Sasaeng Fans [EXO]

Da ismi_h

507K 30.6K 1.6K

Ada dua sisi berbeda dari sang oppa. Sisi yang ada di depan layar kaca. Dan, Sisi yang ada di belakang layar... Altro

Teaser/Prolog
Serpihan 1
Serpihan 2
Serpihan 3
Serpihan 4
Serpihan 5
Serpihan 6
Serpihan 7
Serpihan 8
Serpihan 9
Serpihan 10
Serpihan 11
Serpihan 12
Serpihan 13
Serpihan 14
Serpihan 15
Serpihan 16
Serpihan 17
Serpihan 18
Serpihan 19
Serpihan 20
Serpihan 21
Serpihan 22
Serpihan 23
Serpihan 24
Serpihan 25 (a)
Serpihan 25 (b)
Serpihan 26 (a)
Serpihan 26 (b)
Serpihan 26 (c)
Serpihan 26 (d)
Serpihan 27 (a)
Serpihan 27 (b)
Serpihan 27 (c)
Serpihan 27 (d)
Epilog
Tao Story
Kris Story
Suho Story
Lay Story
Xiumin Story
D.O Story
Baekhyun Story
Chen Story
Chanyeol Story
Luhan Story
Kai Story (bagian 1)
Sehun Story (bagian 1)
Sehun Story (bagian 2)
Sehun Story (bagian 3)
Via Story
Sasaeng Fans [2]
pengumuman !
Gadis dalam Almari

Kai Story (bagian 2)

3.6K 284 11
Da ismi_h

Kai Story – Tentang Sebuah Keluarga (bagian 2)

Februari, 2009

“Apa dia begitu cantik?” Jongin SMA terlonjak kaget. Saat Minwoo tiba-tiba muncul di sebelahnya. “Matamu bahkan tak berkedip sama sekali menatapnya.”

“Apa yang kau katakan? Aku tak mengerti.” Elaknya.

“Jangan berbohong.” Minwoo memukul pundak Jongin pelan. “Aku melihatmu menatapnya seperti ini tanpa berkedip selama lebih dari 10 menit tadi.”

“10 menit?” Pipi Jongin memerah. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Kau mengada-ada.” Lelaki itu masih saja mengelak.

“Mau ku kenalkan padanya?” tembak Minwoo langsung. Jongin menoleh cepat, memandanganya dengan mata melebar.

“Untuk apa kau mengenalkanku padanya.” Sepertinya ia tetap bersikukuh mengelak.

“Dia temannya Jimin. Kau tahu kan Jimin? Yeoja chingu-ku.” Jelas Minwoo tak mempedulikan sanggahan Jongin. “Gadis yang kau tatap tanpa berkedip itu, temannya Jimin.”

“Kenapa kau ceritakan itu padaku? Seperti topik yang penting saja.” Lelaki itu membuang pandangannya ke arah lain. Namun tanpa sadar masih mencuri pandang pada gadis berambut panjang di sana. Yang tengah tersenyum riang bersama Jimin.

“Ayo kita kenalan saja.” Minwoo langsung menarik tangan Jongin paksa. Ia muak melihat temannya yang terkenal sebagai preman sekolah yang suka berkelahi itu, hanya berani memandangi gadis itu dari jauh. Tak gentle sama sekali.

“Ya, kau mau apa?” Jongin langsung protes. Ia berusaha keras melepas genggaman erat si Minwoo pada pergelangan tangannya.

Tinggal beberapa langkah lagi mereka sampai di depannya. Arghh… Jongin tidak bisa. Lelaki itu belum menyiapkan apapun.

“Eum, sayang.” Jimin yang pertama kali menyapa. Melempar senyum lebar kepada kekasihnya. Minwoo. “Ada apa?”

Minwoo tersenyum misterius. “Ini, ada seseorang yang ingin—“ kata-katanya terhenti. Melihat tangannya menggenggam udara. Dan lelaki yang diseretnya kemari, tidak ada di belakangnya. “Aish… Kemana dia?”

“Siapa? Ada apa?” Jimin kembali bertanya.

“Kim Jongin. Dia ingin berkenalan denganmu. Tapi tak tahu sekarang kemana bocah itu.”

“Aku?” Gadis di sebelah Jimin bertanya. Sembari menunjuk dirinya sendiri. Minwoo mengangguk cepat.

“Siapa? Kim Jongin? Si preman itu?” Jimin menyahut. Gadis di sebelah Jimin hanya memasang wajah datar.

“Hey… ku bilang dia bukan preman. Dia hanya seorang lelaki yang kurang bisa mengendalikan emosi. Yang juga tengah mencari jati dirinya.” Ia berteriak setengah membela. “Lagipula, dia tidak sembarangan menggunakan tinjunya. Ia itu lelaki sejati. Bisa juga dibilang pembela yang lemah.”

“Mulai lagi. Mulai lagi.” Gadisnya berteriak marah. “Kau mulai lagi membela lelaki lain. Siapa sih sebenarnya pacarmu itu? Aku atau Jongin?” Jimin merengut sebal.

“Sayang, kau ini…” Minwoo mengacak rambut Jimin pelan. “Untuk apa mencemburuinya. Dia itu lelaki. Dan aku adalah lelaki tulen yang hanya menyukai Jimin seorang. Wanita paling cantik di mata Minwoo.”

Mwoyaaa…” Jimin memukul dada Minwoo pelan. Malu mendengar kalimat tersebut terlebih lagi di hadapan temannya.

“Jung Soojung.” Minwoo kembali beralih pada teman Jimin. “Nanti ku kenalkan kau pada Kim Jongin itu.” Ucapnya.

“Dia orang yang baik. Dan juga… sepertinya dia menyukaimu.”

***

2015 – Bali, Indonesia

Namja-ku, ada apa?” Krystal menyandarkan kepalanya di atas meja. Menatap Kai yang juga tengah menyandarkan kepalanya di sana. “Kau bosan menunggu pemotretanku selesai ya?”

Kai membuka matanya yang tadi tertutup. Lelaki itu langsung mengulum senyum tipis melihat gadisnya berada begitu dekat dengannya. “Tidak kok.” Jawabnya singkat atas pertanyaan tadi.

“Lalu kenapa?” Krystal bertanya kembali. “Ada sesuatu yang menganggumu?”

Kai diam. Tidak langsung menjawab pertanyaannya. Krystal pun tak ambil pusing. Ia tak akan memaksa jika kekasihnya tak mau cerita.

Kelopak mata Kai perlahan tertutup kembali. “Soojungieee…” ucap lelaki itu pelan. Krystal memandanginya. “Hmm?” jawabnya singkat.

“Sepertinya… selama ini aku sudah salah membenci seseorang.” Suaranya lirih. Setengah berbisik.

Tangan Krystal perlahan terulur. Kemudian, perlahan mengelus puncak kepalanya pelan. “Siapa? Kenapa bisa begitu?” Krystal menyahut sebisanya.

Kelopak matanya kembali terbuka. Tangan kanan Kai perlahan terjulur. Lelaki itu menggenggam tangan Krystal erat. Membawanya menuju pipinya. Menahannya di sana sebagai kekuatannya untuk tetap tenang.

“Aku sudah membenci orang tanpa sebab. Karena ku pikir dia orang jahat. Tapi ternyata bukan.” Kai kembali melanjutkan ceritanya dengan hati-hati. “Aku sudah jahat padanya. Aku jahat padanya.”

Dan pertahanan Kai pecah. Lelaki cengeng itu kembali menangis setelah sekian lama ia tak meneteskan cairan matanya. “Aku jahat…” rapalnya kembali. Dengan nada penuh penyesalan.

Krystal tak bisa berkata apa-apa. Ia juga tak bisa berbuat banyak. Yang bisa dilakukannya, hanya mengeratkan genggaman tangannya. Memberi kekuatan pada lelaki rapuh di depannya.

“Tidak apa. Kau masih punya waktu memperbaikinya.” Bisiknya pelan. Membiarkan lelaki itu tenggelam dalam tangisnya.

***

Maret, 2009

“Ku bilang tidak ya tidak.” Jongin berteriak malu pada godaan Minwoo padanya.

“Halah mengaku saja… Kau senang kan bisa jalan dengan gadis itu. Mengaku sajalah.” Bukannya berhenti, Minwoo malah semakin gencar menggodanya.

Beberapa jam yang lalu, lelaki di sebelahnya ini resmi menjadi kekasih seorang Jung Soojung. Dan karena besok akan menjadi hari kencan pertama Jongin dan Soojung, Minwoo menggodanya habis-habisan.

“Ku bilang tidak…” Jongin terus saja membalas. Pipinya sudah semerah tomat sekarang.

“Mengaku saja. Jika kau punya pikiran akan melakukan ciuman di kencan pertama kalian. Iya kan?”

“Ku bilang tidak. Jinjja-ya…” Jongin kembali bersikukuh. “Aku… aku ingin menjalaninya pelan-pelan.” Sahutnya kemudian dengan lirih.

Minwoo terdiam mendengarnya. Kemudian… “Woaaaa… Seorang Kim Jongin tengah jatuh cinta rupanya…” Lelaki itu kembali menggodanya. Minwoo tertawa terpingkal melihat Jongin yang sudah semerah tomat sekarang.

“Kim Jongin-ssi?” Tawa keduanya memelan. Jongin menoleh ke sumber suara, dan mendapati seseorang dengan setelan jas lengkap tengah memanggilnya.

“Bisa saya minta waktu anda sebentar, Kim Jongin-ssi…” Lelaki itu berkata dengan sopan. Sepertinya Jongin tahu siapa lelaki dengan setelan rapi tersebut. pasti suruhan lelaki tua itu. Mengingat lelaki itu sudah mencari Jongin sejak Desember silam.

“Minwoo, kau masuk duluan saja.” Ucap Jongin pelan. Minwoo hanya mengangguk singkat, lalu berjalan masuk menuju tempat kos yang ditinggali mereka berdua.

“Silakan…” Lelaki itu membawa Jongin menuju mobil mewah yang terparkir tak jauh darinya. Seseorang langsung membuka pintu. Menyambut Jongin dengan senyuman hangat.

“Masuklah.” Ajaknya ramah. Jongin tak akan tertipu dengan itu. Namun, ia masuk juga. Duduk manis di sebelah ‘orang penting’ tersebut.

“Biarkan aku melihat wajahmu.” Meski terdengar biasa, Jongin rasa terselip nada memerintah di dalamnya. Lelaki itu dengan ogah-ogahan menoleh. Beradu pandang dengannya.

Aigooo…” Lelaki tua tersebut mendesah haru. “Kim Young Ho adeul… Kau benar-benar anak lelaki itu.”

Perlahan, Lee Sooman menunduk. Lelaki itu menangis haru. “Akhirnya aku menemukanmu.”

Singkat cerita, Jongin adalah anak dari Kim Young Ho. Dancer terbaik saat itu. Yang diajar oleh Lee Sooman untuk menjadi pelatih dancer professional nantinya. Keahliannya sudah tersebar dimana-mana dikalangan artis atau seniman.

Katanya, Ayahnya yang hebat itu adalah murid favorit sekaligus kesayangan Lee Sooman. Kakek Jongin, Ayah dari Ayah Jongin, merupakan penyanyi terkenal di eranya, Kim Sae Mon. Satu angkatan dengan lelaki tua itu. Namun, harus mengakhiri hidupnya di usia muda akibat suatu penyakit.

Kakek Jongin dulu punya mimpi. Ingin memiliki sebuah perusahaan yang bisa melahirkan artis-artis hebat sebelum beliau tutup usia. Karena itulah, Ayah bersama Lee Sooman mulai merancang sebuah perusahaan. SM Entertainment. Singkatan dari nama sang kakek.

Sayangnya, entah karena apa, Jongin mendengar lelaki di depannya ini berkhianat. Ayah jatuh bangkrut. Entah bagaimana bisa semua saham Ayah di perusahaan tersebut beralih ke tangan Lee Sooyoung, anak perempuannya yang kedua.

Dan karena itulah… hidup Jongin menjadi seperti sekarang. Dan karena itulah, Jongin sangat membenci kakek Lee Sooman sampai ke keturunannya.

“Kau bisa bergabung dengan SM. Kau bisa lakukan apa saja yang kau mau.” Lelaki itu kembali berucap. Setelah tangisnya –yang palsu, menurut Jongin- reda. “Kakek akan membuat Jongin—“

“—tidak perlu.” Jongin memotongnya cepat. “Saya datang bukan untuk mengemis. Saya hanya ingin menunjukkan kepada Anda, bahwa keluarga kami baik-baik saja. Bahkan setelah anda mengkhianati kami.”

“Jonginniee…” Lee Sooman memanggilnya pelan.

“Dan juga, jangan panggil saya seperti itu. Terdengar sangat memuakkan.” Tangan kanannya membuka pintu di sebelahnya. Kemudian ia berjalan keluar.

“Jongin-ah…” Lelaki tua itu kembali memanggilnya. “Datanglah kapan pun kau mau. Pintu itu terbuka lebar untukmu. Kakek akan—“

“—aku tidak punya Kakek seperti anda.”

Lee Sooman pun diam. Ia hanya bisa memandangi punggung itu dengan diam. Begitu besarkah kesalahpahaman ini? Sampai-sampai lelaki pendiam itu begitu benci kepadanya.

***

2015 – Jakarta, Indonesia.

“Sebenarnya… kejadian 8 tahun lalu tidak seperti yang kau kira selama ini. Jonginniee…” Kai menghela nafas kasar. Merasa lelah jika harus membahas masalah itu kembali. Ia sudah muak.

“Tidak mungkin Kakek mengkhianati murid kesayangan Kakek. Tidak mungkin Kakek tega membuat cucu Kakek menderita.”

“Sudah pernah saya bilang kan? Kakek Jongin sudah meninggal. Jongin tak pernah mempunyai kakek seperti—“

“—Ayahmu sendiri yang melakukan kesalahan.” Lee Sooman memotong ucapan Kai cepat. “Perusahaan hampir saja jatuh ke tangan Cina karena keteledoran Ayahmu. Kau mungkin tidak akan mengerti jika ku jelaskan tentang ini waktu itu. Karena ini semua tentang permainan bisnis.”

Bibir Kai bergetar. “Tidak mungkin.”

“Apa kau pernah mendengar Ayahmu berucap bahwa dirinya brengsek. Bahwa dirinya bukan Ayah yang baik untukmu?”

Iya, pernah. Kai ingin menjawab itu. Saai itu Kai tidak terlalu tahu maksudnya apa. Ia hanya tahu menahu tentang sebuah cerita dari kakak kedunya, Kim Jongha. Itu pun haya beberapa potongan yang langsung saja coba Kai simpulkan.

Sekarang… Kenyataan tengah menamparnya keras-keras. Kai tidak suka ini. Kai tidak ingin mendengar lebih lagi. Karena tak akan ada oknum yang bisa ia salahkan atas hidupnya yang menyedihkan.

“Entah apa yang dilakukan Ayahmu hingga setengah saham perusahaan bisa berpindah ke tangan seorang pengusaha Cina. Tentu saja Kakek panik, dan langsung mengerahkan semua yang kakek punya untuk mengambil saham itu kembali. Begitu pun saham Ayahmu yang sudah lenyap.”

“Lalu—“ Kai mulai membuka suara. Ia tidak tahan. “—apa tujuan Anda membicarakan ini sekarang? Agar saya tidak lagi membenci Anda?” Kata-katanya terdengar ketus.

Berbalik dengan keadaan Kai, Lee Sooman malah melempar senyum hangat. “Aku hanya ingin kamu hidup bahagia. Tanpa dilindung rasa kebencian.”

Kalimat itu… pas kena hatinya. Kai terdiam. Ia kalah telak. Tetapi, ia kalah dalam rasa kebahagiaan.

“Kau sama seperti Ayahmu. Kau adalah murid kesayanganku. Rasa sayangku, bahkan lebih besar dibanding pada cucu-cucuku sendiri.” Lee Sooman menghela nafas sejenak. Ia lalu mengeluarkan sebuah amplop besar dan menyodorkannya pada Kai.

“Itu surat pemegang saham. Diam-diam, aku memasukkan namamu di sana.”

“Kenapa Anda melakukan ini. Saya—“

“—aku tidak menganggapmu pengemis. Aku hanya ingin mengembalikan milik Ayahmu. Sedikit demi sedikit.”

“Saya tidak suka berbisnis.” Tukasnya. “Sekarang ini, saya cukup bahagia hanya dengan menjadi seorang EXO Kai.” Perlahan lelaki itu berdiri dari duduknya. Kemudian pamit undur diri.

“Kau berpacaran dengan Krystal?” pernyataan dari lelaki tua itu, membuat Kai berhenti. Ia berbalik dan menatapnya kaget. Kabar ini lebih mengejutkan dibanding cerita masa lalu tadi.

Aigoo… bagaimana bisa kau sama persis dengan Ayahmu?” Lee Sooman tertawa lirih. Kai mengernyit bingung. “Kalian selalu berhasil mendapatkan wanita favoritku.”

Lee Sooman menyangga kepalanya dengan kedua tangan. Memandang tangan Kai dengan tatapan tengah menggodanya. “Bagaimana caramu mendapatkan dia?”

Kai terdiam. Pikirannya menerawang, ke memori masa lalu. Di mana ia bisa mendapatkan gadis itu. Ia mengulum senyum tipis mengingatnya.

“Aku ini professional. Mendapatkan Soojung adalah hal yang mudah…” Kai berhenti sejenak. Lalu… “Kakek Soo.” Tambahnya.

Lee Sooman tersenyum senang. Akhirnya, Kai mau memanggilnya seperti dulu.

***

Februari – 2009

Jongin berjalan perlahan. Menyusuri jalan malam dengan kepala tertunduk. Ia baru saja pulang dari tempatnya bekerja, sebuah toko hewan. Pikirannya terpenuhi oleh perkataan sang bos tempatnya bekerja. Bahwa ada seseorang tengah mencari-carinya.

Pasti lelaki tua itu. Simpul Jongin kemudian. Setelah audisi itu, lelaki tua tersebut pastilah mencarinya kemana-mana. Alamat yang ia tulis di formulir saat itu adalah alamat tempatnya bekerja.

Lelaki itu mendongak. Ia langsung mengernyit melihat Jimin, gadis yang dikenalnya sebagai kekasih Minwoo tengah berdiri gelisah tak jauh darinya. Pandangan Jongin langsung mengedar, mencari tahu.

Tak jauh di depan gadis itu, berdiri seorang lelaki tua dengan jubah besar yang siap membuka jubahnya. Jongin membelalak kaget. Ini keadaan gawat.

Dirinya langsung berlari tanpa banyak berfikir. Merengkuh Jimin agar bersembunyi di balik tubuhnya. Dan tak melihat tubuh telanjang lelaki tua mesum tersebut. dapat Jongin rasakan tubuh Jimin yang bergetar hebat ketakutan.

“Apa kau bodoh? Kenapa kau membiarkan lelaki itu untuk memperlihatkan padamu?” Bukannya kata penenangan, Jongin malah mengucap kata umpatan. Hanya itu yang bisa Jongin katakan, karena bersikap sok lembut bukan dirinya. Ia tak bisa melakukannya terlebih lagi untuk Jimin.

Perlahan, Jongin menoleh ke arah lelaki mesum berjubah tersebut. Ia melemparkan tatapan tajamnya. “Pergi atau ku patahkan pedang berhargamu itu.” Hanya satu kalimat saja. Namun berhasil membuat lelaki mesum tersebut lari ketakutan.

Jimin luruh. Gadis itu menangis terisak sambil berjongkok. Ia sangat ketakutan. “Untung saja aku datang. Jika tidak, miliknya yang kecil itu yang kau lihat. Aigooo… Padahal milik Minwoo pacarmu lebih besar.”

Isakan Jimin, perlahan berubah menjadi tawa kecil. Lalu semakin keras dan lantang. Tawa yang bercampur air mata. “Kau lebih mesum dari ahjussii tadi.” Ucapnya.

Jongin tersenyum tipis. Setidaknya  gadis itu sudah tak menangis lagi. “Rumahmu dimana? Aku akan mengantarmu pulang.”

Jimin beranjak. Lalu menggeleng cepat. “Aku sedang ada janji dengan seseorang. Jadi tidak usah.”

“Ya sudah kalau begitu.” Tanpa basa-basi lagi, Jongin mengiyakan. Lelaki itu hendak kembali melanjutkan perjalanannya.

“Jongin…” panggil Jimin pelan.

Wae?”

“Jangan ceritakan tentang ini pada Minwoo.”

“Yang mana? Tentang betapa kecilnya milik ahjussi tadi atau tentang kau menangis dengan ingus yang belepotan di sana sini?”

“Yaaa…” Jimin berteriak kesal dan memukul pundak Jongin pelan. Namun, gadis itu kembali tertawa.

“Aku pulang dulu. Kau hati-hati lah. Pukulanmu tadi bisa digunakan sebagai senjata.” Jongin melambaikan tangannya pelan. Lalu berjalan menjauh. Jimin memandang punggung itu dengan senyum lega.

“Hei, Jimin.” Gadis itu menoleh saat ada yang menepuk pundaknya pelan. “Apa ini? Kau habis menangis?” Gadis penepuk pundak tadi langsung berucap histeris melihat bekas air mata di wajah Jimin.

“Tadi ada lelaki mesum berjubah.” Jelasnya singkat.

Mwo?” Gadis itu melotot kaget. “Lalu… apa kau—“

“—tidak… Untungnya Jongin datang menolongku. Dia juga menghiburku tadi.”

“Jo—ngin?”

“Eum… Jongin.” Jimin mengangguk cepat. “Kim Jongin lelaki yang kau taksir itu, Jung Soojung.” Ucap Jimin cepat.

“Kau benar. Dia lelaki yang baik.”

***

2015 – Bali, Indonesia.

“Sudah merasa baikan?” Krystal bertanya pelan pada lelaki di sebelahnya. Jalur air matanya di pipi sudah mulai mengering. Tapi genggaman itu masih begitu erat.

“Sudah jika kau menghujaniku dengan ciuman.”

“Yaakkk…” Krystal langsung memukulnya pelan. “Dasar.”

Kai tersenyum manis melihatnya. Ia paling suka jika sudah menggoda gadisnya itu. Karena rona merah yang sekarang ini tercetak di kedua pipinya, adalah yang paling cantik dari semua yang dimilikinya.

“Jangan terlalu berat menghukum dirimu. Kau juga boleh bahagia.” Krystal melepas tautan tangan keduanya perlahan. Lalu kembali mengelus puncak kepalanya. “Kau pasti bisa memperbaikinya secara perlahan. Karena kau Kim Kai. Namja-ku yang paling keren, Kim Jongin.”

Kai tertawa pelan. Ia lalu menegakkan kepalanya. Menangkup wajah Krystal untuk memandang dan menghadap dirinya. “Keren mana dengan Oh Sehun?”

“Yaakk…” Gadis itu langsung saja menangkis tangan Kai yang bersarang di wajahnya. “Ini tidak lucu.”

“Oh… Ayolah… Kau tinggal menjawab Oh Sehun atau aku…” Kai mulai merajuk manja.

“Itu hanya settingan. Kau puas?” Ia berucap dengan nada ketus. Kai tersenyum menang.

“Hei, kau mau kemana?” Ia berteriak melihat gadisnya mulai beranjak pergi.

“Berenang.” Jawab Krystal cuek.

“Berenang?” gumam Kai sumringah. “Memakai bikini?”

Krystal langsung saja berbalik dan mendaratkan pukulan keras di kepala mesum lelaki tersebut. “Dasar mesum. Kau sedang memikirkan apa ha?”

Kai mengelus kepalanya yang malang. “Memangnya kau pikir aku mikir apa? Kan aku hanya bertanya.” Nadanya terdengar imut. Ia memanyunkan bibirnya lucu.

“Ish… Tidak usah sok imut. Mau ikut tidak?”

Raut wajahnya langsung berubah sumringah –kembali-. “Tentu saja…” jawabnya cepat.

“Jangan sampai kau topless. Pakai baju yang benar. Ku tunggu di kolam renang privat lantai atas.” Gadis itu memperingati. Lalu beranjak pergi.

Tangan Kai dengan cepat meraih pinggang gadisnya. Dan mendaratkan sebuah pelukan dari belakang untuk gadis itu.

“Syukurlah.” Gumamnya pelan dengan nada lega. Bukan karena ajakan berenangnya tadi lelaki itu seperti ini. Hanya saja, ia bersyukur. Gadis inilah yang ada di sampingnya selama ini.

“Syukurlah yeoja-ku adalah Jung Soojung.” Lanjutnya.

***

Ini pakai metode flashback yang juga flashback hahaha. Jadi mohon perhatikan tahunnya untuk lebih mengerti dan agar tidak bingung.
Terima kasih untuk apresiasi kalian semua ^^

Big love from kaiyang ❤

Continua a leggere

Ti piacerà anche

406K 49.4K 50
"Tipe gue nggak muluk-muluk kok, cukup kating FK aja." Ujaran Natha kala itu hanya sebatas candaan. Sampai di suatu pagi, ia bertemu dengan Jake-kaka...
497K 37.1K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
I'm Your Fan Da D

Fanfiction

387K 63.6K 56
[SEGERA TERBIT] Pencapaian besar seorang penggemar adalah bertemu dengan idolanya. _________________________________ Katanya ketika kamu mencintai s...
1K 122 30
[Buat anak IPS sini merapat, kita belajar bareng] ciaaelah kayak yang nulis udah pinter aja╥﹏╥ • • Di antara tiga puluh murid penghuni kelas kenapa j...