Jilid III. Celena and The Bro...

By Liana_Pram

6.6K 1.3K 2.3K

[Seri ketiga Celena Series] [Baca "Celena and The Born of New Sword" dan Celena and The Cursed Sisters terleb... More

Bab Satu
Bab Dua
Bab Tiga
Bab Empat
Bab Lima
Bab Enam
Bab Tujuh
Bab Delapan
Bab Sembilan
Bab Sepuluh
Bab Sebelas
Bab Dua Belas
Bab Tiga Belas
Bab Empat Belas
Bab Lima Belas
Bab Enam Belas
Bab Tujuh Belas
Bab Delapan Belas
Bab Sembilan Belas
Bab Dua Puluh
Bab Dua Puluh Satu
Bab Dua Puluh Dua
Bab Dua Puluh Tiga
Bab Dua Puluh Empat
Bab Dua Puluh Lima
Bab Dua Puluh Enam
Happy 4th Anniversary Celena Series!
Bab Dua Puluh Tujuh
Bab Dua Puluh Delapan
Bab Dua Puluh Sembilan
Bab Tiga Puluh
Bab Tiga Puluh Satu
Bab Tiga Puluh Dua
Bab Tiga Puluh Tiga
Bab Tiga Puluh Empat
Bab Tiga Puluh Lima
Bab Tiga Puluh Enam
Bab Tiga Puluh Tujuh
Bab Tiga Puluh Sembilan

Bab Tiga Puluh Delapan

163 30 42
By Liana_Pram

"Hiyaah!"

Seorang prajurit berbaju zirah abu-abu berlari ke arah Alicia dengan pedang terangkat. Alicia menoleh lalu melepaskan anak panah ke prajurit itu dengan sigap. Panahnya berhasil mengenai perut si prajurit.

Suara ledakan kembali terdengar. Alicia mengedarkan pandangan. Mira masih melawan Raphael bersama boneka esnya. Dia tidak mengendurkan serangannya sedikit pun meski sosok yang sedang dia lawan adalah Jenderal Noines.

Suara hantaman keras lagi-lagi terdengar. Kali ini suaranya terdengar dari atas. Alicia menengadah. Dan baru saja menebas griffin milik Jean dan membuatnya terpental ke sisi gua.

"Agh!"

Alicia menoleh cepat dan mendapati Leticia sudah jatuh terduduk.

"Leticia!" Gadis berambut cokelat kastanye itu berlari menuju Leticia. Dia berhenti tepat di depan Leticia dengan wajah terkejut. "Leticia, kau mimisan."

Leticia mengelap hidungnya. Dia menatap telapak tangannya yang dipenuhi dengan genangan darah.

"Kau menggunakan Mana secara berlebihan," kata Alicia khawatir.

"Aku baik-baik saja. Aku masih bisa ikut bertarung," bantah Leticia seraya kembali berdiri dengan kaki gemetar. Tidak sampai semenit, dia kembali jatuh terduduk.

"Jangan memaksakan diri, Leticia. Lihatlah, kau bahkan kesulitan untuk berdiri."

Leticia terdiam.

Alicia berjongkok di depan Leticia. Dia menyentuh pundak Leticia lembut. "Berhenti menggunakan Mana Transmission. Beristirahatlah sebentar."

"Bagaimana dengan peperangannya?" tanya Leticia khawatir.

"Tenang saja, kami bisa mengatasinya," jawab Alicia yakin.

Leticia tertunduk dengan wajah bersalah. "Maaf, aku justru membebani kalian."

"Tidak ...tidak. Kau sudah bertarung sangat hebat padahal ini pertama kalinya kau ikut ke medan perang," bantah Alicia cepat. Dia lalu tersenyum. "Jangan khawatir. Serahkan sisanya padaku. Meskipun terlihat tidak meyakinkan, aku sudah dilatih oleh seorang wakil komandan."

Leticia menatap punggung gadis berambut kastanye yang kini berdiri di depannya. Tangan Alicia gemetaran. Dia beberapa kali mengubah posisi genggaman pada busurnya sebelum membidik.

Alica membidik ke lima orang prajurit Euza yang sedang berlari ke arahnya. Dia menarik napas lalu membuangnya melalui mulut secara perlahan. "Accelto. Strengthen. Wind Emblem, Activated." Angin berhembus kencang di sekitar Alicia. Panah berwarna cokelat milik Alicia telah diselimuti aura berwarna kehjiauan. "Wind Arrow!"

Begitu dilepaskan, panah itu melesat, menembus dada lima prajurit Euza beratribut lengkap dengan mudah, sebelum menghancurkan dinding gua di seberang.

"Hiyaah!"

Alicia menoleh cepat. Seorang kesatria berzirah abu-abu sudah berada di sisinya dengan pedang terangkat. Alicia refleks menggunakan busurmya untuk menahan pedang si kesatria.

"Tuan Putri seharusnya diam saja di istana!" ucap si kesatria seraya terus menekan pedang ke Alicia.

"Aku ..." Alicia terlihat agak menggertakkan gigi. Entah karena beratnya pedang milik si kesatria atau karena sosok putri berambut pirang bergaun putih-merah yang tiba-tiba terlintas di ingatannya. "Aku ... juga bisa bertarung!"

Alicia berhasil menangkis serangan si kesatria. Pertahanan si kesatria terbuka. Tanpa membuatng waktu, Alicia segera melepaskan anak panah ke perut si kesatria.

"Hiyaah!"

Suara teriakan milik seorang gadis muda yang masih terdengar lembut membuat Alicia menoleh ke belakang. Leticia baru saja menebas punggung prajurit yang berniat menyerang Alicia dari belakang.

Alicia kehilangan kata-kata. Ini mungkin pertama kalinya bagi gadis yang saat ini terlihat kesulitan mencabut pedang dari tanah untuk mengayun atau bahkan memegang pedang. Namun, dia tetap mengangkat pedangnya sekali lagi deski dengan terhuyung-huyung.

"Sama sepertimu, aku juga bisa bertarung," kata Leticia menyadari tatapan Alicia.

"Apa kau baik-baik saja? Kau baru saja mimisan."

"Aku baik-baik saja," jawab Leticia pasti. "Aku sudah berhenti menggunakan Mind Transmission dan menyembuhkan diriku sendiri. Aku bisa kembali bertarung."

"Sungguh?"

Leticia mengangguk. "Lagi pula, aku juga ingin membuktikan pada mereka bahwa kita juga bisa bertarung di garis depan. Seperti dia."

Alicia terdiam untuk sesaat. Leticia sepertinya mendengar ucapannya tadi.

"Baiklah kalau begitu." Alicia berbalik membelakangi Leticia. Dia mulai membidik lagi. "Aku akan menyerang. Tolong bantu aku."

"Tentu," sahut Leticia lalu tersenyum. Dia merentangkan kedua tangannya ke punggung Alicia. "Resist. Holy Armor. Goddess Guidance. Blessing."

"Mari kita mulai," kata Alicia lalu melepaskan anak panah.

***

Suara bilah pedang yang saling beradu juga terdengar tak jauh dari tempat Alicia dan Leticia. Harry menggerakkan tombak perunggu dengan lincah seolah tombak itu adalah bagian dari tubuhnya sendiri. Ayunan tombak yang tajam dan akurat diiringi dengan pergerakan cepat membuat serangan Harry mustahil untuk dihalau sepenuhnya. Pelat besi yang terkoyak dan luka sayat di sekujur tubuh Lucien adalah bukti nyata kekuatan seorang Harry Cyrus.

Lucien mengangkat pedang ke atas lalu membuat tusukan beruntun. Setiap tusukan itu mengarah pada titik vital Harry. Namun, laki-laki itu menggerakan tombaknya lebih cepat sehingga dia berhasil menghalau semua serangan Lucien. Dia membuat ayunan lebar yang membuat Lucien melompat mundur.

Lucien.

Kelopak mata Lucien melebar. Suara ini ... milik Leticia.

Maaf, aku harus berhenti menggunakan Mind Transmission. Aku harus menyokong Alicia sekarang.

Lucien menganggukkan kepala. Baik, Yang Mulia.

Maaf, aku tidak bisa membantumu sampai akhir.

Rasa bersalah terdengar dari suara Leticia yang menggema di kepala Lucien.

Yang Mulia tidak perlu meminta maaf. Saya justru harus berterima kasih pada Yang Mulia karena sudah membantu pertarungan saya.

Hening.

Lucien, jangan mati. Aku tidak akan memaafkanmu jika kau pergi meninggalkanku. Kalahkan Harry Cyrus. Ini perintahku.

Lucien menyunggingkan seulas senyum. "Siap laksanakan, Yang Mulia."

"Hei, apa ini sudah berakhir?" tanya Harry seraya berjalan maju ke arah Lucien. "Aku akan kecewa jika kau sudah tidak sanggup menghadapiku."

"Tidak," bantah Lucien seraya membenarkan posisinya. "Aku baru saja mau mulai."

Harry membuat senyum lebar. "Baguslah kalau begitu. Aku senang mendengarnya."

Lucien menatap lurus Harry. Si Kesatria Langit memegang tombak perunggu dengan satu tangan. Dia sedang mempersiapkan serangan berikutnya.

Harry Cyrus. Tak diragukan lagi, dia sangat cepat. Serangannya pun kuat dan akurat. Aku tidak melihat celah sedikit pun. Dia hampir tidak memiliki kelemahan.

Lucien menarik napas. "Kalau begitu, aku harus lebih cepat darinya untuk membuat celah," katanya seraya mengeratkan genggaman pada pedang rapier. "Accelto. Double Accelto. Triple Accelto. Maximum Acceleration. Limit Breaker: The Flash, Activated."

Tubuh Lucien diselimuti aura jingga yang kuat. Dia mulai berlari dengan kecepatan yang sulit diikuti oleh mata telanjang. Lucien mulai melompat dan menyerang Harry.

"Oh ... kau ingin adu kecepatan denganku ya?" Harry menyeringai. Aura tipis berwarna putih terlihat menyelimuti Harry. "Baiklah, kemarilah! Kita buktikan siapa yang tercepat di antara kita!"

Harry menghalau pedang rapier Lucien cukup keras sampai membuat pertahanan Lucien terbuka. Tanpa membuang waktu, Harry memutar tombaknya lalu melancarkan serangan lurus ke Lucien. Harry melakukan itu dengan cepat dan terus-menerus sampai membuat Lucien terpaksa mundur.

"Hahaha ..." Laki-laki berambut ash brown itu mulai tertawa keras. "Apa hanya segini saja? Mana semangatmu tadi?"

Lucien menggigit bibir bawahnya. Bahkan setelah membuka batas yang dia miliki, dia masih belum bisa menandingi Harry.

"Hiyah!" Lucien menangkis bilah tombak Harry. "Bukankah sudah kubilang aku baru akan mulai?"

Kabut tipis terlihat di sekitar Lucien.

"Fog."

Lucien tiba-tiba menghilang. Dia menyatu dengan kabut yang baru saja dia ciptakan. Harry mengedarkan pandangan dengan posisi siaga. Sebuah bilah besi pipih muncul dari belakang punggungnya. Harry menyadarinya. Dia langsung berbalik dan menangkis pedang Lucien.

Lucien kembali menghilang lalu sebuah bilah besi muncul dari samping. Harry agak terlambat menyadarinya membuat bilah besi itu berhasil menggores pipinya. Intensitas serangan Lucien semakin meningkat dan juga bertambah cepat. Meskipun Harry berhasil bertahan, tubuhnya penuh dengan luka sayat.

Intensitas serangan Lucien mulai berkurang. Harry mengedarkan pandangan dengan waspada. Kabut yang menyelimuti gua semakin tebal. Jarak pandang Harry semakin terbatas. Harry meningkatkan kewaspadaannya karena Lucien bisa muncul tiba-tiba di suatu tempat.

Kelopak mata Harry melebar. Energi kuat terasa di balik punggungnya. Dia berbalik dan mendapati Lucien sudah berada tepat di belakangnya dengan pedang rapier yang mengarah lurus ke arahnya.

"Skill: Crescent Moon!"

Harry tidak mampu menahan serangan Lucien. Dia terlempar ke sisi gua cukup keras hingga membuat dinding di sekitarnya roboh.

"Jadi, kau akan menggunakan cara pengecut seperti ini, ya?" tanya Harry dengan raut wajah kesal.

"Tidak ada cara pengecut di medan perang. Semua cara diperbolehkan untuk bisa menang. Bukankah benar begitu?"

"Hahaha ...." Harry bangkit dari reruntuhan. "Kau mengatakan sesuatu yang lucu."

Lucien tidak menimpali ucapan Harry. Dia tetap bergeming di tempatnya dengan pedang terangkat.

"Kuakui kau kuat, Lucien. Kau bukan lawan yang mudah untuk dihadapi. Namun, ini belum cukup untuk mengalahkanku."

Lucien mengernyit.

"Asal kau tahu, aku belum menggunakan seluruh kemampuanku."

Kata-kata yang terucap dari bibir Harry membuat Lucien terpaku untuk beberapa saat.

"Maaf jika aku sudah berlaku tidak sopan padamu. Mulai saat ini, aku akan melawanmu dengan serius."

Laki-laki berambut ash brown itu menghilang sedetik kemudian. Lucien mengedarkan pandangan dengan jantung berdebar. Suasana di sekitarnya sangat berat dan mencekam. Dia merasa seperti mangsa yang sedang diburu oleh sang predator.

Sesuatu yang memiliki hawa besar terasa sangat jelas di sisi kanan Lucien. Lucien menoleh cepat dan mendapati Harry sudah menghunuskan tombak ke arahnya. Lucien mengangkat pedang rapier-nya ke atas secara refleks untuk sedikit membelokkan arah bilah tombak Harry.

Darah menetes dari telinga Lucien yang robek.

Aku harus kembali bersembunyi dalam kabut.

Harry berbalik. Lucien sudah kembali menghilang di balik kabut.

"Mencoba bersembunyi, hah?" Harry mengedarkan pandangan. "Tidak masalah. Aku akan segera menemukanmu."

Harry menurunkan sedikit posisi tubuhnya dengan tombak perunggu mengarah lurus. Dia memejamkan mata. "Wild Instinct."

Aura berwarna oranye menyelimuti tubuh Harry. Seulas senyum lebar terlukis di wajah Harry tak lama setelah aura oranye itu menghilang.

"Aku menemukanmu."

Angin kencang berhembus di sekitar Harry bersamaan dengan kilatan putih-kehijauan yang sesekali terlihat di sekelilingnya. Dia mengangkat tombak perunggu sejajar mata. "Skill: Heavy Thrust!"

Dia melesat dengan kekuatan penuh, meninggalkan tanah bekas pijkannya terbelah.

"Apa kau tahu kelemahan dari menjadi cepat? Mereka tidak berdaya di hadapan kekuatan."

Suara bilah besi yang hancur terdengar di balik kabut tebal itu.

***

*take a deep breath*

Hello, Liana here.

Kita kembali disuguhkan scene peperangan lainnya yang ga kalah bikin deg-deg ser. Atau mungkin lebih deg-deg ser dari sebelumnya? 

Jujur, di antara semua pertarungan, aku agak pesimis dengan tim Alicia dan Leticia. Mereka memang mendapatkan pendidikan dasar tentang bela diri, tapi jarang menerapkannya secara langsung. Jika diibaratkan, kemampuan mereka tuh sama dengan prajurit-prajurit yang baru bergabung. Masih kasar dan minim pengalaman. Jadi, peluang mereka untuk menang tidak tinggi meskipun mereka hanya melawan prajurit dan kesatria biasa. Di luar itu, aku merasa harus apresiasi keberanian dan kenekatan mereka. Setuju?

Pertarungan Lucien dan Harry bisa kubilang lebih sulit ditulis dibandingkan scene pertarungan lainnya. Mereka sama-sama cepat, sama-sama memiliki serangan yang akurat, tapi aku harus menunjukkan ada gap kekuatan yang jelas di antara mereka. Berulang kali, aku mengganti adegan pertarungan mereka. Jadi, maafkan kalau lama yaa. Semoga maksudku bisa tersampaikan dan kalian terhibur dengan scene pertarungan mereka.

Seri ketiga akan memiliki banyak scene pertarungan yang menguras energi. Tolong nantikan ya puncak seri ketiga ini.

Well, see you next chapter!

Continue Reading

You'll Also Like

987K 106K 62
(๐’๐ž๐ซ๐ข๐ž๐ฌ ๐“๐ซ๐š๐ง๐ฌ๐ฆ๐ข๐ ๐ซ๐š๐ฌ๐ข ๐Ÿ’) โš  (PART KE ACAK!) ๐˜Š๐˜ฐ๐˜ท๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ฃ๐˜บ ๐˜ธ๐˜ช๐˜ฅ๐˜บ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ต๐˜ช0506 า“แดสŸสŸแดแดก แด…แด€สœแดœสŸแดœ แด€แด‹แดœษด แด˜แดแด›แด€ ษชษดษช แดœษดแด›แดœแด‹ แดแด‡ษดแด…แดœแด‹แดœษดษข แดŠแด€...
229K 1.1K 9
nina and papa (21+)
221K 11.3K 32
"eh masak mati sih cuman kesedak jajan belum ketemu ayang yoongi elah" batin Aileen. Bukannya ke alam baka menemui kedua orang tuanya Aileen memasu...
115K 3.6K 54
Bagaimana rasanya menikah dengan iblis? Kenyataan itu benar benar gila DEVIL Denial Villen adalah nama siluman yang menjadi pengantar dongeng anak-an...