7 SERANGKAI | NCT Dream

By REVANLEE13

111K 12.5K 1.7K

[FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA] Berawal dari luka, rasa sakit, hancur, dan keputus asaan. Semua harapan hidup... More

𝙋𝙧𝙤𝙡𝙤𝙜
𝟏. 𝐇𝐮𝐫𝐭
𝙏𝙝𝙚𝙞𝙧 𝙉𝙖𝙢𝙚𝙨 ⅐
2. A Problem
3. Javas Day
4. Hopeless
5. We Meet
6. Lucky
7. Us and Them
8. BFF
9. My Life
10. Iqbal Day
11. New Student
12. A Letter
13. Jakarta City
14. Cleon Day
15. Are You My Friend?
16. Iqbal and Jelano
17. Javas and Cleon
18. Disappointed
19. Confusion
20. Jelano Day
21. Fail
22. Dream With Mom
23. Challenge
24. Choose and Chosen
25. Truth Or A Lie
26. Who's He
27. A Dream
28. Gara-gara Lele
29. Apa Benar Dia?
30. Tidak Enak
31. Akankah?
32. The Seven
33. Tangguhlah!
34. What's Wrong With You?
35. Play With Me!
36. Sekolah Yang Sama
37. We Are
38. It's Me
39. Deep Sad
40. Tidak Sampai Di Sini Saja
41. Nasib Lintang
42. Mengusik
43. Love Wins All
44. Grup Mencari Surga
45. Rencana
46. Will You Hear Me?
47. Raka : A day In My Life
49. Kita Keluarga Kan?
50. I Can Only Be Silent

48. Keluarga

869 87 20
By REVANLEE13

Hallo teman-teman, untuk Chapter ini aku pengen kalian komen meski itu cuma 1x. Walau aku udah cukup seneng ada yang vote. Tapi, aku juga pengen kalian bantu ramaikan cerita ini. Terimakasih udah mampir ya😊

Meskipun kau mungkin tidak selalu mendapatkan makna sesungguhnya tentang apa itu keluarga di rumahmu, kau masih bisa menemukannya dari orang-orang yang telah kau anggap sebagai teman. Ruang yang sering menjadi sumber dukungan, kehangatan, dan kedekatan. Ruang untuk berbagi sukacita, kesedihan, perlindungan, dan pengertian.

7 Serangkai

.

.

.

"Sekarang apa?" tanya Manuel.

"Duduk. Ngapain lagi?" jawab Lintang.

Seperti anak sekolahan pada umumnya, ketujuh remaja itu hanya termenung satu sama lain di depan perpustakaan.

Meski begitu, mereka nampak saling adu lirik, menatap ngalangin wajah-wajah itu secara bergilir. Entah apa yang sedang mereka pikirkan. Terkadang, mereka juga bingung mau berbicara apa, karena memang sedang tidak punya topik untuk dibicarakan. Cleon melirik dengan mata penuh dendam, Javas berserta sikap tenangnya, Iqbal dan mata teduhnya, Manuel yang juga terlanjur jengkel setengah mati oleh tingkah ajaib adik kelasnya itu. Terakhir, ada Jelano dan Raka yang duduknya saling jaga jarak.

Hingga jam istirahat pun usai. Mereka kemudian masuk ke dalam kelas masing-masing.

***

Bahkan ketika sedang istirahat berikutnya, mereka masih asyik betah berdiam diri. Lagi-lagi mereka duduk di meja yang sama, di kantin. Karena bosan, tentu mau tidak mau Lintang membuka suara. Memang pada dasarnya Lintang itu anak yang sukar untuk diam.

"Ngomong apa gitu kek. Diem-diem mulu dari tadi. Gak ada gunanya ini circle. Seneng kaga susah iya."

"Gue ngantuk Lin. Entar aja," ucap Manuel dengan kepala masih di meja. Sejak tadi pagi dia benar-benar tidak ada kerjaan lain selain tidur.

"Dasar kebo." Lintang lantas memukul kepala itu dengan bungkus chiki.

"Lo makan apa?"

"Gue?" tanya Jelano pada Raka.

"Bukan, Kakek lo. Ya elu lah!"

Sudah terhitung berapa kali Raka membentak Jelano, membuat Jelano merasa lelah sendiri dibuatnya. Semua yang dilakukan Jelano nampak salah di mata Raka. Harus seperti apalagi Jelano bersikap, Jelano bingung jadinya.

Dengan enggan Jelano menjawab, "Gak punya mata lo? Gue makan soto."

"Tukeran."

Kedua mata Jelano melotot. "Dih ogah. Gue lagi gak pengen makan nasgor."

Mendengar penolakan dari Jelano, bukannya menyerah Raka malah mendorong piringnya menjauh dan menyeret mangkuk Jelano ke arahnya. Bermaksud menukar makanan miliknya pada Jelano. Tentu Jelano ingin protes. Tapi dari pada ribut lagi, Jelano kembali mengalah. Meski sedikit tidak ikhlas rasanya.

Javas yang mendengar ocehan itu sedikit iba pada Jelano. Pasalnya Jelano terlihat sangat menyedihkan, ditambah lagi sorot mata Jelano menatap tak doyan pada nasi goreng milik Raka.

"Udah Kak. Jangan nangis. Sama-sama enak kok."

Mungkin anak itu sudah tertular virus menyebalkan milik sahabatnya, Cleon. Sehingga Javas menjadi anak yang suka memancing emosi orang. Tapi masalahnya, mengapa anak itu lebih mendukung Raka dibandingkan dengan dirinya?!

Sebenarnya Javas mencoba menghibur Jelano. Hanya saja cara penyampaiannya yang salah. Javas berujung dimarahi, lagi.

"Nangis mata lo!" bentak Jelano. Setelah itu pemuda tampan itu mengeluhkan perbuatan Raka barusan pada Iqbal. Berusaha menarik perhatian dan simpati dari Iqbal.

"Iqbal! Raka noh~"

"Udah gak papa No. Tuh ada telor ceploknya, timunnya juga. Enak banget!" bujuk Iqbal. Iqbal lantas mencicipi nasi goreng milik Jelano.

"Ummm, enak. Nih cobain nasi uduk gue juga."

"Mau."

Brak!!

Cleon memukul meja. Bukan, bukan karena jengah melihat rekan-rekannya itu saling bertengkar. Melainkan dia memiliki sebuah ide yang cemerlang. Tentu saja Cleon yakin bahwa mereka semua akan menyukai idenya.

Cleon tau betapa membosankannya geng mereka ini karena memang tidak ada yang bisa dilakukan selain berteriak, memaki, memukul, dan adegan penyiksaan lainnya. Jujur, Cleon sedikit bersalah dengan membentuk geng tidak jelas ini. Oleh karena itu, biarlah Cleon menebus segala dosanya.

"Guys!" panggil Cleon. Spontan, semuanya menoleh ke sumber suara.

"Bukannya bentar lagi ada libur ya? Abis UTS."

"Iya, kenapa emang?" balas Lintang.

"Gue mau ajak kalian liburan!"

"Hah? Yang bener aja lo?"

Cleon menjawab pertanyaan Raka dengan sebuah anggukan.

"Emangnya lo mau ajak kita liburan kemana?" lontar Jelano penasaran. Sedikit tertarik dengan tawaran Cleon. Mengingat Jelano belum pernah merasakan apa itu yang namanya liburan. Bukan bermaksud norak atau apa. Jelano pernah, tapi itu sudah terlalu lama. Mungkin ketika dia masih anak-anak kala itu.

"Liburan?"

Iqbal pun merasakan hal yang sama dengan Jelano, hanya saja dia terpikirkan satu hal. Bagaimana bisa dia pergi liburan, sedangkan Iqbal tidak punya uang yang cukup untuk melakukan itu. Uang saku saja masih ditanggung oleh Paman dan Bibinya. Mana mungkin Iqbal kembali merepotkan Bibinya.

Rasa senangnya itupun pupus sudah. Kedua binar mata indahnya itu mulai meredup. Dia hanya mampu memperhatikan teman-teman yang mengobrol dengan diam. Melanjutkan agenda makannya tadi karena sempat tertunda.

"Maunya sih yang berbau-bau alam gitu. Soalnya gue udah bosen liat Jakarta yang padatnya minta ampun. Sumpek."

"Puncak? Ijo-ijo. "

"Gak skip. Yang lain," tolak Cleon mentah-mentah. Ide Javas sungguh tidak bisa diandalkan.

"Bali?" Kini Lintang yang memberikan opsi lain. Lagi-lagi Cleon menolak dengan gelengan.

"Lombok?" sela Manuel.

Lagi-lagi Cleon menggeleng.

"Terus mau lo kemana?" tanya Manuel.

"Ke Inggris. Uhuy!"

"Udah gila lo ya."

"Bukan gila lagi itu mah, sarap," cerocos Raka pada Jelano.

"Hehe. Masih di sekitar pulau Jawa kok, aman. Ke Jogja?"

"Aprove!" seru Lintang. Betapa sukanya dia dengan kota itu.

"Jadi kalian mau ikut?" tanya Cleon.

"Ikut!!"

"Jelaslah. Awas aja kalo cuma wacana."

"Gue juga lagi butuh hiburan sih. Butek gue," tukas Manuel sebagai balasan dari Lintang dan Raka.

"Gue mau." Jelano mengiyakan tawaran itu. Masalah pekerjaan nanti bisa minta izin pada Nada dan Yoga untuk libur beberapa hari. Kini fokus Jelano beralih pada Iqbal. Sahabatnya itu masih betah terdiam, enggan memberi jawaban.

Jelano yang bingung lantas menyentuh pundak Iqbal.

"Mau ikut gak?"

"E-eh."

"Ikut gak?" ulang Jelano.

"M-maaf kayaknya gue gak bisa ikutan. Mungkin lain kali aja."

Penuturan Iqbal jelas membuat Cleon merasa kecewa. Cleon pikir semua bakal setuju-setuju saja dengan ajakannya. Rupanya, dia salah kira. Justru, yang Cleon pikir bakal bilang ikut malah berucap sebaliknya.

"Yah gak asyik lo. Ikut napa Bal?"

"Hehe, lain kali aja. Lagi pengen di rumah aja soalnya."

Iqbal tetap tidak mengiyakan paksaan dari Lintang. Melainkan dia langsung beranjak setelah minumannya tandas.

"Gue mau balik dulu ke kelas. Bentar lagi udah mau masuk. Duluan ya, No gue duluan."

Iqbal berpamitan pada yang lain, menatap sekilas pada Jelano dan bergegas pergi dari kantin. Meninggalkan Jelano yang belum sempat merespon ucapan Iqbal.

"Dia kenapa sih? Mana tiba-tiba pergi lagi." Lintang masih menatap punggung Iqbal, sampai pada akhirnya menghilang bersamaan dengan siswa dan siswi lain.

"Biasanya juga balik barengan."

"Gak tau tuh." Manuel mengedikkan bahu. Dia juga kurang mengerti dengan adik kelasnya yang satu itu.

"Masa kita seneng-seneng tanpa Iqbal? Gak enak gue." Begitulah pemikiran Raka saat ini.

"Kayaknya ...., gue tau apa yang dipikirin Iqbal."

Mengingat Jelano lah yang paling banyak berinteraksi dengan Iqbal, tidak menutup kemungkinan bahwa dia mulai tau segalanya tentang kehidupan sejawatnya itu. Ungkapan Jelano justru sukses mengundang atensi anak-anak lain.

"Kasih tau ke kita," perintah Raka final.

***

"Dia gak punya uang yang cukup buat dirinya sendiri. Itu sebabnya dia gak bisa maksain ikut main sama kita. Apalagi tujuan kita lumayan jauh."

Semuanya membisu kala mendengar cerita dari Jelano, begitu pula dengan Cleon. Selama ini Cleon selalu suka memaksakan kehendaknya sendiri tanpa memikirkan orang lain. Cleon juga terlalu terbiasa mendapatkan apapun yang dia inginkan tanpa sedikitpun merasa kesulitan.

Tak pernah terdengar Daddy-nya menolak permintaan Cleon meskipun itu aneh-aneh. Kecuali memang sebagai gantinya masa muda Cleon tidak bisa sebebas Seperti anak-anak lain. Dia harus menghabiskan sepanjang waktunya yang membosankan hanya untuk duduk diam di rumah. Itu sebabnya mengapa Cleon kurang suka jika harus menerima sebuah penolakan.
Cleon merasa sedikit tidak enak sekarang.


"Gue bisa ikut kalian karena masih punya cukup uang buat pergi, termasuk kalian yang emang berasal dari keluarga berada. Tapi, gimana dengan Iqbal? Dia mau minta siapa? Jangan tanya gue gimana kehidupan dia. Menurut gue itu rahasia pribadi. Biar dia cerita sendiri kalau dia mau."

Sejak awal, Jelano memilih untuk tetap diam. Sayangnya jika Jelano terus-terusan bungkam, mana mungkin anggota lainnya akan mengerti tentang keadaan Iqbal yang sesungguhnya. Jelano tidak mau mereka semua berspekulasi buruk terhadap Iqbal.

Tak dapat dipungkiri bahwa Raka ikut merasa sedih selayaknya Jelano yang bercerita sembari menundukkan kepalanya dalam.

"Kalo gitu ...."

"Gue bakal bayarin Kak Iqbal biar dia bisa ikutan pergi bareng kita."

"Cleon ....?" Jelano lantas menegakkan punggungnya, mengangkat kepalanya guna menatap sorot mata Cleon tak percaya. "L-lo Serius?"

"Kak Iqbal adalah orang yang baik di mata gue. Dia udah manjain gue seperti gue itu adiknya sendiri. Makanya, gue pengen bantuin Kak Iqbal."

Mungkin, memang sekarang adalah waktu yang tepat bagi Cleon untuk mulai belajar memikirkan perasaan orang lain dan tidak terlalu memaksakan kehendaknya.

"Gue pikir lo orang yang nyebelin karena suka bertingkah sesuka hati. Tapi setelah lo ngomong kek gitu, gue pengen hilangin persepsi buruk gue terhadap lo. Kalo lo ternyata juga orang baik Cleon."

Kemudian wajah Cleon menghangat, kedua sudut bibirnya naik. Merasa bahagia oleh penuturan Jelano yang terkesan jujur tersebut. Jelano pun juga sama.

Lintang tertawa lirih dan mulai menghampiri Cleon. Menepuk punggung itu dan merangkul pundak yang lebih muda. Mencoba mencairkan suasana yang sempat bersitegang.

"Masa Iqbal doang yang dibayarin? Kita enggak nih?"

"Hah ...., iya deh. Kak Lintang juga."

"Lah nanggung amat. Nasib kita gimana?" omel Raka.

"Oke-oke, trip kali ini gue yang tanggung!"

"Nah gitu doang!" Lintang mengguncang bahu Cleon penuh semangat.

NEXT

.

.

.

.

Continue Reading

You'll Also Like

4.3K 562 18
[Lengkap] Mark, Renjun, Jeno, Haechan, Jaemin atau Chenle tidak ada. Mereka tidak ada dalam hidup Park Jisung. . . . ⚠️ Don't PLAGIAT! Start : 14 De...
43K 4.2K 43
[COMPLETE] [REVISI] "ᴊᴏɢᴊᴀ ɪᴛᴜ ᴛᴇʀᴅɪʀɪ ᴅᴀʀɪ ᴘᴇʀɢɪ, ᴘᴜʟᴀɴɢ, ᴅᴀɴ ʀɪɴᴅᴜ" Sebuah perkumpulan anak muda dari berbagai budaya Di indahnya kota Jogjakarta t...
1.3K 171 14
Menceritakan kegiatan 7 Mahasiswa yang tinggal dalam satu kost yang sama. . . . Jangan lupa like, vote dan komentarnya yaa💚 100% pemikiran sendiri
3.2M 159K 25
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...