Immortal Soul

By mebilafh

155K 12.9K 700

"Pernahkah terpikirkan olehmu jika kau tidak akan pernah merasakan cinta lagi di usia enam belas tahun?! " El... More

prolog
1. First mistake
2. Cowok itu
3. Rock the party!
4. Not a normal girl
5. Thunder
6. Same like you
7. Different
Pengumuman
8. Cafe (repost)
9. Help me
10. Dinner
11. Forever alone
12. Hangout
13. Play
14. The Trap
15. Alive
16. Life after death
17. Lets begin
18. I'm the only one?!
19. Beating heart
20. The truth
21. Just me
22. New girl, new problem
23. Hunter
24. Not a good choices
25. Curious
26. This feeling
Dream Cast
28. Sound of mind
29. No answer
30. Feel
31. Kill me
32. Kill me (2)
33. Now or Never
34. The Secret
35. Fearless
36. Never Ending
Epilog
Some Facts

27. Mark Maghlare

2.3K 234 1
By mebilafh

"Hidup adalah perjuangan bagi orang-orang yang tahu apa yang ia perjuangkan."

**

Disinilah aku memulai.

Memulai kehidupan yang penuh dengan pelarian dan mengetahui kehidupanku yang sesungguhnya.

Disinilah aku memulai segala hal yang beresiko dalam kehidupanku. Resiko yang dulu selalu kuhindari tapi sekarang aku mulai berani menghadapi resiko itu.

Ya, resiko yang selalu memburuku setiap saat.

"Lisa, kuharap kau akan datang." perkataan Cassie benar-benar menyadarkanku dari lamunan.

"Datang apa? Maaf aku tidak mendengarkan."

"Kurasa aku mulai terbiasa untuk selalu mengulang perkataan padamu." aku hanya mengatakan 'maaf' tanpa suara. "Orang tuaku sudah pulang dan mereka ingin mengajakmu makan malam dirumahku malam ini. Itupun kalau itu tidak menganggumu."

Mendengar perkataan makan malam bersama orang tua Cassie membuatku ingat saat makan malam dengan orang tua Aiden.

Rumah Aiden yang sangat terlihat nyaman. Senyuman dari Mr. dan Mrs. Arkwright dan Aiden yang tersenyum canggung ketika ibunya menyuruhku mengumpulkan ponsel.

Itu semua sangat indah sebelum kecelakaan terjadi.

"Oh, hmmm aku tidak tahu apakah aku bisa atau tidak. Tapi kurasa aku sangat sibuk disaat liburan seperti ini. Jadi yah aku..."

"Aku akan memecatmu menjadi teman jika kau tidak datang. Kumohon, aku ingin kau datang!" pinta Cassie.

"Oke. Tapi aku masih akan usahakan." ujarku.

Cassie langsung melompat memelukku seperti anak kucing yang kegirangan. "Kau memang yang terbaik."

Aku hanya bisa tersenyum paksa.

"Baiklah. Sampai jumpa nanti malam kalau aku bisa," ujarku sambil berlalu pergi.

***

Aku merapatkan jaket sambil berjalan dibawah cahaya matahari yang kalah oleh cuaca dingin.

Aku masih memakai beanie yang diberikan Aiden. Membuatku merasa ini adalah barang favoritku mulai sekarang. Aku tahu itu terdengar sangat kekananakan tapi itulah yang kurasakan.

Namun ketika aku harus memakai pakaian formal seperti makan malam dirumah Cassie aku tidak akan memakai beanie pemberian Aiden. Jadi ketika aku tiba di halte aku menaruh beanie itu didalam tasku.

Aku pergi kerumah Cassie dengan menaiki bis dan harus berjalan sebentar hingga tiba disana.

Ketika aku mengetuk pintu aku langsung dipersilahkan masuk. Ibu Cassie-Ivanka- sangat mirip dengan Cassie. Rambut pirangnya dan warna matanya yang meneduhkan. Sedangkan ayahnya sangat mirip dengan Mark. Rambut hitam dan rahang yang tegas.

Aku berusaha tersenyum ketika mereka menanyaiku.

"Kau pasti orang yang sabar karena bisa berteman dengan Cassie," canda Ivanka.

Tawa pecah di area meja makan. Aku ikut tertawa dan berusaha agar tidak terlalu dipaksakan. Sedangkan Mark yang dari tadi terdiam saja—aku bahkan tidak menyadari keberadaannya—melanjutkan memakan makanannya.

Aku tidak mengerti mengapa dari keluarga yang ramah dan hangat seperti ini lahir seorang anak yang sangat dingin seperti Mark. Dan keluarganya seakan sudah biasa akan hal itu.

Tak heran jika Cassie tidak terlalu dekat dengan kakaknya itu saat ini. Aku menatap Mark namun ia juga menatap balik. Membuatku langsung mempalingkan wajahku, aku merasa seperti anak anjing yang sedang mencuri makanan majikannya.

Ketika makan malam selesai dan aku bersiap untuk berpamitan, ibu Cassie langsung mengajukan suatu perkataan yang membuatku kaget.

"Mark, tolong kau antar Lisa pulang kerumahnya," ujarnya. Aku sangat terkejut sama dengan halnya Mark yang langsung mengernyitkan dahinya.

Tapi ia tak membantah dan hanya mengangguk. Kalau ia memang tidak ingin mengantarku seharusnya ia bilang saja.

"Maaf, tapi aku bisa pulang sendiri. Aku tidak ingin merepotkan kalian."

Atau merepotkan Mark.

Tapi ibu Cassie lebih teguh dari siapapun dan sekarang aku tahu mengapa Mark tidak ingin membantah ibunya. Karena ia tahu itu pasti sia-sia.

"Baiklah. Sampai jumpa," ujarku setelah berpamitan dengan mereka semua.

Berjalan berdua dengan Mark membuatku tidak nyaman sehingga kami ada jarak beberapa langkah.

Ketika Mark terus jalan melewati pemberhentian bis, aku menghentikan langkahku. "Terima kasih sudah mengantarku. Aku tahu kau tidak peduli dan terus berjalan tapi tetap saja, terima kasih," ujarku.

Mark menghentikan langkahnya dan menoleh kearahku yang tertinggal.

"Mengapa kau berhenti?" karena ini pemberhentian bisnya, bodoh.

"Karena disini pemberhentian bisnya?" aku menaikkan kedua bahuku.

Mark berjalan kembali kearahku.

"Kalau aku kembali kerumah sekarang karena hanya mengantarmu sampai halte, ibuku akan membunuhku." ia mengucapkannya ketika jarak kami hanya dua langkah lagi. "Kau dengar sendirikan ibuku bilang mengantarmu sampai rumah?"
Kalau begitu kenapa kau tidak menggunakan mobilmu dan bukannya membuatku harus berjalan susah payah! Pikirku.

"Hmm aku tidak apa-apa naik bis. Kau bisa pergi ke pub atau manapun untuk membuang waktumu dan aku akan tutup mulut. Aku juga tidak terlalu ingin diantar oleh dirimu," ujarku.

"Tidak. Aku memang tidak ingin melakukannya tapi demi ibuku maka aku akan mengantarmu."

"Lalu jika kita tak ingin naik bis kau ingin memanggil taksi?"

"Tidak. Jalan kaki."

Sial! Aku tahu Mark selalu ingin membunuhku pelahan. Ia tahu aku menggunakan hak tinggi dan ia ingin aku tersiksa.

"Apa? Kau ingin membunuhku huh?"

"Terserah. Tapi bukankah kau sepertinya memang butuh olahraga." itu bukan pertanyaan.

Hahaha, lucu sekali. Sekarang dia mulai mengataiku orang yang butuh olahraga.

Aku ingin sekali mengatakaan 'Halo cowok berotot aku tidak selemah yang kau kira.' tapi aku tetap tutup mulut.

"Oke. Aku akan berjalan kaki dengan menggunakan hak tinggi yang bahkan kuyakin kau tidak bisa berjalan selama satu menit dengan menggunakannya," cemoohku.

Mark tetap diam dan tidak mengeluarkan ekspresinya yang ia sembuyikan.

Aku yakin ia tak punya lebih dari tujuh ekspresi dalam dirinya. Pikirku.

Ini adalah hal bodoh! Aku sudah berjalan sekitar sepuluh menit disaat salju mulai menutupi sebagian jalan. Dan aku merasa sebagai cewek terbodoh karena mau mengikuti perkataan Mark untuk berjalan pulang dengan sepatu hak tinggi di jalan yang licin.

Kutarik lengan baju Mark.

"Kurasa kalau aku masih terus berjalan dengan hak tinggi di jalanan yang licin aku akan terkena gegar otak." aku berjalan mendekat. "Aku tak peduli kau ingin marah atau ibumu akan membunuhmu, tapi aku akan naik bis atau naik taksi. Terserah, yang penting aku sampai dengan selamat."

Aku melepas sepatu hakku dan membawanya dengan tanganku. Salju memang masih belum terlalu lebat tapi hawa dingin langsung mengigit kakiku yang terbuka.

Sial!

"Aku akan pesan taksi saja dan menunggu di toko sekitar sini. Aku tidak akan bisa bertelanjang kaki terlalu lama," ujarku pada diriku sendiri.

Aku mulai berjalan menjauh tapi Mark menghentikanku.

"Ikut aku." Mark masuk ke sebuah kedai kopi. Ia bahkan tidak menungguku dan aku tidak mau mati kedinginan disini jadi aku ikut memasuki kedai kopi dan meninggalkan egoku di jalanan yang beku.

***

"Latte please," ujarku kepada penjaga kasir yang langsung menyuruhku dan Mark untuk menunggu pesanan kami.

Kami duduk disudut. Aku memainkan ponselku dan Mark memperhatikanku.

Kenapa ia harus melihatiku? Mengapa aku tidak pernah punya hubungan yang normal dengan lawan jenis?

Karena kau terkutuk, idiot! Jawab pikiran pelindungku.

Benar! Aku terkutuk dan orang-orang yang akan mencintaiku akan mati dan seorang laki-laki biasa memang sangat mudah tertarik padaku.

Tapi, walaupun aku sudah tahu ribuan pasang mata dari tatapan laki-laki yang tertarik padaku aku tidak yakin tatapan Mark tertarik padaku karena menyukaiku atau apa. Namun karena seakan ada sesuatu yang membuatnya penasaran dan ingin ia ketahui.

"Kau tahu Mark? Sekarang aku mengerti mengapa Cassie tidak terlalu suka padamu." raut wajah Mark langsung berubah jadi terlihat marah ketika aku bicara tentang Cassie.

Ekspresinya yang datar hilang sudah.

Dasar idiot! Kau mengatakan sesuatu yang buruk. Batinku.

Biasanya aku tidak pernah peduli akan perkataanku. Tapi akhir-akhir ini aku mulai merasa menyesal akan perkataan-perkataanku yang seharusnya tidak kulontarkan. Itu aneh namun hal yang baik, kurasa.

"Ini pesanan anda tuan dan nona. Satu latte dan moccacinno." aku sangat bersyukur pelayan ini datang sebelum Mark berujar apapun. "Apa ada hal lain lagi yang bisa saya lakukan?"

Tertera nama Kyle di papan nama pelayan itu. "Terima kasih Kyle. Dan tidak ada hal lain lagi. Trims."

Kyle tersenyum sopan lalu pergi meninggalkan kami berdua dengan kecanggungan yang tak berujung.

"Aku tahu kau memang tidak pernah berpikir sebelum bicara. Ohh tidak. Aku lupa bahwa kau memang perempuan tidak berperasaan." Mark memecah keheningan.

"Sangat senang akhirnya kau menyadarinya. Aku memang tidak suka basa-basi." aku menyesap latteku. "Dan kau juga tidak sadar bahwa kau juga tidak punya perasaan?"

Mark tertawa kasar dan terlihat sekali sangat memaksakan tawanya. "Kau juga sangat lucu seakan-akan mengerti perasaan seseorang."

Aku tahu adegan ini dari film. Ketika si laki-laki akan mulai mencemooh si perempuan dan si perempuan dengan gagah beraninya melawan tapi terlalu bodoh karena terperangkap permainan sang laki-laki.

Jadi aku berusaha tidak masuk perangkap.

"Kalau begitu bukankah kita tidak ada bedanya?" kataku sambil menyeringai.

Mark berhenti tertawa dan diam selama beberapa detik. "Kau dan aku sama? Sungguh keterlaluan!"

Mark menutupi mulutnya dengan tangannya. Dan tetap melakukan itu selama beberapa saat sambik terus menatapku.

"Oh ya? Kau dan aku tidak sama? Bukankah kita sama-sama tidak berperasaan?"

Kau yang memulai pertarungan sejak awal kami bertemu di sekolah. Jadi, ayo kita selesaikan di kedai kopi ini.

Mark mencondongkan tubuhnya kearahku. "Haruskah aku menjelaskan perbedaan antara aku dan kau? Bukannya kau sudah bisa melihatnya dengan jelas?" jeda. "Kau sungguh membuatku muak dengan segala kepura-puraanmu Ellisa Vallerie."

Mark menarik kembali tubuhnya seperti semula. Sedangkan aku masih terpaku oleh perkataannya dan bisa merasakan detak jantungku yang berpacu.

Ini bukan hal biasa.

Ada sesuatu yang berbeda dari Mark dari setiap perkataan dan perbuatannya.

Bukan. Tapi ada sesuatu yang berbahaya dari segala apa yang ia lakukan.

Dan kuharap itu bukan sesuatu yang membahayakan untuk diriku.

***
Hei guys. Hmm masih adakah yang baca cerita abal ini? Hahaha

Banner abal masih belajar.

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 282K 81
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya.
544K 35.1K 62
Serena memiliki hobi yang aneh, gadis itu senang menghancurkan rumah tangga orang lain. Bagi Serena, menghancurkan rumah tangga orang lain adalah sua...
1M 128K 73
***WATTYS WINNER 2021 KATEGORI FANTASI*** --- Setelah menikah dengan seorang duke paling berpengaruh di negaranya, Gwen harus berperang melawan intri...
3.6M 235K 76
Selama 28 tahun hidup, Rene sama sekali tidak memiliki pikiran untuk menikah apalagi sampai memiliki anak. Dia terlalu larut dengan kehidupannya yang...