BAB III : Bagian III

11.5K 972 82
                                    

***

( Ai Lios Yuusha, saat muda )

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

( Ai Lios Yuusha, saat muda )

Manik berbeda warna saling melempar tatapan kebencian. Semua pedang terhunus, tertuju pada pria bersurai kelam yang berusaha melindungi harta yang ia punya, keluarganya.

"Menyerahlah, Efrel. Kau yang sekarang tidak akan bisa menandingiku."

"Lebih baik aku mati dari pada tunduk pada iblis sepertimu!" Efrel mendesis geram.

Dengan tangan yang mencengkeram pedang dengan erat, siap untuk menumpahkan semua kemarahannya. Di sisi lain, Lios mencuramkan alisnya geram. Namun setelah itu, seringai kejam langsung terbentuk.

"Jadi, kau memilih mati dari pada menyerahkan kekuasaan desa ini pada Urca dan mengakui diriku sebagai raja Urca? Baiklah, kalau itu maumu. Tidak sia-sia aku menyiapkan peti mati untukmu."

Suara pedang yang dicabut menggema. Menyalurkan hawa dingin yang menusuk di tengah tegangnya suasana. Tak lama, hingga suara pedang yang diadu memecahkan keheningan. Sekarang hanya ada dua pilihan, bunuh atau dibunuh.

"Kau sangat keras kepala!" Desisan tajam Lios bahkan tidak mampu meruntuhkan tekad Efrel.

"Dewi Malvheeta telah bersabda. Walau nyawa taruhannya, aku bersumpah tidak akan melanggar larangan itu." Efrel balik mendesis dengan keyakinan kuat yang ada dalam hatinya. Keyakinan untuk melindungi apa yang seharusnya ia lindungi, keyakinan untuk tetap berada di jalan yang ia yakini, juga keyakinan untuk tidak terjerumus dalam jurang kegelapan.

Suara pedang yang bertumbukan semakin memekakkan telinga. Efrel tidak akan menyerah begitu saja, ia mulai menyerang dengan sihir. Ruangan di sekitar mereka telah porak-poranda.

Namun, pria bermanik ruby itu malah menyeringai kejam. Menatap meremehkan seakan ia sedang merancang akal busuk di benaknya. Alis Efrel kembali curam, merasakan hawa dingin yang menyerang. Ia tahu, Lios merencanakan sesuatu.

"Kau tahu, Efrel? Pengkhianatan adalah dosa yang tidak bisa diampuni." Lios berkata seraya menenteng pedang, mendekati Efrel dengan raut iblisnya. "Dan aku sudah berjanji akan mengakhiri hidup siapa pun yang berani mengkhianatiku!" Seketika itu juga, Lios melompat dengan pedang yang terhunus tepat ke jantung Efrel.

Efrel yang terkejut langsung melompat mundur, bersiap menangkis serangan Lios. Namun apa yang terjadi selanjutnya benar-benar di luar dugaan. Efrel tidak bisa bergerak. Seketika itu keringat dingin menetes di kening Efrel, apalagi saat ia melihat seringai Lios yang kian melebar.

✔️ My King : Flower of Arahasis [ TAMAT ]Where stories live. Discover now