STORIES OF IMMORTALS [JOHNTEN]

By luinwonderland_

112K 13.4K 8.4K

[M/M] Kesibukan Johnny dan Ten sebagai orang tua dari dua vampir kembar berdarah murni dan dua vampir berdara... More

Desclaimer
Cast
Choco stealer (1)
Kalau salah, Minta maaf. Kalau nakal, Jangan diulangi (2)
Lunch (3)
Mau Main (4)
No Sweet Jellies (5)
Video Call (6)
Breakfast (7)
Pergi Work ke Office! [8]
Daddy's Office [9]
Accident [10]
Lapar Sekali [11]
When Papa Came Home at Night [12]
Pagi bersama Papa [13]
Anxiety [14]
Cerewet Sekali [15]
✨Bonus Chapter - [Call Me Gege]✨
Galau [16]
Bonus - Twin's Pillow Talk
Dance Dance Baby (17)
Rewel [18]
Sakit [19]
Demam [20]
Morning Picnic (21)
Spinning (22)
Teman (23)
Quality Time (24)
Naughty Boys (25)
Broken Leg (26)
A Good News (27)
Anger (28)
Deyyi The Stonyyes Onsteyy (29)
Baby Moon (30)
Bertengkar (31)
✨Special Chapter - Baba Lucas✨
Cooks for Dinner (32)
✨Special Chapter - Surprise, Papa!!✨
✨Special Chapter - Surprise, Papa!! pt. 2✨
Being Honest (33)
Babies First Purchase (34)
Satu Cukup!! (35)
(36) Penjelasan untuk Haechan
(37) Makan!!!
Pillow Talk (38)
Monster Baik (39)
Kids (40)
Kids pt 2 (41)
Membujuk Haechan (42)
Main sore (43)
Tambang Berlian (44)
Kun's Chingu (45)
Missions (46)
Memulai Misi (47)
Kekuatan Emen!! (48)
Cup Ramyeon (49)
Jae's Sepupu (50)
Belum Pulang (51)
Dokkaebi di Sungai (52)
Tteokbeokkie Pedas (53)
Sepupu Manusia (54)
✨Special chapter - Surprise, Papa!! pt. 3✨
✨Bonus - When Pabbi Goes to Work✨
Communication (55)
Teka-teki Tutang (56)
Mark Hyung's broke his promise (57)
Kembalian (58)
I'm grateful for you, Twins (59)
Kalau Injun Menikah (60)
Bicara dengan Mark (61)
Welcome, our new family!! (62)
Lobster, Crabs, Coffe, Cookies (63)
Eat, Eat, Eat (64)
Daddy, I wanna thwow up!! (65)
Couple Fight (66)
New Friend (68)

Kekanakan (67)

1K 146 86
By luinwonderland_

Kalau lagi bisa update dan semangat nulis tuh rasanya pengen update terus. Soalnya kalau lagi ga bisa, lama bgt ga update 🥲

✨Jangan lupa vote dan comment✨

***

"Selamat pagi, Junjun...." Sapa Jungwoo pada putra sulungnya yang wajahnya pagi ini muncul saat Jungwoo membuka mata. Sepertinya Dejun masuk ke kamar utama beberapa saat lalu.

"Pagi, Pabbi..." Bisik Dejun dengan mata masih separuh terpejam dan rambut berantakan.

"Junjun Gege bangunnya pagi sekali?" Jungwoo perlahan duduk dan kemudian merentangkan tangannya sebelum Dejun dengan senyum mengembang melemparkan dirinya ke dalam pelukan Jungwoo.

"Aigoo... Bayinya Pabbi..." Bisik Jungwoo, memejamkan matanya dan menikmati pelukan putra sulungnya pagi ini.

"Baba bobo?" Bisik Dejun, masih dipeluk Jungwoo dengan erat.

"Iya, Baba masih bobo. Biarkan saya, ya? Baba semalam tidurnya malam sekali menunggu Pabbi pulang." Bisik Jungwoo. Semalam memang Jungwoo kebagian shift malam di rumah sakit.

"Iyah..." Dejun hanya tersenyum dan semakin erat memeluk Jungwoo.

"Iiih... Kok pagi-pagi sudah pelukan tapi Baba tidak diajak?"

Dejun menoleh kembali ke arah Lucas, masih sembari memeluk Jungwoo dan memperhatikan Babanya itu kini duduk dan mendekat pada Dejun dan Jungwoo.

"Baba juga mau ikuuuut..." Rengek Lucas, menempelkan dagunya yang kasar karena belum bercukur ke pipi Dejun.

"Aaaaaaaak!!! Babaaaaa!!!" Jerit Dejun yang langsung berusaha mendorong wajah Lucas dari dirinya.

"Kenapa siiih? Kan geli-geliiii..." Lucas kembali mengusakkan dagunya yang penuh dengan rambut jenggot yang baru tumbuh ke pipi Dejun.

"Lucas... Babe.. Sudah, ah! Jangan kekanakan!!" Jungwoo menarik Dejun semakin erat ke dalam pelukannya dan memunggungi Lucas.

"Kok begitu??? Baba kan cuma mau cium Xiaojun Gege. Pabbi juga cium Gege dari tadi tidak apa-apa." Protes Lucas. Jungwoo juga belum bercukur, tapi sejak tadi tidak apa-apa jika menciumi Dejun.

"Pabbi...." Dejun merengek pada Jungwoo dan menenggelamkan wajahnya di dada Jungwoo dengan kedua tangan mencemgkram erat lengan baju Pabbinya. Jungwoo tidak pernah sengaja mengusak-ngusakkan janggut kasarnya dengan sengaja pada Dejun seperti yang dilakukan Lucas pada putra mereka. Tentu saja Dejun tidak pernah keberatan kalau Jungwoo menciuminya pagi-pagi.

"Sudah lah, Cas. Jangan kekanakan begitu." Omel Jungwoo saat Lucas tetap berusaha mencium Dejun kembali. Dejun mendongakkan kepalanya dan menatap Jungwoo dengan dahi berkerut saat mendengar Jungwoo menyebut Lucas kekanakan.

"Sudah, yuk. Pabbi dan Gege keluar kamar saja." Ajak Jungwoo yang perlahan berdiri dan menggendong Dejun.

***

"Kyahahahaha.. Kyahahahahahahahaha..." Yangyang tertawa terbahak-bahak saat Lucas mengangkat sendok berisi darah segar tinggi-tinggi sebelum kemudian dibawa menukik ke atah mulut Yangyang.

"Aaaaaaaaaaaaam..." Lucas melewatkan sendok di tangannya melalui belakang kepala Yangyang dan masuk ke dalam mulutnya sendiri.

"Hmmm..." Lucas memejamkan matanya dan menggeleng-gelengkan kepala. Sementara Yangyang kembali tertawa terbahak-bahak dan mengangkat sippy cupnya tinggi-tinggi.

Jungwoo hanya bisa menghela nafasnya melihat kelakuan Lucas pagi ini. Tepatnya beberapa hari belakangan ini.

Orang mungkin mengira Lucas sedang menyuapi Yangyang, namun sebenarnya Lucas hanya bermain-main dengan sarapannya sendiri. Yangyang selalu minum dari sippy cupnya di rumah, begitu juga dengan Dejun. Namun Lucas beberapa hari ini bilang ia ingin mencoba menyuapi Yangyang dengan sendok, karena iri melihat Johnny yang menyuapi Kun. Meski pada akhirnya Lucas yang minum darah seperti makan sup.

"Cas.. Sudah, ah. Berhenti buat mainan, darahnya. Kau ini kekanakan sekali." Omel Jungwoo.

Dejun melirik ke arah Jungwoo saat mendengar lagi-lagi sebutan kekanakan diberikan Jungwoo untuk Babanya.

"Sudah!! Kau ini! Kapan sih berhenti jadi kekanakan begini!!" Omel Jungwoo, akhirnya berdiri dan mengangkat mangkuk beserta sendok milik Lucas.

"Yaaaaaaaaaah...." Yangyang ikut protes saat Jungwoo membereskan alat makan milik Babanya di meja.

"Yaaaaah Pabbi... Kan menyenangkan. Didi juga menikmatinya loh." Keluh Lucas. Padahal ia dan Yangyang sedang bersenang-senang.

"Minum darah yang benar. Jangan bersikap kekanakan begitu dan main-main dengan darah. Nanti anak-anak meniru." Omel Jungwoo, meletakkan segelas darah baru di hadapan Lucas.

"Huh. Pabbi tidak seru. Tidak seru ya, Didi?" Gerutu Lucas. Yangyang langsung menganggukkan kepalanya.

"Tiyda seyyu!!" Seru Yangyang, mengikuti Lucas. Jungwoo hanya mendengus pelan dan kembali minum darahnya.

"Haaaaaah kenapa aku dulu mau mating denganmu yang kekanakan begini, ya?" Bisik Jungwoo dengan lirih. Dejun yang dapat mendengar keluhan Jungwoo langsung menoleh ke arah Pabbinya dan mengernyitkan dahi. Lalu menatap Babanya yang kini sedang lomba minum darah bersama Yangyang.

Ada satu hal yang baru Dejun sadari pagi tadi, dan itu membuat Dejun sangat bingung.

***

"Nanti malam ada pesta penyambutan sepupu Jaehyun." Ujar Jungwoo, sembari membawa sekeranjang handuk kering ke hadapan Lucas yang kini sedang melipat baju di depan televisi.

"Oiya? Yang di grup semalam itu, ya? Siapa nama mereka? Aku lupa." Tanya Lucas, matanya fokus pada kartun yang sedang ia tonton bersama Yangyang dan Dejun sementara tangannya sibuk melipat baju.

"Sion dan Yushi." Jawab Jungwoo.

"Gege dan Didi mandi dulu yuk? Mau siapa dulu yang mandi?" Tanya Jungwoo pada kedua putranya yang masih sibuk menonton kartun. Yangyang sejak tadi fokus menonton kartun sementara Dejun menonton kartun sembari membantu Lucas melipat kaus kaki.

"Baba." Lucas mengangkat tangannya sembari tersenyum, membuat Jungwoo mendengus kesal.

"Berhentilah bersikap kekanakan..." Mohon Jungwoo yang hanya dibalas tawa oleh Lucas.

"Ayo!! Didi mandi dulu, yuk!!" Ajak Jungwoo. Yangyang langsung menggelengkan kepalanya dan menunjuk layar televisi. Yangyang masih ingin menonton.

"Gege mandi dulu dengan Pabbi, yuk?" Ajak Jungwoo pada Dejun yang kini menoleh dan terlihat menimbang-nimbang tawaran Jungwoo.

"Nanti, mandi dengan Baba saja semua." Ujar Lucas, masih menonton kartun sambil melipat baju.

"Baba jemur baju saja. Itu Pabbi sudah cuci bajunya. Gege dan Didi biar Pabbi saja yang mandikan. Kalau dengan Baba tidak selesai-selesai mandinya. Malah main air." Tolak Jungwoo. Lucas kembali tertawa mendengar omelan Jungwoo.

"Ayo, Gege mandi duluan. Nanti gantian dengan Didi." Ajak Jungwoo kembali. Dejun langsung menurut setelah melipat kaus kaki terakhirnya dan berdiri, mengikuti Jungwoo ke kamar mandi.

"Gege mandi duluan ya, sama Pabbi." Ujar Jungwoo, membawa Dejun ke kamar mandi dan berjongkok untuk melepas baju Dejun.

"Pabbi..." Panggil Dejun, sembari berpegangan pada Jungwoo saat Pabbinya itu membantu Dejun melepas celana.

"Hmm? Kenapa, sayang?" Tanya Jungwoo, masih sibuk melepas celana dan popok Dejun.

"Pabbi, apa itu kenanakan?" Tanya Dejun dengan serius.

Jungwoo mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan Dejun.
"Maksud Gege kekanakan?" Tanya Jungwoo, memastikan.

"Iyah. Apa itu keㅡkekananakan, Pabbi?" Dejun mengulang pertanyaannya kembali.

"Hmmm kekanakan itu, artinya bertingkah seperti anak-anak." Jelas Jungwoo sembari tersenyum dan kemudian membuang popok Dejun ke dalam tempat sampah.

Jungwoo terus tersenyum melihat Dejun tampak mengernyitkan dahinya dan memikirkan sesuatu. Bahkan Dejun sepertinya tidak menyadari saat Jungwoo menarik Dejun mendekat ke bathtube.

"Gege, Pabbi siram air ya?" Tanya Jungwoo, menyalakan shower dan membasahi kaki Dejun terlebih dahulu.

"Pabbi... Junjun itu anak-anak, ya?" Tanya Dejun, satu tangannya mencengkram tangan Jungwoo saat Pabbinya itu dengan perlahan menyiram tubuh Dejun dengan air dingin dari shower.

"Iya, Junjun itu masih kecil, jadi Junjun itu anak-anak." Jawab Jungwoo.

"Kalau Pabbi?" Tanya Dejun kembali.

"Pabbi itu sudah besar. Pabbi itu sudah dewasa." Jungwoo kali ini menyiram kepala Dejun yang langsung memejamkan matanya.

"PabㅡPabbi dewasa? Ampiyy dewasa sepeti Taeminnie Hyung?" Tanya Dejun, megusap-usap wajahnya yang basah dengan kedua tangan.

"Hahahahaha Taemin Hyung juga masih anak-anak. Yang vampir dewasa ya seperti Pabbi, Baba, yang sudah besaaar sekali." Jelas Jungwoo yang langsung tertawa saat teringat dengan Taemin.

"Tapi Pabbi... " Dejun tiba-tiba mengernyitkan dahinya dan menatap Jungwoo yang kini sedang menuangkan sabun ke tangan.

"Apa itu atinya kalau ampiyy dewasa biyyang ke ampiyy dewasa lain, kalau ampiyy dewasa lain itu sepeti anak-anak? Tapi kan itu ampiyy dewasa, apa atinya ampiyy dewasa itu masih anak-anak? Tapi sudah besaaaayyy..." Tanya Dejun dengan kerutan yang dalam di dahinya.

Jungwoo ikut mengernyitkan dahinya dan berusaha mencerna pertanyaan Dejun.

"Maksud Gege bagaimana? Coba jelaskan lagi pada Pabbi pelan-pelan." Tanya Jungwoo kembali, mulai menyabuni tubuh Dejun yang kini menarik nafas panjang. Mungkin bersiap menghujani Jungwoo dengan pertanyaan.

"Pabbi suka sekali biyyang sama Baba, kalau Baba itu kenanakan. Kata Pabbi itu attinya sepeti anak-anak?" Pertanyaan Dejun langsung membuat Jungwoo hampir saja tertawa terbahak-bahak.

"Apa Babanya Junjun itu anak-anak, Pabbi? Tapi kata Pabbi, Pabbi dan Baba itu ampiyy dewasa. Kenapa Pabbi biyyang Baba itu anak-anak?"

"Hahahahahhahahahaha...." Jungwoo tidak bisa lagi menahan tawanya dan berhenti menyabuni Dejun.

"Hahahaha itu cuma bercanda, sayang. Pabbi bilang itu pada Baba cuma untuk bercanda." Jungwoo dengan gemas mencubit pelan pipi Dejun yang masih menatapnya dengan raut wajah serius dan dahi berkerut. Sepertinya Dejun masih memikirkan sesuatu.

"Hhmm... Memang ya, Baba tetawa kalau dibiyyang kenanakan." Dejun menghela nafasnya dan sepertinya sedang berfikir keras.

"Babanya Junjun beayyti bukan anak-anak, ya Pabbi?" Tanya Dejun kembali.

"Iya, bukan. Baba dan Pabbinya Junjun itu vampir dewasa. Pabbi, sering bilang kalau Baba kekanakkan itu, maksudnya Baba bertingkah seperti anak-anak. Mirip anak-anak, bukan Baba itu anak-anak. Junjun mengerti?" Jungwoo terus tersenyum dan menahan tawanya saat Dejun menganggukkan kepala. Jungwoo tidak menyangka, dirinya yang sering mengeluhkan sikap kekanakkan Lucas membuat putra sulung mereka kebingungan.

"Tapi Pabbi..." Panggil Dejun kembali.

"Pabbi jangan becanda sepeti itu lagi, ya pada Baba?" Bisik Dejun.

"Tidak boleh bilang kalau Baba kekanakan lagi?" Tanya Jungwoo dengan heran.

"Iya, Pabbi..." Jawab Dejun sembari mengaggukkan kepalanya.

"Baba itu sudah besayy sekali dan dewasa. Baba itu lebih besayy dayi Pabbi. Jadi, Pabbi tidak boleh biyyang begitu lagi ya, pada Baba." Dejun mulai menasihati Jungwoo yang tentu saja berusaha mati-matian menahan tawanya. Sepertinya Dejun belum sepenuhnya mengerti dan salah mengartikan penjelasan Jungwoo.

"Kalau becanda.. Tida boyyeh buat teman sakit hati. Baba itu sudah dewasa bukan anak-anak, nati sakit hati kalau Pabbi biyyang begitu." Lanjut Dejun.

"Baba itu bukan anak-anak, Pabbi. Sudah cukup ya, becandanya?"

"Iyaaaa.. Iya... Lain kali Pabbi akan lebih berhati-hati, ya?" Jawab Jungwoo yang kini sejujurnya ingin sekali tertawa terbahak-bahak.

***

"PAPIIIIIIIIII!! BANTU INJUUUUN!!!"

"Astagaaaa.. Apa lagi, sih?" Keluh Yuta, menghampiri Renjun yang terlihat sudah rapi dengan tas rubah yang sering ia bawa kemana-mana dan topi lebar yang sudah bertengger di kepala.

"Injun mau main. Papi bantu keluwakan pepeda Injun." Perintah Renjun yang kini menunjuk ke arah garasi.

Yuta dengan sebal menurut pada Renjun dan berjalan ke garasi untuk membantu Renjun mengeluarkan sepedanya.

"Injun pagi-pagi mau kemana?" Tanya Yuta, melihat putranya sudah siap untuk main lebih pagi daripada biasanya. Shotaro saja bahkan baru sarapan bersama Winwin. Sementara Renjun pagi tadi mandi lebih awal dan sarapan lebih awal sebelum Shotaro bangun.

"Mau main sama Nana, sama Nono. Hayyi ini minggu, Papi. Nono tiyda sekolah." Jelas Renjun. Yuta langsung mendengus pelan. Pantas saja saat bangun pagi tadi Renjun berteriak senang saat Winwin memberitahunya kalau ini hari minggu.

"Nana dan Nono pasti belum mandi. Injun kepagian." Yuta menarik sepeda roda empat Renjun dan kemudian kembali mendengus kesal.

"Apapa... Injun yyemani Nana mandi." Jawab Renjun dengan cuek.

"Injun ke rumah Nana jalan kaki saja, ya? Sepeda Injun papi benarkan dulu." Ujar Yuta, menggoyang-goyangkan sepeda Renjun yang sepertinya roda kecilnya rusak. Sepeda Renjun tidak bisa berdiri tegak dan lebih miring ke salah satu sisi jika digunakan.

"Apapa... Injun mau pepedaan dan besatai di sungai." Jawab Renjun.

"Bonceng Nono saja." Ujar Yuta, kini berjongkok dan memeriksa sepeda Renjun.

"Belum berangkat ke rumah Nana?" Tanya Winwin, yang tiba-tiba muncul sembari menggendong Shotaro.

"Sepeda Injun rusak lagi, sepertinya." Ujar Yuta, masih memeriksa sepeda Renjun.

"Hhoooaaamm.. Yyuttak!!" Seru Shotaro sembari menguap, lalu menyandarkan kepalanya pada dada Winwin.

"Itu rusak lagi kemarin waktu bantu beli belanjaan Ten." Jelas Winwin. Heran kenapa Yuta baru sadar kalau sepeda Renjun rusak pagi ini.

"Tapi masih bisa dipakai kok. Tidak apa-apa... Biarkan saja." Winwin menepuk-nepuk punggung Shotaro yang kembali menguap dan terus menatap Renjun dan sepedanya.

"Tida apa-apa Papi..." Ujar Renjun.

"Tapi sepedanya tidak bisa seimbang. Nanti kalau Injun jatuh bagaimana?" Tanya Yuta, dengan khawatir.

"Kalau jatuh, ya sakit." Jawab Renjun dengan cuek. Winwin hanya tertawa pelan mendengar jawaban putra sulungnya. Renjun sering sekali pulang bersepeda dengan baju kotor dan bagian sepeda yang rusak. Jadi sudah pasti Renjun sudah sering jatuh, Winwin sudah tidak terkejut kalau putra sulungnya itu kembali dengan sepeda yang rusak.

"Betul. Kalau jatuh, ya sakit. Lalu sembuh. Kan Injun vampir." Ujar Winwin. Renjun langsung menganggukkan kepalanya.

"Dengayy itu, Papi. Injun itu ampiyy. Tenang saja tida peyyu awatiyy." Ujar Renjun dengan yakin.

Yuta menghela nafasnya dan kembali berdiri.

"Sudah, tidak apa-apa. Nanti malah Injun jadi cepat bisa sepeda roda duanya." Winwin mencoba meyakinkan Yuta yang akhirnya mendorong sepeda Renjun keluar garasi.

"Kalau jatuh jangan menangis dan cari Papi, loh." Yuta menghela nafasnya, melihat Renjun dengan cepat naik ke atas sepeda dan membuat sepedanya oleng ke kanan.

"Dadah Papiiiii!!!" Renjun mulai mengayuh sepedanya dan mengabaikan perkataan Yuta.

"Hahahaha Injun itu sudah sering jatuh, tapi tidak pernah menangis. Tenang saja." Winwin menepuk bahu Yuta yang hanya mendengus pelan.

***

Renjun terus mengayuh sepedanya yang beberapa kali oleng ke kanan, lalu oleng ke kiri sembari tertawa senang. Hari ini ia akan ke rumah Jaemin terlebih dahulu, lalu ke rumah Jeno dan kemudian ke sungai untuk bermain dan bersantai bersama. Renjun juga sudah bawa banyak darah kemasan, juga permen dan jelly di dalam tasnya.

Renjun menyipitkan matanya dan mengernyitkan dahi saat dari kejauhan ia dapat melihat seseorang duduk di ayunan yang ada di taman depan rumah Jaemin.

Renjun mengayuh sepedanya lebih cepat ke arah taman, tidak jadi ke rumah Jaemin. Ada seseorang yang belum pernah Renjun lihat sebelumnya.

"Kamu siyapah?" Tanya Renjun, turun dari sepedanya dan berjalan menghampiri seorang laki-laki yang duduk di ayunan sendirian, mengenakan hoodie berwarna hijau dan terlihat menangis.

Renjun hanya berdiri dan terus mengamati laki-laki di hadapannya yang ternyata juga vampir. Renjun tahu, karena baunya tidak seperti makanan untuk Renjun.

"Hai..." Vampir yang baru pernah dilihat Renjun itu tampak menghapus air matanya dengan terburu-buru dan menyapa Renjun.

"Kamu siyapah?" Tanya Renjun, perlahan berjalan menghampiri vampir laki-laki itu dan bertanya.

"Nama Oniiㅡeh, nama Hyung, Yushi." Bisik Yushi yang tertawa pelan sembari menatap Renjun yang terlihat penasaran padanya.

"Oh, Hai Uchi. Aku Naamoto Injun." Renjun mengulurkan tangannya dan mengajak Yushi berkenalan.

"Oh??!! Nakamoto Renjun?!!" Teriak Yushi dengan senang. Teringat dengan percakapan di ruang obrolan para penghuni perumahan yang sempat membicarakan keluarga Nakamoto. Yushi sangat ingin bertemu dengan para Nakamoto, terutama Nakamoto Yuta yang selalu jadi idolanya.

"Iyah." Jawab Renjun, terus menatap Yushi dengan bingung saat Yushi memegang tangannya dengan ekspresi yang terlihat sangat senang. Padahal beberapa saat lalu, Yushi menangis.

"Renjun-chan, anaknya Nakamoto Yuta kan?" Tanya Yushi yang masih memegang tangan Renjun.

"Iyah. Utta Papi Injun." Jelas Renjun, masih bingung. Bagaimana bisa vampir dihadapannya ini tahu tentang Papinya?

"Waaaaaaaaaaah.. Betulan!! Renjun-chan menggemaskan sekali!!!" Yushi membelalakkan matanya dan terus menatap Renjun dengan kagum. Renjun tersenyum lebar saat dipuji menggemaskan.

"Dede, ya? Uchi ada Dede?" Tanya Renjun, menunjuk perut Yushi. Energi Yushi terasa seperti Winwin saat hamil Shotaro dulu. Renjun ingat, karena Renjun senang sekali ada Shotaro di perut Babanya.

Yushi tersenyum kecut dan menganggukkan kepalanya.

"Iya." Jawab Yushi lemas.

"Renjun-chan mau pegang?" Tanya Yushi, duduk lebih ke pinggir dan menyentuh perutnya sendiri. Renjun langsung menganggukkan kepalanya dan memegang perut Yushi.

"Hai, Dede..." Sapa Renjun, tangannya kini membelai perut Yushi.

"Adik bayinya ada dua. Kembar." Bisik Yushi. Renjun membelalakkan matanya dan menatap Yushi dengan senang.

"Sepeti Nana dan Deyyi, yah? Nana dan Deyyi, kembay." Cerita Renjun.

"Nana dan Deyi?" Tanya Yushi dengan bingung.

"Ooooh.. Anak-anaknya tuan tanah, ya? Nana dan Deyi itu teman Renjun-chan?" Yushi tersenyum melihat Renjun menganggukkan kepalanya.

"Uchi napa menangis? Sakit?" Tiba-tiba Renjun mengalihkan pembicaraan saat teringat tadi Yushi tampaknya menangis sendirian.

Yushi terdiam dan hanya bisa tersenyum.

"Kalau sakit, ada Om Eyyun, sama Papinya Injun. Pintayy sekali meyyeka obati sakit." Jelas Renjun, khawatir kalau Yushi sakit.

Yushi menggelengkan kepalanya dan tertawa pelan.

"Oniichan tidak sakit, hanya sedih. Oniichan rindu dengan teman-teman Oniichan. Dengan Papi dan Otousan juga." Bisik Yushi, semakin terlihat murung.

"Teman, Papi dan Otousan Uchi mana?" Tanya Renjun kembali, terlihat bingung.

"Hahahaha di rumah. Rumah Oniichan jauh sekali harus naik pesawat. Oniichan baru ke sini kemarin. Mau tinggal di sini," Jelas Yushi.

"Pulang saja. Tidak usah sini." Ujar Renjun. Yushi hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Oniichan harus tinggal disini. Soalnya ada adik-adik bayi." Yushi kembali terlihat murung dan membelai perutnya.

Renjun menatap Yushi dengan iba dan kembali mendekat pada Yushi.

"Uchi gada teman, boleh teman Injun, Nana, Junjun, Deyyi. Ada banyaaaak teman sini." Tawar Renjun. Mungkin ia bisa jadi teman Yushi agar Yushi tidak sedih lagi.

"Eh? Boleh??" Yushi tertawa mendengar tawaran Renjun. Meski bukan teman yang Yushi harapkan, namun tawaran Renjun cukup menghibur Yushi.

"Iyah." Ujar Renjun yang langsung melepas ranselnya dan merogoh kantung bagian depan.

"Nih, buat Uchi. Teman yah? Nanti main sama Injun dan teman-teman Injun." Renjun menyodorkan satu buah lolipop darah pada Yushi.

"Apapa. Itu bisa. Papi Injun buat itu." Renjun kembali menyodorkan lolipop di tangannya saat Yushi tampak ragu.

"Terimakasih." Bisik Yushi, dengan senang menerima lolipop dari Renjun lalu membuka plastiknya dan segera memasukkannya ke mulut.

"Hhm!!!!" Yushi membelalakkan matanya merasakan rasa darah yang terasa lebih sedikit manis. Padahal tadi Yushi sudah berniat akan pura-pura makan dan muntah saat kembali ke rumah Jaehyun, atau saat Renjun pergi. Ternyata permen yang diberikan Renjun betulan bisa dimakan vampir.

"Enak?" Tanya Renjun, kembali merogoh tasnya dan mengeluarkan lolipop lain.

"Enak!! Terimakasih Renjun-chan!!!" Seru Yushi dengan senang. Perasaannya jauh lebih baik setelah mengobrol dan makan permen pemberian Renjun.

"Renjun-chan baik dan manis sekali.. Semoga saja anaknya Oniichan mirip seperti Renjun-chan, ya?" Ujar Yushi, kembali tertawa saat Renjun menyodorkan satu buah lolipop lagi pada dirinya.

"Tolong buka, ya Uchi..." Pinta Renjun. Yushi menganggukkan kepalanya dan dengan cepat membuka bungkus lolipop Renjun.

"Teyyimakasih." Ujar Renjun, kini naik ke ayunan di samping ayunan Yushi dan makan lolipopnya.

"Nati, adik bayi Uchi miyyip Injun ya? Tampan dan gemas." Ujar Renjun, tersenyum manis pada Yushi yang lagi-lagi mengangguk dengan cepat.

"Renjun-chan tidak mau panggil Onii-chan? Yushi Oniichan lebih besar loh dari Renjun-Chan." Tanya Yushi. Sejak tadi Renjun terus memanggilnya dengan nama, padahal Yushi menyebut dirinya Onii-chan dan hanya bilang namanya di awal perkenalannya dengan Injun.

"Engga Uchi... Uchi teman Injun. Uchi saja, tidak Oniichan." Jawab Renjun. Yushi hanya tertawa dan menganggukkan kepalanya.

"Hahahaha oke. Panggil Yushi saja tidak apa-apa. Kan sekarang kita teman, ya?" Yushi.

***

Btw, kalian udah baca perkenalan Sion+Yushi dan (sebagian) dari para vampir di tele kan?

Ada yang gabisa baca di tele?

Continue Reading

You'll Also Like

103K 7.9K 29
renjun merasa hubungan ini sudah tidak dapat di teruskan dengan jaehyun yang terus terusan membohonginya Start:24 March 2021 End:20 July 2021
188K 27.8K 69
⚠️🅱️❌🅱️⚠️ ‼️Don't Like Don't Read‼️ Kisah dua anggota boygrup papan atas yang ternyata menjalin kasih secara diam-diam, menyembunyikannya dari para...
13.8K 1.3K 8
Judul : Ketika Aku Memilih Pergi [Yizhan] Genre : Sad, Angst, M-Preg Status : END 'Tidak ada yang bisa memisahkan kita, kecuali Tuhan. Aku akan...
23.4K 1.4K 18
Main Cast! Seo Johnny Mark Lee Jung Jaehyun Lee Haechan Kim Doyoung Theme Song! ZAC EFRON & ZENDAYA - Rewrite The Star Tahun pertama adalah tahun ya...