π™π™‡π™Šπ™’ 2 [Tokyo Revengers]...

By ALVACCHI

198K 43.5K 12.2K

"π‚π„π‘πˆπ“π€ π˜π€ππ† π’π„ππ„ππ€π‘ππ˜π€ 𝐁𝐀𝐑𝐔 π€πŠπ€π πƒπˆπŒπ”π‹π€πˆ. πŠπ€π‹πˆ 𝐈𝐍𝐈 π€πŠπ” π“π€πŠ οΏ½... More

°°‒‒0‒‒°°
=1= Good Dream
=2= Karaoke
=3= Her Little Family
=4= Black Dragon Gang
=5= Perseteruan
=6= Denial
=7= Keras Kepala
=8= Onigiri
=9= Rapat
=10= Kunjungan
=11= New Home
=12= Welcome home
=13= The Future
=14= Sisi Lain
=15= Sick
=16= Little Bunny's Past
=17= The Wolf and The Rabbit
=18= Simbiosis Mutualisme
=19= No More Repeat
=20= The Day
=21= Malam Yang Panjang
=22= Night Waiting
=23= Who's the Traitor
=24= A Little Bit
=25= A Flashback
=26= Call her, (Nama)
=27= Lonely Little Killer
=28= Another side of Her
=29= Christmast Eve
=30= Her Fear
=31= Our Wins
=32= Her Point of View
=33= After Incident
=34= Permintaan
=35= A Regret
=36= Kereta
=37= A Gift
=38= Rencana
=39= An Obsession
=40= An Obsession (2)
=41= Night Festival
=42= 5th Division
=43= Touman Gang
=44= It's (not) a date!
=45= Night Festival (2)
=46= A Heart Warming
=47= Heart Warming (2)
=48= Jealousy
=49= A Bounding
=50= Ikatan
=51= A Piercing
=52= The Sibling Problems
=53= The Hidden Arc
=54= Attack!
=55= Attack!
=56= A War Between four siblings
=57= The End of The Beginning
=58= Tenjiku Gang
=59= Dating
=60= Ingatan Lainnya
=61= Pelabuhan
=62= A Plan
=63= Full of Blood
=64= Keputusan
=65= Drowning in Emotion
=66= A Knife
=67= Her Last Wish
=68= She's Dead
=69= Her Shadow
=70= Coming to an End
Season 3 info
LAST JOURNEY
Hanma Shuuji
π’†œ ƀƦƟĹƟᎢ π’†œ
DISCLAIMER
π’†œ 2. π’†œ Divisi Lima
π’†œ 3. π’†œ Chaos
π’†œ 4. π’†œ The Root
π’†œ 5. π’†œ Emma's Death
π’†œ 6. π’†œ A Quiet Day

π’†œ 1. π’†œ Her

512 71 30
By ALVACCHI



*:・゚✧*:・゚

"(Nama) itu orang yang gampang  bersemangat ya." pria dengan rokok yang jarang terlihat lepas dari apitan bibirnya itu bersuara. Kedua tangannya masih sibuk membenahi body motor. Sementara itu, sepasang manik hitam yang awalnya tertuju pada pekerjaannya, kini melirik pada sosok berambut pirang berantakan dengan bekas luka bakar pada area mata sebelah kirinya.

"Hah?" sahut sang lawan bicara bingung. Mulutnya masih penuh dengan onigiri rasa entah apalah itu. Inui memiringkan kepalanya. "Kenapa tiba-tiba membicarakan dia, Shiniciro-kun?"

Sejak insiden sakit perut akibat makanan antah-berantah buatan si pemilik nama yang tadi disebut Shiniciro, Inui mulai terbiasa menyantap menu-menu tersebut. Mungkin lebih tepatnya, lambungnya menjadi kebal sejak Shiniciro juga selalu mencekokinya masakan (Nama) setiap kali dirinya mengunjungi pria itu.

"Soalnya, aku merasa dia mudah sekali bersemangat." Shiniciro nyengir. "Seperti kemarin, aku bilang padanya bahwa masakannya enak, hari ini dia mengirimiku dua kali lipat. Kudengar dari Takashi bahwa (Nama) sedang gencar belajar memasak demi bisa mengirimiku makan siang," sambungannya. Wajah pria 24 tahun itu tampak bersinar seolah bangga akan perkembangan (Nama), di sisi lain Inui hanya sweatdrop.

Sedetik kemudian ekspresi Shiniciro berubah masam. Bibirnya maju sepersekian senti dan menggerutu, "Walau begitu, aku terkadang curiga kalau Takashi sesekali membantu dia memasak. Karena rasa masakan (Nama) kadang tidak konsisten, terkadang enak, terkadang... yah... kau tau sendiri kan, Seishu?" kekeh Shiniciro. Pemuda itu kembali menyibukkan diri dengan motor di hadapannya.

Inui menyadari perubahan ekspresi pria di depannya. Sebenarnya bocah itu tak paham, ia mengira bahwa Shiniciro hanya mencoba menghargai usaha (Nama) yang katanya sangat menyukainya itu. Tapi, terkadang Inui merasa bahwa tatapan Shiniciro terlihat tulus.

Ma ii ka, Inui berakhir mengedikkan bahunya, menyingkirkan pemikiran konyol jika Shiniciro menganggap serius pernyataan cinta bocah perempuan sepantaran Inui tersebut.

Terik matahari siang ini nampaknya tak menyurutkan semangat Shiniciro. S.S Motorcycle, bangunan yang menjadi sumber mata pencaharian serta penyaluran hobi kini begitu tenang dan damai.

Inui mendengarkan dengan seksama kalimat pendiri Black Dragon tersebut. Shiniciro pernah bilang padanya jika dia tersentuh dengan perhatian spesial dari (Nama) ini, tapi entah berapa kali sosok Inui Seishu memikirkannya, hal-hal semacam ini justru membuatnya ngeri.

Bayangkan, setiap hari harus menghabiskan makanan dengan rasa yang tak bisa ditebak. Siapapun pasti akan angkat tangan, entah terbuat dari apa hati dan lambung seorang Sano Shiniciro.

"Dakara, aku mengharapkan kebahagiaannya lebih dari siapapun, Seishu," bisik Shiniciro, menyadarkan Inui bahwa mereka masih mengobrolkan tentang (Nama). Inui terdiam, membiarkan pria itu menyelesaikan kalimatnya. Walau Shiniciro tengah memunggunginya, Inui tahu bahwa kilat yang terpancar pada sepasang mata itu begitu hangat.

Tanpa keduanya sadari, ada beberapa sosok yang masuk dan mendengarkan sedari tadi. Hingga akhirnya Inui merasakan sebuah tangan bertengger di atas kepalanya.

"Wah, ada bulol," komentar sosok itu sambil menyeringai pada Shiniciro. Tanpa Inui mendongak pun ia sudah tahu siapa. "Nampaknya efek ditolak puluhan kali oleh cewek, Shin-chan kita jadi pedo," sambung pria yang menjadikan kepala Inui sebagai sandaran tangannya.

Pemuda seumuran Shiniciro dengan helai hitam yang dikuncir kuda, beberapa jumput rambut yang dicat ungu dan pirang. Sepasang mata beriris lilac miliknya tampak bersinar nakal. "Haruskah aku mencarikanmu wanita yang lebih matang, Shin?" goda Wakasa.

Shiniciro mengerjap. "Chotto, Wakasa!" erang pria itu dengan alis menukik menatap kawan karibnya. Imaushi Wakasa hanya tertawa menanggapi kekesalan Shiniciro.

Wakasa beralih pada sosok bocah di bawah tangannya. "Hoo, doumo Seishu-kun," sapanya dengan tatapan ngantuk yang khas.

Inui yang masih belum menghabiskan onigiri di tangannya hanya mengangguk, "Osu. Lama tidak bertemu, Wakasa-san. Apa kau datang sendirian?"

Wakasa menggeleng. "Tidak, aku ke sini bersama Benk- eh? Di mana dia?" pemuda cantik itu mencari-cari sosok kawan satunya lagi.

Inui menatap heran pada mantan anggota inti Black Dragon itu. Shiniciro juga tampak ikut mencari walau hanya dengan matanya. Setelah setengah menit, terlihatlah sosok besar berkulit tan itu masih ada di bangunan luar S.S Motorcycle sambil mengedarkan pandangannya.

"Oi, Benkei! Apa yang sedang kau lakukan?" Wakasa memanggil pemuda berambut pirang setengah botak itu.

Benkei yang merasa dirinya dipanggil pun masuk, tetapi sebelum itu dia memastikan sesuatu terlebih dahulu, yakni mengedarkan pandangannya sekali lagi seolah tengah menghindari seseorang.

Tibalah pemuda tinggi besar itu di samping Wakasa berdiri.

"Syukurlah dia tidak di sini," ungkap Benkei dengan helaan napas leganya. Tiga orang di sana terlihat bingung akan kalimat Benkei. "Wah, Seishu, tumben kau di sini!" lalu dia memberikan Inui tabokan sambil tertawa.

Inui sebenarnya hampir terjungkal karena tabokan kecil itu, untungnya ada Wakasa di sampingnya yang memegangi punggungnya agar tak jatuh. "Ittai desu, Benkei-san," sahut Inui datar.

Benkei hanya tertawa, "Tidak mungkin, hanya segitu membuatmu kesakitan." Inui merengut. Kawan Shiniciro satu ini memang terkadang tak sadar dengan ukuran tubuhnya yang tinggi besar.

Wakasa memutar bolamatanya. Pemuda dengan netra ungu itu duduk di samping Inui. "Yang kau takutkan itu (Nama)-chan?" tanyanya, menyilangkan kaki dengan tangan bersandar di meja dan menyanga dagunya. Seringai tak hilang dari bibir pemuda cantik tersebut.

Benkei hampir tersedak mendengarnya. Ia terlihat tak terima, tapi juga tak menyangkal. "Memangnya kau tidak, Wakasa?" serunya. Tubuh bak gorila itu meremang ketika membayangkan bocah perempuan yang seringkali ia temui menempel pada mantan ketua Black Dragon tersebut. "Membayangkan tangan kecil dia menciptakan makanan-makanan aneh dan beracun, ugh..."

Benkei tampak seperti akan muntah. Tangan pemuda itu menutup erat mulutnya.

Inui mengerjap, bahkan Benkei yang kuat pun menyerah akan masakan (Nama). "Benkei-san," panggil Inui pada sosok itu. Sebuah ide terlintas di kepala kecilnya.

Ketika Benkei menoleh padanya, Inui menyodorkan onigiri baru yang ia ambil dari keranjang di atas meja. "Mau?" tawar Inui.

Wakasa tertawa, sementara Benkei langsung memberikan tatapan ketakutan. "Onigiri itu ... jangan-jangan-" ucap Benkei tersendat, menutup erat mulutnya.

Inui semakin mendorong onigiri itu pada Benkei, sementara Benkei sendiri mundur seribu langkah. "Jauhkan racun itu dariku, Seishu!" teriak Benkei.

Inui pikir reaksi Benkei adalah reaksi normal yang seharusnya ditunjukkan jika melihat masakan (Nama). Bukannya malah menikmati dan memakannya dengan tenang seperti Shiniciro.

Tawa Wakasa semakin keras, hingga pemuda itu memegangi perutnya. Di sisi lain Shiniciro hanya terkekeh melihat interaksi teman-temannya.

Inui memiringkan kepalanya. "Hee, nande? Ini hanya onigiri kok," jawab Inui dengan wajah isengnya.

Shiniciro mengembuskan asap rokok di bibirnya, lalu mematikan gilingan tabako itu ke asbak yang ada di sampingnya. "Benkei pernah sakit perut hingga masuk rumah sakit karena makan masakan (Nama)," sahut Shiniciro membuka alasan kenapa Benkei ketakutan.

"Hah? Sampai masuk rumah sakit?" Inui menatap tak percaya. Dia sendiri juga pernah sakit perut, tapi hanya sebatas sakit biasa. Kokonoi langsung membelikannya obat, jadi itu hanya berlalu satu malam. Inui menatap onigiri di tangannya, apakah memang se-beracun itu?

Shiniciro berdiri untuk mencuci tangannya dan mengambil onigiri di tangan Inui, lalu memakannya. "Hora Benkei, ini tidak semengerikan itu kok. Lagipula ini tidak mengandung kacang merah yang jadi alergimu," ucap pemuda berambut hitam itu sambil mengunyahnya.

Benkei masih terlihat ngeri. Wakasa mengusap airmata di sudut matanya karena terlalu banyak tertawa. "Nah, Benkei, jangan terlalu jelas menyatakan kemusuhanmu dengan masakan (Nama)-chan. Nanti calon suaminya marah, loh," ucapnya sambil menatap Shiniciro.

Shiniciro langsung tersedak. "Oi, Wakasa teme," seru pemuda itu tak terima. Wakasa tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Oh, bukan, ya?" tanya Wakasa masih dengan seringai isengnya.

Pemuda bermarga Sano itu mendengkus. Onigiri di tangannya sudah setengah habis, "(Nama) sudah kuanggap sebagai adikku, karena dia seumuran dengan Mikey dan Emma! Jangan berpikiran yang tidak-tidak."

"Hoo, adik, ya," sahut Wakasa mengusap dagunya. Ekspresi jahilnya kembali muncul. "Baiklah, berarti (Nama)-chan untukku saja. Umurnya sekarang empat belas tahun, tinggal menunggu empat atau lima tahun lagi, aku yakin dia sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik dan matang. Hmm ..."

Mendengar itu, Shiniciro langsung berang. Perempatan imajiner tercetak di dahinya. "Jangan berani-berani menjadikan dia korbanmu, teme, aku tahu kau playboy sialan," seru Shiniciro ingin sekali melemparkan jejeran motor di sampingnya ke wajah tampan Wakasa.

Walau tampan dan disukai banyak wanita, Shiniciro tahu Wakasa agak pemain. Ia jelas tak akan membiarkan (Nama) jatuh pada orang yang tidak setia macam Wakasa.

"Wah, kau kejam, Shin-chan," sahut Wakasa mengedikkan bahunya. "Lagipula masa depan tak ada yang tahu, bisa saja ternyata aku dan (Nama)-chan berjodoh," sambungnya sambil mengedipkan sebelah mata.

Setelahnya, yang ada hanya chaos. Inui tak ingat karena para pemuda dewasa itu hanya saling berteriak, yang satu menggoda, yang satu ketakutan, yang satu malah tidak jelas. Inui menghela napas dan melanjutkan makannya dengan tenang.

Ini hanyalah salah satu hari damai yang kerap kali terjadi di S.S Motorcycle. Seingat Inui, walau ia sendiri belum pernah bertemu langsung dengan si pembuat onigiri yang tengah ia makan, dirinya yakin bahwa pengaruh (Nama) juga tak kalah besar pada hidup dari seorang Sano Shiniciro.

*:・゚✧*:・゚

" ... maka dari itu, cepatlah bangun," bisik Inui, mengeratkan genggamannya pada tangan yang tersambung dengan selang infus. Peralatan yang membantu menunjang hidup dari sosok gadis yang masih memejamkan mata di hadapannya itu terus berbunyi stabil. Inui menghela napas panjang. "... (Nama) ...."

Inui menatap kosong pada wajah pucat dari (Nama). Di dalam benaknya, ia membayangkan apa yang akan Shiniciro lakukan jika dia melihat kondisi gadis itu saat ini.

Shiniciro menyayangi semua adiknya, bahkan adik yang satu ini juga tampak sama disayangnya.

Masa kritis telah berhasil gadis itu lewati sejak malam hujan dimana dia ditemukan sekarat karena luka tusuk di punggungnya. Inui sering mengunjungi (Nama) di rumah sakit untuk sekadar menatapnya yang masih belum sadarkan diri, sementara itu Kokonoi jelas mengekor di belakangnya.

"Sudah tiga hari berlalu, tapi belum ada perkembangan." Kokonoi bersuara, duduk di sofa. Tangannya mengusap debu yang ada di dua boneka kucing kecil di tangannya.

Kokonoi sempat ikut Inui dan beberapa member Toman seperti Takemichi dan Chifuyu, bersama Emma dan pacar Takemichi yang ia tak tahu namanya. Mereka membereskan rumah (Nama) yang bak kapal pecah setelah dia kehilangan kendali emosinya. 'Aku ingin ketika (Nama)-chan sadar, dia tahu bahwa dia tak sendirian', begitu kata para gadis yang didengar Kokonoi.

Pemakaman ayah (Nama) diatur oleh Mitsuya. Anggota inti Toman menghadiri pemakaman tersebut, juga bergantian menjaga (Nama) di rumah sakit.

Kokonoi menatap lekat boneka di tangannya. Dua benda pemberian Kokonoi di masa lalu, ia temukan di rumah (Nama) saat membantu beberes.

Dua boneka kucing yang Kokonoi berikan sebagai ganti boneka yang pernah ia buang dahulu. "Kupikir dia tak akan menyimpannya," kekeh Kokonoi, meletakkan boneka-boneka itu di atas nakas setelah membersihkannya.

Boneka itu tampak saling bersandar. Kokonoi menghela napas.

Baginya, (Nama) hanyalah mantan tetangga yang pernah menjelma sebagai pesuruhnya ketika keduanya masih kecil. Tak ada kontak berlanjut setelah bocah perempuan itu pindah ke rumah Mitsuya di Tokyo. Kokonoi tak menyangka mereka kembali bertemu ketika remaja, pada awal peristiwa Halloween Berdarah.

Keheningan menjalar di dua sosok yang tengah bergantian jaga di kamar rawat (Nama). Hanya beberapa menit berlalu ketika pintu terbuka pelan, menampakkan seorang pemuda berambut keunguan dengan netra sewarna muncul sambil membawa sebuket bunga mawar putih.

"Oya, ternyata kalian." Mitsuya masuk dan menutup pintu di belakangnya. "Apa kalian yang berjaga sejak semalam? Kupikir itu Hakkai dan Yuzuha."

Inui mengangkat pandangannya. "Kami baru bergantian dengan Hakkai pagi tadi. Sebenarnya aku yang meminta untuk menjaga di sini," ucap pemuda pirang itu. Mitsuya hanya ber-oh panjang.

Kokonoi menatap bagaimana Mitsuya dengan lihai mengganti bunga di vas yang ada di nakas dengan yang baru. Ia sendiri baru melihat Mitsuya lagi hari ini sejak malam dimana (Nama) masuk UGD. Mitsuya sudah tampak lebih segar, tak ada lagi wajah lelah dan lingkaran hitam di bawah matanya. Mungkin ini karena teman-teman dia yang bergotong-royong membantu Mitsuya mengurus (Nama).

"Apa kalian sudah sarapan? Aku membawa bekal ke mari," tanya Mitsuya menatap dua sosok di depannya. Inui dan Kokonoi mengangguk.

"Sudah, sebelum kemari," jawab Inui. Tatapan dari sepasang mata biru safir miliknya tertuju pada Mitsuya yang langsung mengambil air hangat di baskom kecil, dan membasahi handuk untuk mengusapi bagian tubuh (Nama) yang terlihat.

Padahal dia baru tiba, benak keduanya. Mitsuya tampak tahu apa saja yang harus dia lakukan setibanya di sini. Baik Inui maupun Kokonoi mengakui dalam diam jika Mitsuya begitu perhatian dengan (Nama).

Sambil mengusap punggung tangan (Nama) dengan handuk hangat, Mitsuya tersenyum. "Begitu, baiklah. Oh iya, aku belum berterimakasih kepada kalian karena sudah membawa (Nama) kemari malam itu."

Mitsuya menatap dua pemuda yang merupakan anggota divisi satu di depannya. "Berkat kalian (Nama) bisa diselamatkan .... Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kepada dia jika kalian tidak datang," ucap Mitsuya setengah berbisik. Tubuhnya memang sudah kembali fit, tapi Mitsuya tak bohong jika pikirannya tetap kusut jika memikirkan tentang kondisi (Nama). Pemilik mata (e/c) itu masih memejamkan matanya, menolak untuk bangun walau masa kritisnya telah lewat. Hal itu membuat Mitsuya semakin khawatir.

"Tak perlu berlebihan, aku hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan," sahut Inui.

"Lagipula," kali ini Kokonoi bersuara. "Dia masih member Toman, juga teman baik dari ketua kami." iris bak kucing itu melirik (Nama), tentu saja Kokonoi mengatakan yang sebenarnya. Tapi bukan hanya itu. Rasanya, ia juga memiliki peran sebagai 'teman' (Nama).

Teman, huh, batin Kokonoi masam. Seingat Kokonoi, percakapannya dengan (Nama) tak pernah jauh dari pertengkaran.

Yah, setidaknya di masa lalu mereka pernah menjadi pesuruh dan penyuruh. Tentu saja dialah sang penyuruhnya.

"Karena kau sudah di sini, kurasa aku dan Koko akan pulang," ucap Inui setelah beberapa saat. "Apa kau tak apa sendirian, Mitsuya?"

Mitsuya mengangguk. "Aku tak apa. Terimakasih sudah mau menjaga (Nama). Kalian hati-hati di jalan," jawab pemuda itu ketika Inui dan Kokonoi memberikan salam singkat sebelum kemudian pergi.

Kini hanya tinggal Mitsuya sendirian. Bertemankan suara mesin yang mengawasi detak jantung (Nama), Mitsuya masih membersihkan kaki gadis itu. Setelah selesai, ia kemudian menarik kursi untuk duduk tepat di samping ranjang rawat (Nama).

"Halo, (Nama). Ini aku," bisik Mitsuya menggenggam tangan (Nama) lembut. Setelah itu, pemuda tersebut menceritakan kesehariannya serta kabar teman-teman mereka. Tak lupa ia juga mengatakan harapan bahwa banyak orang yang menginginkan (Nama) segera bangun.

Tatapan dari sepasang netra ungu itu sendu, tapi Mitsuya tahu jika keadaan (Nama) sudah tidak begitu gawat tidak seperti sebelumnya. "... konflik antara Toman dan Tenjiku kemungkinan akan segera pecah. (Nama), aku ingin kau melihat kemenangan kami, kemenangan Toman. Cepatlah bangun, (Nama)."

Mitsuya menunduk, menjadikan tangan (Nama) sebagai sandaran dahinya. Ia memejamkan mata dalam-dalam, mendo'akan dengan sungguh-sungguh agar sosok di hadapannya itu segera sadar.

"Kami merindukanmu, (Nama)."


*:・゚✧*:・゚

Continue Reading

You'll Also Like

193K 9.4K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
424K 4.5K 85
β€’Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre β€’woozi Harem β€’mostly soonhoon β€’open request High Rank πŸ…: β€’1#hoshiseventeen_8/7/2...
49.6K 4.6K 43
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
34.2K 7.6K 38
Selama ini Taehyun tidak pernah menyadari jika cowok populer di kelasnya itu berhasil membuat dirinya menjadi seperti orang bodoh karena jatuh cinta...