BAB VIII : BAGIAN I

7.9K 615 428
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



M

enatap miris, manik emerald yang biasanya berbingkai kacamata itu bergulir, menatap sekeliling yang telah porak-poranda. Kastel megah nan indah, lambang kemegahan Urca hanya tersisa separuh. Yang separuhnya? Menjadi puing-puing reruntuhan, sungguh mengenaskan. Ledakan besar yang barusan terjadi tentu bukan ledakan biasa. Itu ledakan peringatan. Kael menelan ludah susah payah. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Firasatnya mengatakan akan terjadi sesuatu yang buruk. Entah mengapa prasangka buruk seakan melekat di benaknya.

"Demi Dewi Malvheeta." Kael menyebut junjungannya. Dalam kondisi seperti ini, hanya berdoa yang mampu ia lakukan. Namun, semua buyar ketika ia mengingat satu hal. Ershki. Rautnya memucat, menoleh ke arah Emil dengan panik. "Emil! Ershki ada di dalam tadi!" Wajah cemas terlukis jelas.

"Shion memberi tahu saya, ia telah mengamankan semua penghuni Kastel Zigg. Tenanglah, Menteri Tertinggi, Nyonya Ershki pasti baik-baik saja." Emil tersenyum lembut.

Kael jatuh terduduk dengan wajah lega. Setidaknya, jika Shion yang menangani, ia bisa tenang. Kael yakin, anak buah Eral pasti sama hebatnya dengan adiknya. Namun, setelah berpikir demikian, Kael terdiam. Eral, di mana dia sekarang? Kael berharap adiknya baik-baik saja. Jika sampai sesuatu terjadi pada Eral, ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Kael bangkit, ditatapnya reruntuhan yang bercampur daging busuk sisa mayat hidup yang dilumatkan. Mengernyit, benarkah pemandangan di depannya itu Urca? Ia tidak ingin mempercayai semua itu. Bahkan ia yakin Istana Dewa Eresh pun tidak separah keadaan Urca sekarang.

"Bagaimana ekspresi Ou jika ia kembali nanti?" Kael menipiskan bibir.

Kemungkinan pertama, ia menjadi sarapan Catya. Kemungkinan kedua, ia menjadi makan siang Catya. Kemungkinan ketiga, ia menjadi makan malam Catya. Apa bedanya semua itu? Kael mengacak-acak rambut, frustrasi. Ou pasti sangat murka kali ini. Eral hilang. Akhkha pun sama, entah di mana dia. Semenjak menyelamatkan Kael di malam itu, Akhkha menghilang bak ditelan bumi. Peristiwa selanjutnya datang bertubi-tubi, Kastel Zigg runtuh, serangan dari mayat hidup, belum lagi korban pihak Urca yang semakin meningkat. Demi Dewi Malvheeta! Ingin rasanya Kael membenturkan kepala ke puing reruntuhan!

"Emil, aku rasa ... kita harus membereskan semua ini sebelum Ou--" Baru saja Kael berbalik, ia sudah dibuat membeku. Menelan ludah, Kael mencoba menjadi orang yang tenang. Menatap manik merah darah pria di depannya dengan jantung berdebar. "Emil, aku tahu, aku sedang sedih dan kau ingin menghiburku, tapi dengan mengubah dirimu menyerupai Lios Yuusha itu sangat tidak lucu." Kael berkata seraya menepuk bahu pria bermanik ruby di depannya, yang ia kira Emil yang menyamar.

"Jika yang kau maksud bocah yang menjadi anjing Divisi Penyerangan, dia ada di sana." Pria itu berkata seraya menunjuk ke belakang. Emil tersungkur bersimbah darah dengan pedang menancap di perut. Kael memucat, segera ia menarik tangannya yang bertengger di bahu Lios.

✔️ My King : Flower of Arahasis [ TAMAT ]Where stories live. Discover now