The Protecting Blood

By fa_safira

36.1K 1.5K 41

"Darah yang Melindungi" [[DONE]] "Seekor hyena menyeret tubuh Margarett ke atas pohon tak lama setelah ia mel... More

Pendahuluan
Chapter 1 - Pulau Nieffe
Chapter 2 - Hyena?
Chapter 3 - Pertanyaan
Cast of Characters
Chapter 4 - Pertanyaan (2)
Chapter 5 - Tertinggal
Chapter 6 - Tertinggal (2)
Chapter 7 - Bermalam
Chapter 8 - Ada Apa Denganmu, Jerry?
Chapter 10 - Pergi
Chapter 11 - Kembali
Chapter 12 - Kembali (2)
Chapter 13 - Pertemuan
Numpang Promosi
Chapter 14 - Penglihatan
Chapter 15 - Penglihatan (2)
Chapter 16 - Penglihatan (3)
Chapter 17 - Penglihatan (4)
Chapter 18 - Kejutan
Chapter 19 - Sebuah Pelukan
Cast of Characters (part 2)
Chapter 20 - Tamu Tak Diundang
Chapter 21 - Tragedi
Chapter 22 - Tragedi (2)
Bonus Chapter - Pasca Tragedi
Chapter 23 - Pasca Tragedi (2)
Chapter 24 - Menemui Charly?
Chapter 25 - Pengakuan
Chapter 26 - Es Krim
Chapter 27 - Penyusup
Chapter 28 - Penjelasan
Chapter 29 - Pemberitahuan
Chapter 30 - Kembali ke Rumah
Chapter 31 - Kunjungan
Chapter 32 - Bukan Sekedar Rahasia
Chapter 33 - Bukan Sekedar Rahasia (2)
Chapter 34 - Aku (tidak) Mati
Chapter 35 - Pelarian
Chapter 36 - Pelarian (2)
Chapter 37 - Yang Tak Diinginkan
Chapter 38 - Perjalanan Sendiri
Chapter 39 - Mengetahui
Chapter 40 - Ritual Pembatalan Perjanjian Darah
Chapter 41 - Bertemu Dad
Chapter 42 - Bangun dari Tidur Panjang
Intip Karakter Utama: Juney & Charly
Chapter 43 : Kalung dan Pesan
Chapter 44 - Charly
Last Chapter - Pernikahan

Chapter 9 - Rahasia Charly

1.1K 44 8
By fa_safira

Dengan langkah berat Charly menembus hutan yang gelap. Ia tidak pernah sekali pun merasa takut dengan kegelapan. Malahan baginya malam adalah teman terbaik bagi setiap masalahnya. Tapi berbeda situasi pada saat ini. Malam seperti mencekatnya. Memaksanya untuk bertaruh apa ia masih bisa hidup lebih lama dengan adanya ancaman mengerikan yang menggerogoti pikirannya, atau ia akan mati lebih cepat dari keinginannya hidup.


Ingatan tentang perjanjian darah kembali memompa otaknya. Membuatnya berdenyut dan menimbulkan sensasi kebas di kepala. Masih terekam jelas saat ayahnya itu mengatakan bahwa perjanjian darah bisa dibatalkan dengan satu cara.

"Kita hanya perlu mencari dan menangkap gadis itu. Setelah itu kita bekukan dia dalam sihir bulan purnama kedua."

"Tapi Ayah, dia akan mati. Dan begitu pun mereka semua."

Ayahnya menyeringai.
"Dia tidak akan mati. Aku 'kan bilang akan membekukannya bukan membunuhnya. Kita hanya membuat semua organ tubuhnya berhenti bergerak."

"Tapi Ayah... Itu sama saj-"

Ayahnya itu kembali menyeringai. Kali ini lebih tajam. Charly tidak melanjutkan kata-katanya.

Tiba-tiba... Plakk! Satu tamparan keras mendarat di pipi Charly. Laki-laki berumur 16 tahun itu lalu menyentuh wajahnya dan mendapati kulitnya sobek sedikit di bawah matanya. Ia menemukan bercak darah di tangannya yang tidak bisa dibilang sedikit.

Charly kembali bergidik teringat cuplikan memori di otaknya. Baginya takdir begitu aneh. Ia tidak pernah mengerti mengapa harus gadis berambut pirang bernama Patricia Juney yang menjadi korbannya. Dan mengapa juga ada perjanjian semacam itu. Menurutnya perjanjian darah itu adalah sebuah kesalahan. Sebuah kesalahan yang ayahnya lakukan pada gadis malang itu. Dan sekarang gadis itu harus menanggung ulah ayahnya. Ia tidak tahu bagaimana caranya meminta maaf pada Patricia jika suatu hari ia memberitahunya apa yang seharusnya gadis itu ketahui. Ya, itu tidak lama lagi karena ayahnya akan segera mengambil tindakan jika jumlah penduduk Nieffe semakin berkurang. Sejujurnya Charly tidak pernah setuju ayahnya melakukan itu. Ia ingat betul bagaimana ayahnya dulu berjanji pada mendiang Gerard, tentang perjanjian darah yang akan ia lakukan sebagai balas budi karena Gerard telah menyelamatkan nyawa ayahnya itu. Seharusnya ayahnya menerima konsekuensi perjanjian itu saja, dan bukan malah mencari cara agar Si Darah Pelindung-Patrica-tidak terluka atau mati. Ayahnya justru berubah serakah dan ingin membatalkan perjanjian itu.

Ini semua membingungkan. Apa ia harus memberitahu ayahnya bahwa Si Darah Pelindung ada di pulau ini lalu menculiknya untuk membantu ayahnya membatalkan perjanjian darah itu? Benar, itulah yang ayahnya inginkan untuk Charly lakukan. Tapi ia benar-benar tidak sanggup melihat gadis manis yang dilihatnya lima belas tahun lalu itu membeku dan hanya bisa mendengar dan melihat tanpa bisa menggerakkan tubuhnya. Bahkan itu lebih keji daripada membunuhnya sekalian. Atau ia memberitahu gadis itu saja tentang konspirasi ayahnya dan lari bersamanya? Charly mengacak rambutnya kesal. Ia benar-benar dirundung frustasi. Charly menarik napasnya panjang. "Kenapa Si Darah Pelindung itu adalah kau, Patricia? Kenapa harus dirimu?"

Charly menghentikan langkahnya. Tangan kanannya memukul pohon besar yang ada di dekatnya. Ia menunduk kesal. Giginya gemeretakkan. Dan untuk kedua kalinya sebuah hantaman keras jatuh di permukaan pohon itu lagi. Charly tidak bergeming beberapa saat. Hantaman itu tidak menyakitinya meskipun permukaan batang pohon itu cekung dan pecah-pecah karena ulahnya.

Hari ini jumlah penduduk Nieffe tinggal 25 orang. Itu pun sudah termasuk lima orang yang mencari masalah dengan menyerang manusia. Itu artinya Charly harus memberitahu Patricia secepat mungkin sebelum penduduknya semakin berkurang dan ayah yang sejujurnya ia benci melakukan tindakan pencegahan. Mungkin setelah ini, janji Charly dalam hatinya.

Charly tiba di pemukimannya yang terisolasi di tengah pulau. Vegetasi di sana tidak serapat di hutan, jadi ia bisa melihat langit dengan sempurna tanpa tertutup pepohonan. Dilihatnya bulan dan beberapa bintang terang yang seakan mencuat dari gorden kegelapan. Ia sedikit gembira dengan penampakan itu. Ia lalu melakukan perhitungan waktu dengan melihat posisi bulan yang condong di sebelah timur dengan acuan fase bulan dan bentuknya. Sekitar pukul dua dini hari, bisiknya pada diri sendiri.

Charly memasuki gerbang pemukimannya. Tampak sepi. Ia terus melangkah melewati beberapa rumah dengan pencahayaan lentera di terasnya. Ia berbelok memasuki sebuah pondok kayu dengan ornamen melengkung dan meliuk di setiap sisi tiang, jendela, dan pintunya. Ia menarik pintu kayu itu dan menggesernya ke arah kiri. Srekkk. pintu terbuka dan ia segera masuk. Bukan sesuatu yang mengherankan dengan tidak dikuncinya rumah itu. Memang semua rumah di sini tidak ada yang memiliki kunci atau semacamnya. Lagi pula penduduk di pemukiman itu semuanya bersaudara. Kalaupun sesuatu hilang, biasanya mereka akan merelakannya begitu saja.

Ketidakkhawatiran mereka juga tanpa alasan. Sejauh ini tidak ada orang asing yang berani datang dan mengusik ke tempat mereka. Kecuali satu. Pria berambut keriting yang datang dengan tujuan berkemah di pantai dan sengaja mereka selamatkan dari terkaman lima hyena pemberontak yang sampai saat ini masih berkeliaran. Pria itu adalah seseorang yang Patricia sempat sebutkan dalam daftar nama teman-temannya yang tewas. Hanya saja Patricia menyebutnya 'hilang'. Padahal pria gemuk itu ada di sini, di rumahku, gumam Charly saat kakinya sampai di ruangan kecil dengan sebuah meja kotak besar dan beberapa bangku berukiran mandala. Ia menatap pria gemuk berambut keriting yang sedang mendengkur di sudut ruangan dekat dengan ruang tamunya tanpa tahu seseorang tengah memperhatikan kedatangannya itu.

"Dari mana saja, Putraku?" tanya pria berjenggot putih yang duduk di salah satu bangku ruang tamu. Matanya tajam menusuk ke arah Charly.

Tidak mungkin ia mengatakan baru saja bertemu Patricia dan teman-temannya di pantai. Ia bisa dihukum mati oleh ayahnya jika membiarkan gadis itu berkeliaran dan ia tidak membawanya pulang-menculiknya. Sejak beberapa tahun belakangan Charly-lah yang sebenarnya ditugaskan untuk bolak-balik ke London mencari keberadaan Si-Darah-Murni, Patricia. Tapi pencariannya sama sekali tidak membuahkan hasil. Rumah gadis itu sudah pindah yang ia tidak tahu ke mana. Dan tiba-tiba dalam waktu dua puluh empat jam ini ia sudah bertemu gadis itu beberapa kali. Ia bahkan tidak berniat membawanya pada sang ayah setelah mengetahui gadis manis berumur 6 tahun itu sudah berubah menjadi wanita cantik yang mungkin bisa membuatnya jatuh cinta. Ia tidak bisa membawanya. Tidak akan pernah! Tidak jika hanya akan membuat mata kelabu itu mematung di bawah sinar bulan purnama kedua!

Sentimen untuk mempertahankan Patricia seakan begitu kuat. Ia begitu mantapnya mengatakan tidak pernah rela membuat gadis manis yang ditemuinya 15 tahun lalu di London itu membeku. Jadi ia memilih kata-katanya. "Saya baru saja mengecek pelabuhan, Ayah..."

Charly rasa alasan itu cukup membuat ayahnya tidak mencurigainya karena keluar malam-malam begini.

"Tidak biasanya saja kau mengecek pelabuhan malam hari. Kau selalu melakukannya saat siang atau pagi hari."

Ternyata alasannya tidak cukup, rutuk Charly dalam hatinya.

"Saya lupa mengeceknya siang tadi, Ayah."

Padahal seharian kemarin Charly juga belum sempat mengecek pelabuhan yang akan didatangi Kapal Pasar dari London. Ia bahkan tidak ingat sama sekali sampai ayahnya bertanya dan ia sibuk mencari alasan yang tepat untuk dikatakan.

Pria berjenggot putih yang Charly sebut ayah itu mengangguk-angguk. Charly menghela napas. Lega.

"Bagaimana kondisi Ricky, Ayah?" tanya Charly seraya duduk di hadapan ayahnya.

"Si gembul ini sepertinya masih agak shok. Dia bahkan sempat merengek padaku meminta pulang secepatnya. Dia ingin aku mengantarnya pada teman-temannya di pantai selatan. Aku bilang saja tidak bisa. Aku memintanya tetap tinggal. Lalu entah bagaiamana aku berjanji padanya akan mengantarnya ke London. Setelah itu dia terlihat lebih tenang. Dan berkat ramuan ibumu akhirnya dia bisa tidur."

Charly mengangguk mengerti.

"Sepertinya mereka wajib kita basmi secepatnya, Putraku. Kita tidak mungkin membiarkan mereka menakuti wisatawan yang datang berkunjung kemari. Elena bahkan tadi menemukan beberapa selebaran di pantai dan hutan sebelah barat yang berisi sebuah peringatan. Itu adalah pesan dari pemerintah. Mereka mengancam akan memusnahkan kita jika kejadian ini terus berlanjut."

"Berarti pemerintah sudah mengutus seseorang kemari?"

"Tentu saja. Mereka sudah kemari dan membawa jenazah tiga orang wisatawan yang diserang kemarin pagi."

Mata Charly mengawang pada pojok langit-langit rumahnya. Ia berpikir sesuatu.

Wajah ayahnya menegang. Ada api yang menyala di mata pria 70 tahun itu. "Haha, aku saja masih bingung dengan pembatalan perjanjian darah, sekarang malah bertambah masalahku. Mereka berlima itu tidak layak hidup! Tindakan mereka sangat kekanakan. Mereka membuat keributan dengan menyerang manusia dan menantang pemerintah. Itu sama saja mempertaruhkan nyawa kita semua demi perut mereka! Benar-benar sialan!"

Charly tidak berkomentar. Ayahnya lalu pergi dan menghilang di balik pintu kamarnya.

Charly membenamkan wajahnya di lengannya yang terlipat. Hatinya kembali bergumam, "Jadi mungkin utusan pemerintah itu datang bersama kapal yang membawa teman-teman Patricia. Tapi kenapa mereka meninggalkannya? Aku yakin tidak salah dengar bahwa Patricia pernah bilang tentang pesannya pada Whitney untuk mencarinya jika tidak kembali sampai polisi tiba. Aku harus mencari tahu kenapa polisi tidak mencari mereka padahal polisi-polisi itu menyebarkan pesan untuk kami. Sekali lagi, aku tidak mungkin bertanya tentang polisi-polisi itu dan memberitahu ayah bahwa masih ada orang yang tertinggal di pulau ini. Terlebih salah satu dari mereka adalah yang saat ini sedang ayah cari."

***bersambung***


Jangan lupa vote dan comment yaa... (^_^)

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 281K 49
[TIDAK UNTUK DITERBITKAN] Semua yang ditulisnya nyata. Dan Nousha tertarik masuk ke dalam dunia hasil karangannya sendiri, menempati tubuh tokoh anta...
4.3K 270 12
[Spin-off "ECCEDENTESIAST"] RIVALLION #2 - SHORT STORY - Bahagia tak berarti sampai harus mengambil hak milik orang lain. Percayalah, akan ada orang...
38K 4.1K 57
Pertemuan tidak sengaja dengan Mahapatih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit mengubah seluruh hidup cewe manja bernama Anila. Bermula dari kejadian sa...
1.2M 103K 51
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...