✔️ My King : Flower of Arahas...

_LucyAn_ tarafından

710K 45.2K 6.5K

( TAMAT ) ~ Judul "My King : Beginning for the Doll" telah di ganti dengan "My King : Flower of Arahasis" ~ B... Daha Fazla

BAB I : Bagian I
BAB I : Bagian II
BAB I : Bagian III
BAB II : Bagian I
BAB II : Bagian II
BAB II : Bagian III
BAB II : Bagian IV
BAB II : Bagian V
BAB II : Bagian VI
BAB III : Bagian I
BAB III : Bagian II
BAB III : Bagian III
BAB III : Bagian IV
BAB III : Bagian V
BAB IV : Bagian I
BAB IV : Bagian II
BAB IV : Bagian III
BAB IV : Bagian IV
BAB V : Bagian I
BAB V : Bagian II
BAB V : Bagian III
BAB V : Bagian IV
BAB V : Bagian V
BAB VI : Bagian I
BAB VI : Bagian II
BAB VI : Bagian III
BAB VI : Bagian IV
BAB VI : Bagian V
Questia Scana I
BAB VII : Bagian I
BAB VII : Bagian II
BAB VII : Bagian III
Questia Scana Part II
Crossover I : Strange Incident
Crossover II : Apa Kau Mengenalinya?
BAB VII : Bagian IV
Bab VII Bagian V
BAB VIII : Bagian II
BAB VIII : Bagian III
BAB VIII : Bagian IV
BAB IX : Bagian I
BAB IX : Bagian II
BAB IX : Bagian III
BAB IX : Bagian IV
BAB IX : Bagian V
BAB X : Bagian I
BAB X : Bagian II
BAB X : Bagian II
BAB X : Bagian III
BAB X : Bagian III
BAB X : Bagian IV [END]
EKSTRA CHAPTER : Little Ea and Alice
QUESTIA SCANA [FINALE]
Halo! Lama Tidak Berjumpa!
~GIVE-AWAY~
Pemenang Giveaway

BAB VIII : BAGIAN I

7.9K 615 428
_LucyAn_ tarafından



M

enatap miris, manik emerald yang biasanya berbingkai kacamata itu bergulir, menatap sekeliling yang telah porak-poranda. Kastel megah nan indah, lambang kemegahan Urca hanya tersisa separuh. Yang separuhnya? Menjadi puing-puing reruntuhan, sungguh mengenaskan. Ledakan besar yang barusan terjadi tentu bukan ledakan biasa. Itu ledakan peringatan. Kael menelan ludah susah payah. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Firasatnya mengatakan akan terjadi sesuatu yang buruk. Entah mengapa prasangka buruk seakan melekat di benaknya.

"Demi Dewi Malvheeta." Kael menyebut junjungannya. Dalam kondisi seperti ini, hanya berdoa yang mampu ia lakukan. Namun, semua buyar ketika ia mengingat satu hal. Ershki. Rautnya memucat, menoleh ke arah Emil dengan panik. "Emil! Ershki ada di dalam tadi!" Wajah cemas terlukis jelas.

"Shion memberi tahu saya, ia telah mengamankan semua penghuni Kastel Zigg. Tenanglah, Menteri Tertinggi, Nyonya Ershki pasti baik-baik saja." Emil tersenyum lembut.

Kael jatuh terduduk dengan wajah lega. Setidaknya, jika Shion yang menangani, ia bisa tenang. Kael yakin, anak buah Eral pasti sama hebatnya dengan adiknya. Namun, setelah berpikir demikian, Kael terdiam. Eral, di mana dia sekarang? Kael berharap adiknya baik-baik saja. Jika sampai sesuatu terjadi pada Eral, ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Kael bangkit, ditatapnya reruntuhan yang bercampur daging busuk sisa mayat hidup yang dilumatkan. Mengernyit, benarkah pemandangan di depannya itu Urca? Ia tidak ingin mempercayai semua itu. Bahkan ia yakin Istana Dewa Eresh pun tidak separah keadaan Urca sekarang.

"Bagaimana ekspresi Ou jika ia kembali nanti?" Kael menipiskan bibir.

Kemungkinan pertama, ia menjadi sarapan Catya. Kemungkinan kedua, ia menjadi makan siang Catya. Kemungkinan ketiga, ia menjadi makan malam Catya. Apa bedanya semua itu? Kael mengacak-acak rambut, frustrasi. Ou pasti sangat murka kali ini. Eral hilang. Akhkha pun sama, entah di mana dia. Semenjak menyelamatkan Kael di malam itu, Akhkha menghilang bak ditelan bumi. Peristiwa selanjutnya datang bertubi-tubi, Kastel Zigg runtuh, serangan dari mayat hidup, belum lagi korban pihak Urca yang semakin meningkat. Demi Dewi Malvheeta! Ingin rasanya Kael membenturkan kepala ke puing reruntuhan!

"Emil, aku rasa ... kita harus membereskan semua ini sebelum Ou--" Baru saja Kael berbalik, ia sudah dibuat membeku. Menelan ludah, Kael mencoba menjadi orang yang tenang. Menatap manik merah darah pria di depannya dengan jantung berdebar. "Emil, aku tahu, aku sedang sedih dan kau ingin menghiburku, tapi dengan mengubah dirimu menyerupai Lios Yuusha itu sangat tidak lucu." Kael berkata seraya menepuk bahu pria bermanik ruby di depannya, yang ia kira Emil yang menyamar.

"Jika yang kau maksud bocah yang menjadi anjing Divisi Penyerangan, dia ada di sana." Pria itu berkata seraya menunjuk ke belakang. Emil tersungkur bersimbah darah dengan pedang menancap di perut. Kael memucat, segera ia menarik tangannya yang bertengger di bahu Lios.

"De-Demi Dewi Malvhee-aaakhh!"

Sebelum Kael menjaga jarak, tangan kokoh Lios sudah menyambar lehernya. Kael mencoba melepas cengkeraman maut Lios. Namun, usahanya sia-sia. Bukannya mengendur, tangan Lios semakin erat mencengkeram. Bahkan sampai kaki Kael terangkat dari permukaan tanah. Mengapa ia sampai lengah dan tidak menyadari kedatangan Lios? Kael merutuki diri sendiri di dalam hati. Rahangnya mengeras antara geram dan menahan sesak.

"Di mana bocah terkutuk itu?" Geraman Lios membuat buku kuduk Kael meremang.

"A-aku ... tidak akan-aarrgghhh!"

Mendengar jawaban tak memuaskan dari Kael, tanpa basa-basi Lios menghempaskan Kael sekuat tenaga. Baru saja Kael berpikir untuk membenturkan kepalanya ke tembok karena frustrasi, sekarang semua itu menjadi kenyataan. Dewi Malvheeta layaknya mendengar isi hati Kael. Belum juga kepala itu sembuh dari luka sebelumnya, sekarang sudah berlumur darah lagi. Rasanya seperti mau pecah. Lios benar-benar tak mengampuni Kael. Hempasan Lios membuat pria bersurai kecokelatan itu hampir kehilangan kesadarannya. Lios menggunakan sihir untuk memperkuat serangan fisik. Kael mengutuk dalam hati, Lios tahu ia bukan tipe petarung jarak dekat. Kael, dengan menahan ngilu di kepala, memutar otak untuk lepas dari cengkeraman Lios.

"Di mana bocah keparat itu?" Lios mendesis geram, memberikan ancaman yang menerobos pertahanan ketenangan Kael. Namun, bukan Kael namanya jika ia menyerah begitu saja. Dengan kepala yang hampir remuk bersimbah darah membentur dinding reruntuhan, juga leher yang hampir patah, Kael melihat adanya pencerahan dari Dewi Malvheeta.

"Untuk apa ... aku ... memberitahumu jika ... aku tahu, hah? Tidak ada ... untungnya!" Kael terkekeh, maniknya mengilat penuh semangat.

Lios mencabut pedang dengan tangan boneka yang ia miliki. "Kalau begitu, selamat tinggal!" Pedang emas di tangan Lios mengayun. Namun, belum sempat Lios menancapkan pedang itu di kepala Kael, sebilah pedang melesat dan memotong tangan Lios. Tangan boneka Lios hancur berkeping-keping. Membuat sang pemilik menggulirkan manik ruby-nya, menatap tajam. Siapa yang berani menganggunya?

"Kau selalu kasar pada semua orang, Lios. Kau belum berubah." Pria bermanik abu muncul, dengan balutan seragam Divisi Pertahanan dan Penyerangan Urca yang compang-camping.

"Akh ... kha?" Mata Kael membulat sempurna saat mendapati orang yang telah menyelamatkannya untuk kedua kali. Setelah sekian lama Akhkha menghilang, akhirnya ia menampakkan batang hidungnya.

"Lepaskan dia, urusan kita ratusan timea lalu belum selesai, Lios." Akhkha menatap tajam manik ruby yang mengilatkan amarah. Dengan kasar, Lios melepaskan Kael yang terbatuk-batuk tak karuan. Menahan sakit di leher yang membiru. Tidak ada kata maupun isyarat, keduanya langsung mencabut pedang dan mulai menyerang. Suara pedang beradu memekakkan telinga. Kecepatan mereka sungguh luar biasa. Kael yang tidak terlalu mengerti ilmu berpedang hanya menatap takjub.

"Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan hidup Nona Ningyou sekali lagi!" Akhkha menggeram marah.

Lios menanggapi dengan ayunan pedang yang tak mempunyai jeda. Sementara Akhkha menahan Lios untuk mengulur waktu. Kael memutar otak untuk membebaskan mereka berdua dari cengkeraman Lios. Yang terpenting sekarang adalah menyusun rencana, ia dan Akhkha harus selamat! Kael bangkit, menggambar lingkaran sihir dengan darahnya. Ia akan menggunakan sihirnya, ya, ia harus melumpuhkan Lios. Walau hanya sesaat.

"Atas nama Dewi Malvheeta aku menjunjung,
Pinjamkanlah kekuatanmu padaku. Oh, Dewi Izab, sang Dewi Pengorbanan!"

Seketika itu juga lingkaran sihir berwarna hijau muncul di depan Kael dan di bawah tempat Lios berpijak.

Kael mencuramkan alis. "Akhkha minggir!"

Mendengar teriakan Kael, Akhkha langsung melompat menjauh. Bersamaan dengan itu, Lios membelalak. Namun terlambat, rantai kelam berhias bara api muncul dari lingkaran sihir yang ada di bawahnya. Mengekang, membuat Lios tak berdaya. Rantai panas itu mengikat tangan dan kaki Lios dengan erat. Erangan pun terdengar, menggambarkan betapa tersiksa dirinya. Kesalahan Lios, tidak memakai Block Magic dari awal.

"Aaaaarrgghhhhh!"

Rantai itu seakan melelehkan kulit Lios, memberikan tanda di sana. Akhkha hanya tersenyum kecut. Ternyata Kael kuat juga, bisa memanggil sesuatu macam rantai belenggu milik Dewi Izab, sang Dewi Pengorbanan.

"Cepat lari!" Kael menyadarkan Akhkha yang masih terpaku. Fokusnya sekarang ada pada pria bersurai kecokelatan yang ada di sampingnya. Kael berdiri, memapah Emil yang terlihat lemah. "Kita harus pergi sekarang!"

Akhkha mengangguk, mengikuti arah Kael pergi. Benar, mereka tak mungkin mengalahkan Lios sendirian. Mereka perlu sebuah rencana.

"Cih, kau terlambat! Ke mana saja kau?" Kael mengerutu.

Akhkha tersenyum kecut. Ia tidak datang tepat waktu karena setelah kejadian malam itu, tubuhnya terpental jauh dan mendarat di tengah Hutan Blackwood. Dan semua orang tahu, betapa luasnya hutan itu. Dan sialnya lagi, Akhkha buta arah. Perlu perjuangan besar keluar dari sana. Singkatnya, ia tersesat.

"Maafkan aku." Hanya yang Akhkha katakan. Tentu saja, ia tidak mengatakan yang sebenarnya. Ia tidak mau ditertawakan Kael dan mayat hidup di sana, bukan? Namun, semua pikiran konyol Akhkha hilang saat ia merasakan sesuatu yang mengancam. Seketika, Akhkha menoleh ke belakang.

Sreettt! Bruuukkk!

Kael menghentikan langkah, menoleh ke belakang. Seketika itu juga kakinya terasa lemas. Tubuh Akhkha tersungkur bersimbah darah ... tanpa kepala.

"O-Oi, Akhkha! Katakan ini bercanda!" Kael yang memapah Emil, mendekat dengan raut pucat. Kematian, ia melihat semua itu di depannya. Walaupun ia tidak dekat dengan Akhkha tapi pria itu sudah menyelamatkannya dua kali. Dan sekarang ia tidak bisa berbuat apa-apa ketika kepala Akhkha terpisah dari tubuhnya. Rahang Kael mengeras, tangannya terkepal erat.

"Bodohnya diriku! Bahkan melindungi adikku pun aku tidak bisa! Sekarang aku melihat orang yang telah menyelamatkanku mati di depan mataku. Sungguh bodohnya aku!" Kael frustrasi.

"Tunggu, aku belum mati."

Kata-kata itu membuyarkan Kael dari ratapan. Suara Akhkha! Kael menoleh ke sana kemari, dan ia pun mendapati potongan kepala Akhkha yang tergeletak di sebelah semak-semak.

"Kau lupa? Aku tidak bisa mati." Potongan kepala Akhkha berujar pelan.

"Gyaaaa! Dewi Malvheeta!" Kael berteriak histeris, bagaimana tidak? Sekarang yang ia ajak bicara adalah potongan kepala. Bulu kuduknya langsung meremang. Astaga! Sebelumnya mayat busuk yang bangkit dari kubur! Sekarang potongan kepala yang berujar padanya! Kael bisa gila!

Menatap ketakutan ke potongan kepala Akhkha yang masih menatapnya, Kael berusaha untuk tidak jatuh pingsan. Jujur, Kael paling takut dengan hal-hal horror yang membuat bulu kuduk merinding. Tapi kali ini ia menguatkan diri untuk menatap potongan kepala Akhkha yang diwarnai cairan pekat berwarna merah.

"De-Dewi Malvheeta aku ingin Urca tanpa mayat hidup atau potongan kepala hidup!" Kael merengek ketakutan, membuat Akhkha mendesah pelan. "Bisa kau lupakan masalah itu? Aku hanya ingin meminta tolong, bawa kepalaku kalau kau ingin kabur. Setidaknya aku bisa sedikit membantu."

Menelan ludah, Kael membayangkan dirinya berkeliaran menenteng kepala manusia di tangan. Rasa ngeri pun tergambar jelas di wajah Kael. "Oh, tidak, aku tidak mau terlihat seperti tukang jagal psikopat. Aku tidak mau!"

Astaga! Kael bisa gila jika benar-benar melakukanya. Ia bukan Ou menenteng kepala orang dengan santai! Apa kata orang kalau rajanya seperti itu dan sekarang menterinya juga tertular penyakit sadis yang mendarah daging? Mau ditaruh di mana kewarasan Urca?

"Astaga! Menteri Tertinggi Kael Rerier, tidak ada orang yang berpikir seperti itu! Lagi pula ini perang! Jangankan satu kepala orang, kau membawa puluhan kepala pun tak akan ada yang mengira kau psikopat!"

Kael terhenyak, benar juga. Ini ditengah medan perang. Tapi Kael tetap ngeri ketika membayangkan dirinya membawa potongan kepala Akhkha.

"Tapi--"

"Cepatlah! Sebelum Lios menampakkan diri!"

Kael menelan ludah. Lios bahkan bisa memenggal Akhkha dari jarak jauh. Jika Lios sampai lepas dari rantai, tamat sudah riwayat mereka. Dengan berat hati, tangan Kael mengambil kepala Akhkha. Rasanya aneh ketika kau berbicara pada potongan kepala tanpa tubuh yang kau pegang.

"Baiklah. Sekarang, apa rencanamu?" Akhkha tersenyum saat Kael menyejajarkan potongan kepalanya dan kepala Kael untuk berbicara. "Aku melakukan ini karena terpaksa, jangan salah sangka. Lagi pula--"

Ocehan Kael terhenti, dan seketika itu juga darah mengalir dari bibirnya. Akhkha merasakan tangan Kael yang memegangnya melemah. Dan saat ia melihat dada Kael, sebilah pedang mencuat dari sana. Seketika, tubuh Kael jatuh. Bersamaan dengan kepala Akhkha yang jatuh, menggelinding.

"Kael! Ka-aarrghh!" Sayangnya, mulut Akhkha langsung dihunjam pedang. Bukankah itu cara efektif membungkam mulut seseorang?

"Padahal sudah dipenggal, tapi mulutmu masih saja mengganggu." Lios muncul dengan pakaian compang-camping. Manik ruby itu menyiratkan amarah yang berkobar. Tubuh Lios sekarang sudah kembali seperti sedia kala, tanpa noda. Tak terduga, ternyata Lios juga menguasai sihir penyembuhan. Manik merah Lios bergulir, menatap tajam pria bersurai kecokelatan yang tersungkur di depannya. Bagus, biarkan saja dia mati, organ dalamnya pun sudah tertusuk.

"Aku rasa kau akan berguna." Ditariknya rambut Kael dengan paksa. Lios menyeringai ketika manik emerald yang menatap kosong bertemu dengan manik merahnya. Tanpa belas kasih, Lios menyeret Kael yang tak berdaya. "Kita lihat siapa yang akan berlutut memohon ampun nanti."

***

Knightalia

"Nona Ningyou--" Senyum manis terukir, menyambut wanita bak malaikat yang berjalan menuruni tangga.

"Ratu Annia." Raut Ningyou seakan menggambarkan kecemasan. Namun, bukan itu yang menjadi fokus pandangan Ratu Annia. Tetapi perut Ningyou yang terlihat lebih gemuk.

Ratu Annia mengamati Ningyou, memiringkan kepala, bingung. "Tunggu, hanya perasaanku saja atau perutmu ... tambah gemuk?"

"Saya mengandung." Ningyou tersenyum dengan rona merah di pipi.

"Anakmu dan ... raja sialan itu?"

Ningyou mengangguk. Ratu Annia langsung membelalak, bahkan cangkir di tangannya terjatuh seketika.

"Ra-Ratu Annia? Anda baik-baik saja?" Ningyou bertanya, cemas.

Sang ratu tersenyum kecut dan mengangguk. "Aku baik-baik saja."

Namun semua itu berkebalikan dengan apa yang ada di hatinya. Berbagai macam sumpah serapah dan umpatan ia tujukan untuk Ou Yuusha. Bisa-bisanya dia melakukan hal seperti itu pada Ningyou! Ratu Annia yakin, Ou pasti memaksa Ningyou setiap malam! Tidak mungkin gadis sebaik Ningyou mau melakukan semua itu secara suka rela dengan iblis busuk macam Ou!

"Ratu Annia, apa ... Anda melihat Tuan Ou? Saya tidak melihat Tuan Ou sedari tadi." Ningyou bertanya, cemas. Entah mengapa firasat Ningyou tidak enak ketika ia tidak menemukan Ou disampingnya. Karena selama ini, saat ia terbangun Ou selalu mendekapnya. Memberi perlindungan mutlak padanya.

"Dia ke neraka." Ratu Annia menjawab asal, membuat Ningyou mengernyit bingung. Menyadari kesalahannya, Ratu Annia pun tersentak. "Ma-Maksudku, dia ke Urca untuk membereskan beberapa tugas. Menteri tertinggi menghubunginya tadi malam. Karena tidak tega membangunkanmu, jadi dia berpesan padaku untuk mengatakannya saat kau bangun."

Ningyou manatap polos, ia benar-benar merasa aneh. Ou tidak pernah pergi tanpa pamit padanya. Tapi Ningyou tidak mau berburuk sangka, akhirnya ia hanya mengangguk dan tersenyum simpul. Mungkin Ou benar-benar buru-buru.

"Dia pasti akan menjemputmu setelah semua pekerjaannya selesai."

Dan setelah itu ia akan menerima pembalasan dariku! Bisa-bisanya ia memperlakukan Nona Ningyou seperti itu? Bahkan dia belum menikahinya! Itu tidak termaafkan! Keterlaluan!

***

***

REPUBLISH : 25.11.2018

LUCY AN

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

29.4K 1.5K 34
Madison tidak pernah menyangka akan mendapatkan musibah dalam masa kuliahnya. Tujuannya masuk Universitas Wallace hanya ingin menjadi seorang detekti...
128K 6.2K 8
Selina Brata adalah seorang gadis cantik dan manja. Seorang princess dalam keluarganya. Apapun keinginannya akan selalu dipenuhi. Dia juga akan melak...
147 127 32
【DILARANG PELAGIAT DALAM BENTUK APAPUN】 Kuina mendapat perlakuan tidak adil di sekolahnya, Anja gadis yang kaya dan mapan bertingkah seenaknya pada m...
1.1K 274 32
Tidak semua kisah berjalan sederhana di Dunia Dongeng. Demi akhir bahagia selama-lamanya, aral dan bukit terjal perlu ditempuh. Terlebih ketika Sang...