BAB V : Bagian II

11.6K 986 117
                                    

***

Ou masih memelototi lembaran-lembaran kertas yang ada di tangannya. Manik semerah darahnya serasa hampir copot, namun belum juga ia menyelesaikan separuh laporan di depannya. Apa menjadi raja itu sesulit ini? Sekarang ia baru merasakan perjuangan Danna semasa menjadi raja.
Matanya menatap sendu ke langit malam tanpa bintang. Mengenang masa-masa indahnya bersama sang kakak tercinta.

"Kakak...." Ou berbisik pelan dengan hati pilu. Namun, semua itu buyar ketika ia melihat ke bawah, ke arah taman, sosok hitam seperti bayangan yang melesat dengan seseorang di gendongannya.

Ou tersentak kaget. "Ningyou!"

Ou langsung melesat menuju taman Kastel Zigg. Banyak prajurit berkumpul di sana. Dan bodohnya lagi, para prajurit itu malah diam bak patung terpukau oleh kelincahan dan kecepatan si penculik Ningyou. Ou semakin geram.

"Kalian mau aku penggal, hah? Cepat bergerak! Tutup semua akses keluar istana!"

Suara Ou menggelegar, menyadarkan para prajurit. Dalam sekejap prajurit-prajurit itu bergegas melaksanakan titah sang tuan. Namun sayang, mereka terlambat karena sang penculik telah melarikan diri. Ou menatap beringas dengan hawa membunuh yang menguar.

"Catya!" Ou berteriak memanggil kucing kesayangannya. Dalam sekejap lingkaran sihir dengan simbol bintang bersisi delapan terbentuk, memunculkan sosok singa gagah yang luar biasa besar dengan surai hitam yang mengitari leher dan kepalanya. Mata emasnya menatap Ou,  menunggu aba-aba untuk menyerang.

Ou melompat ke punggung Catya. "Kita selamatkan Ningyou!"

Kucing besar itu mengaum, melompat melewati gerbang kokoh Kastel Zigg. Dengan manik ruby yang menyala, Ou memacu Catya untuk menemukan sang penculik boneka tercintanya. Giginya bergemeretak menahan amarah, tangannya mengepal erat. Siapa pun si penculik itu, Ou bersumpah akan mengulitinya dan menyiksanya sampai ia memohon ampun untuk nyawanya!

***

"Lepaskan saya! Lepaskan!"

Ningyou memberontak. Orang itu tak mengindahkan Ningyou, tetap melompat dari atap ke atap yang lain hingga mereka sampai di sebuah jembatan kokoh yang menghubungkan Urca dan Hutan Blackwood. Ningyou yang berusaha kabur langsung melangkah untuk melarikan diri. Namun, orang itu mencekal tangan Ningyou.

"Akh!" Ningyou merintih kesakitan ketika tangan kokoh pria itu mencengkeramnya. Manik perak bertemu dengan manik kelabu.

"Nona ... apa Nona tidak mengingat saya?" Pria itu membuka tudung jubah, menampakkan wajah rupawan dengan gurat kelembutan. Seketika itu, Ningyou merasakan sesuatu yang menusuk dada.

Pria dengan kulit kecokelatan, manik kelabunya menyiratkan suatu kepedihan. Menatap Ningyou dengan air mata yang mengalir deras. Ningyou terheran, apalagi ketika pemuda itu merengkuhnya, mendekap erat seakan melepas rindu yang telah ia pendam. Tak lama, pria itu melepas Ningyou dan menangkup kedua pipinya. Hangat.

"Nona, ayo pulang, tempat Anda bukan di sini. Apa Nona tidak mengingat saya sama sekali?"

Pemuda itu menatap memelas. Ningyou menelisik manik kelabunya, namun yang ia dapati hanya kasih sayang dan kekhawatiran.

"Apa ... Anda ... orang dimasa lalu saya?" Ningyou menyimpulkan.

Pria itu mengangguk pasti, "Apa Nona ingat? Saya biasanya mengawal Nona dan Tuan Muda berjalan-jalan."

Pemuda itu mengangguk pasti, senyumnya mengembang. Namun, ada suatu kepedihan di sana.

"Tapi semua kebahagiaan itu hilang! Semua itu karena-uukkhhh!"

✔️ My King : Flower of Arahasis [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang