri tidak pernah menceritakannya pada siapapun. Selain itu, Wati juga sepakat dia tidak akan mengganggu siapapun di rumah selama dia diizinkan tinggal di kamar Cetta—cowok yang menurutnya sudah akan dia tarik ke kantor urusan agama seandainya saja dia masih manusia.

"Lihat abang gue, nggak?"

Wati memberikan rengutan. "My baby nggak pulang semalaman. Enggak tau kemana." Lalu, dia meneruskan dengan wajah nakal. "Sayang banget, hari ini aku nggak bisa nontonin my baby mandi kayak biasanya."

Sambil mengerutkan hidungnya dengan jengah, Suri berbalik dan membanting pintu kamar Cetta. Satu alasan lagi kenapa Suri tidak pernah menyinggung tentang keberadaan Wati, terutama kamar Cetta yang telah jadi markas besarnya selama beberapa tahun terakhir adalah karena gadis itu tidak sanggup menghadapi reaksi yang akan Cetta berikan. Cowok itu pasti akan langsung histeris jika tahu kalau setiap hari selama enam tahun terakhir, ada sesosok hantu yang bersetia mengintipnya dan mengagumi setiap jengkal tubuhnya saat dia mandi.

Rasa jengah pada kelakuan Wati langsung terganti begitu Suri keluar dari kamar, dan jam besar ruang tengah langsung menyapanya. Alamak! Bagaimana bisa waktu berlalu dengan begitu cepat?! Kini Suri hanya punya waktu kurang dari dua puluh menit. Spontan, Suri langsung memekik keras-keras, merasa tidak adil karena kedua abangnya tampak bersenang-senang sementara dia disekap oleh rasa khawatir akan jadi pesakitan di ruangan guru piket hari ini.

"ABANG!!!!!!!!" Jeritnya, dengan tingkat kekuatan suara yang punya potensi menewaskan satu legiun iblis.

Tindakannya berhasil, karena beberapa saat kemudian dua pintu kamar itu langsung menjeblak terbuka pada saat hampir bersamaan. Chandra berdiri di ambang pintu yang satu, hanya mengenakan bokser. Suri berdecak, menyadari bagaimana abangnya lebih mirip bintang iklan Calvin Klein daripada orang yang baru bangun tidur. Pada muka pintu yang lain, Calvin berdiri. Rambutnya yang gelap jatuh di keningnya. Ada garis hitam di bawah matanya, tanda bagaimana dia mungkin hanya mendapatkan beberapa jam waktu tidur.

"Kenapa?" Calvin bertanya, menatap adiknya dengan panik. "Kamu sakit? Jatuh? Kasih tau abang!"

"AKU TELAT TAU NGGAK SIH?!!! KENAPA KALIAN NGGAK ADA YANG BANGUNIN AKU?!! YANG ABANG LAKUKAN SAMA AKU ITU JAHAT TAU NGGAK SIH?!!! ABANG NGGAK TAU KAN GIMANA GALAKNYA SANG PENCABUT NYAWA PENUNGGU RUANG PIKET SEKOLAHKU?!! ARGH, AKU BENCI ABANG!!!!!"

Chandra dan Calvin saling berpandangan dengan takjub. Pertama, karena mereka tidak mengerti bagaimana sosok gadis semungil adik bungsu mereka punya suara yang mampu menggetarkan dunia. Kedua, karena mereka tidak mengerti Suri bicara apa. Ketiga, tugas membangunkan, memasakkan sarapan dan mengantar Suri ke sekolahnya semuanya adalah wewenang Cetta.

"Emang Cetta kemana?" Calvin iseng bertanya.

"YA MANA AKU TAHU?!!!! KENAPA JUGA SIH ABANG-ABANG TERTUA NGGAK PERNAH NYADAR, APA-APA TUH DIBEBANKAN KE ABANG CETTA?!! ABANG CETTA JUGA MANUSIA, TAU!! ABANG CETTA JUGA BISA CAPEK!!"

Calvin langsung kicep. Oke, dia salah bertanya.

"Ya udah," Chandra membalas tanpa berpikir. "Hari ini kamu bolos aja."

Suri tidak menjawab. Tapi gadis itu langsung melepas sandal rumah bulu kelinci yang dia pakai, lantas melemparnya ke arah Chandra. Otomatis, Chandra langsung menghindar dengan gesit, membuat rengutan Suri kian memanjang.

"Kalian semua nggak berguna!!" Suri berseru kesal sambil menghentakkan kaki sebelum berlari menapaki tangga, kembali ke kamarnya untuk entah untuk tujuan apa.

"Apa katanya tadi?" Calvin bertanya. "Kita nggak berguna?"

Chandra mengusap rahangnya pelan. "Adikku bukan adikku yang dulu lagi."

"Najis."

"Anterin Suri ke sekolah dong, Vin!" Chandra berujar. "Sekalian lo rayu tuh guru piketnya. Sekali-dua kali kedip lemas dah tuh guru."

"Ogah. Lo denger apa kata Suri? Mana tanggung jawab lo sebagai kakak paling tua?" Calvin membalas tidak mau kalah. "Gue masih ada urusan. Gara-gara lo sibuk perang desah semalem, gue kagak bisa belajar!" Tanpa menunggu jawaban Chandra, Calvin kembali masuk ke kamar diikuti bantingan pintu.

Chandra menyentakkan kepala, lalu ujarnya, "Culiiiii?" Sengaja dia memanggil Suri dengan sebutan versi imut.

Suri menjawab dari lantai atas. "Apa?"

"Kamu bolos aja ya hari ini?"

"BODO!!!"

"Abang anggep itu jawaban 'iya',"

Suri mendengus keras, berusaha mati-matian untuk tak melemparkan dirinya melalui balkon. Dari tiga abangnya yang bisa sebuas raja hutan jika diperlukan, satu-satunya yang dapat diandalkan hanya Cetta. Sayangnya, kini Cetta tidak sedang berada di rumah, entah karena urusan apa. Suri menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Oke, bolos sekolah satu hari tidak akan mengubahnya jadi idiot—karena sebetulnya, dia juga bukan siswa yang pintar-pintar amat.

Namun mendadak satu pesan baru masuk. Dari teman sekelasnya. Dan itu mengubah segalanya.

From : Anya

Sur, udah belajar buat ulangan matematika hari ini?

Mendadak, Suri ingin sarapan jus baygon. 


***

a/n : Baru prolog ya gaes. 

Chap 1 nya ditunggu aja ntar di bulan januari. 

Dah. 

Sekian. 

(btw plis jangan tanyakan cerita yang lain di cerita ini atau di message box atau di wall, oke? Ketika gue udah bilang gue akan selesaikan cerita J dan kawan-kawan, itu artinya suatu saat nanti emang akan diterusin. Ditungguin dan didoain aja. Karena gue pusing ditanya-tanya atau diteror. Tapi nanti kalau gue masukin draft mode pada protes. Jadi ya intinya begitulah) 

Btw, ini akan agak-agak semi fantasi and im going to add little things about angels and demons in this story. karena dunia astral tanpa iblis dan malaikat itu adalah sesuatu yang sangat-sangat kurang berbumbu. Gue banyak terinspirasi dari Black Butler, Angel Beats dan Goblin (luv ma ahjussi rasa oppa) ketika mengkonsep cerita ini. But it wont be like Goblin, Black Butler or Angel Beats at all lol I created my own concept of the invisible worlds) 

Ini adalah pertama kalinya gue bikin cerita fantasy dengan latar Indonesia lol gue harap gue bisa menulisnya dengan baik sampai akhir. 

Ciao. 

Btw di konten mulmed ada Culi kita tercinta. 

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 15.9K 2
21 sampai ending diprivate Nerissa Aprodita menganggap dirinya hanya boneka sang Mama yang harus tetap tersenyum walau mengalami segala kepahitan d...
798K 57.9K 58
Andra dan Berlian bukan lagi sekadar pengawal dan atasan, tetapi sebelum dapat melanjutkan hubungan mereka, mereka masih harus menghadapi masa lalu y...
That Day. By jysa

Fanfiction

5.9M 567K 71
[TELAH DITERBITKAN] Hari itu benar-benar adalah sebuah awal dari plot-twist bagi hidup Hyeri. Sejak hari itu, semuanya tak akan pernah sama lagi. Dan...
24.3K 2.6K 56
Cukup. Hanya itu. Cukup bahagia, cukup tertawa. Hingga kecewa dan sedihpun tak akan terlalu terasa dalam dan menyakitkan. ''Harusnya dulu, gue ga mem...