BAB X : Bagian II

853 91 0
                                    

Iris indahnya bergulir, menatap lorong Kastel Zigg. Dengan tekad kuat, ia mencoba berlari sekuat tenaga. Menuju seseorang yang sekarang diambang bahaya.

"Aku harus menemukan Eral secepatnya!" Freya berbisik lirih dengan kekhawatiran membuncah di dada. Mengapa? Mengapa ia begitu khawatir? Ia pun tidak mengerti. Freya melangkah, melewati lorong gelap Urca. Namun, ia mendengar seseorang yang menjerit meminta tolong. Suara yang terdengar familiar.

"Tolong! Saya mohon tolong keluarkan saya dari sini! Saya harus menghentikan mereka!"

Ningyou. Tidak salah lagi. Tapi haruskah Freya berbalik dan menyelamatkannya?

"Saya mohon!"

Freya mengepalkan tangan. Kakinya melangkah, mencari di mana kamar Ningyou berada. Ia tahu, Ningyou salah satu orang yang berharga bagi Eral. Jika ia membiarkan Ningyou di sini, Ningyou pasti akan terluka. Dan ia tidak mau itu terjadi. Eral pasti akan sedih.

Freya melangkah ke kamar Ningyou. Lorong itu terlihat sepi, tanpa penghuni. Tidak mau basa-basi, Freya langsung mendobrak pintu kamar. Manik kelamnya menumbuk manik perak yang berlinang air mata. Iba. Satu kata yang mengungkap hati Freya. Tanpa basa-basi, Freya menyambar tangan mungil Ningyou. Membawa Ningyou keluar dari sana.

"Kita tidak punya waktu lagi! Kita harus lari se--"

"Tolong bawa saya kepada ayahanda!" Ningyou menyela. Freya menoleh, mendapati manik perak yang membara. Tatapan Freya turun, menatap perut Ningyou yang membuncit.

"Kau sedang hamil. Jangan aneh-aneh!"

"Saya tidak bisa membiarkan ayah dari anak ini tewas begitu saja!"

Menghela napas, Freya pun mengalah. "Kalau ada apa-apa denganmu, aku tidak akan tanggung jawab." Menarik tangan Ningyou, membawa boneka itu kepada Lios. Namun, di tengah perjalanan, mereka dikagetkan oleh sosok singa bersurai kelam yang menerobos jendela. Mengaum, menggetarkan kastel. Tersenyum kecut, Freya tahu persis siapa singa itu.

"Astaga, singa itu belum mati juga?" gumam Freya, jengkel. Mengingat akan pertama kalinya ia bertemu dengan Catya.

Berbeda dengan Ningyou, wanita itu langsung menghambur dan memeluk Catya. Catya pun menjilati surai Ningyou dengan penuh kasih.

"Catya! Catya!" Tak mau menghabiskan waktu lebih lama. Ningyou pun menyeka air mata. Menatap Catya yang kini juga menunggu sebuah perintah. Tentu, Catya akan menuruti perintah dari nyonya sang tuan.

"Catya, antar saya ke tempat Tuan Ou!"

***

Rerier Mansion

"Pemanah! Tembak!" Ershki berteriak lantang, dengan busur emas di tangan, bersiap membidik sasaran. Terima kasih untuk barrier yang Kael buat. Tidak ada satu pun prajurit musuh yang berhasil menyelinap. Rerier Mansion aman. Kael berdiri di depan Rerier Mansion. Membuat lingkaran sihir yang perlahan membesar, mewarnai sekitar. Manik emerald-nya berpendar.

"Oh, Shiel, sang penguasa kegelapan malam,

Tunjukkanlah kekuasaanmu,

Pinjamkanlah kekuatanmu untuk melawan sang angkara."

Seketika, keadaan menjadi gelap gulita, hanya suara jerit ketakutan yang menggelegar. Entah apa yang terjadi. Namun saat semua menjadi seperti sedia kala, hanya genangan darah yang tersisa. Selebihnya, hanya potongan tubuh boneka yang berserakan. Cukup meruntuhkan semangat musuh. Kael menyeringai bangga.

Manik emerald-nya menatap jauh ke depan, mengembuskan napas pelan. "Aku harap kau bisa menyelesaikan sisanya, Eral."

Di sisi lain Rerier Mansion, kini Eral mendekati prajurit musuh. Mencabut pedang, bersiap menebas siapa pun yang datang menyerang. Menipiskan bibir, dalam hati ia meminta maaf pada Freya. Mau tak mau ia harus membunuh Freis. Demi Urca, juga semua orang tak bersalah yang menjadi korban kekejian mereka. Eral melompat melewati barrier, menebas semua prajurit musuh yang ada. Tak peduli darah membanjiri tubuhnya, atau berapa banyak nyawa yang melayang sekali ia menebaskan pedangnya. Hingga ia menemukan kenyataan yang membuatnya tersentak, sebuah emblem yang melekat di tubuh musuhnya. Emblem Knightalia.

✔️ My King : Flower of Arahasis [ TAMAT ]Where stories live. Discover now