" Nyari Yang baik mudah, tapi nyari yang paham dan ngerti kita itu sulit"
*
*
*
*
*
_________________________
"Evan, jalannya pelan-pelan bisa, ini bukunya berat tau". Keluh Ina menenteng buku-buku bekas yang masih layak dibaca.
Pasalnya sejak Ina menutup pintu tempat bekerjanya, Evan langsung melesat pergi tanpa menunggu Ina, setelah mendapat penolakan dari gadis itu saat ia ingin membantu Ina membawa bawaannya.
"Iihh Evan ngeselin banget sih".
Evan menghentikan langkahnya, lalu menoleh kebelakang menatap jengah kearah Ina yang berjalan kearahnya dengan sangat lambat.
"Kamu mah main tinggal-tinggal aja, gak sweet banget jadi cowok".
Tanpa menghiraukan perkataan Ina, Evan mulai melangkahkan kakinya lagi, Ina berusaha menyeimbangkan langkah mereka, tapi tetap saja tertinggal.
"Van tungguin aku, kamu gak berniat ninggalin aku kan". Ina menyusul Evan yang saat ini masih berbaik hati menunggunya didepan sana.
"Lelet". Ucap Evan Singkat tapi nyelekit.
"Maaf Van, bukunya berat soalnya, lagian kamu juga jalanya cepat banget aku susah ngimbanginnya". Ina meminta maaf memilih mengalah, padahal tidak ada yang salah, karna ujungnya ia akan kalah jika berdebat dengan Evan.
"Tadi aja bilangnya, "gak papa Van aku bisa sendiri, nanti tangan kamu sakit". Sekarang malah ngeluh". Sindir Evan menirukan gaya bicara Ina.
"Ya kan tadi cuma basa-basi evan, setidaknya kamu effort dikit lah, ini Malah langsung ninggalin gitu aja".
Evan yang malas berdebat dengan ina, tanpa basa-basi langsung mengambil alih buku-buku yang berada ditangan gadis itu lalu berjalan menuju rest area tempat motornya berada. Ina yang masih terdiam segera menyusul Evan, kemudian tanpa malu menggandeng tangan Evan yang tidak memegang apa-apa.
"Nah, gitu kek dari tadi". Ina menautkan jari tangan mereka.
"Hehe, aku genggam ya, soalnya kasian kalau tangan kamu yang satunya dianggurin, nanti cemburu dianya".
Evan hanya membiarkan apa yang gadis itu lakukan hingga sampai didepan motornya. Ina mengambil alih helm yang Evan berikan kemudian berusaha menaiki motor Evan yang cukup tinggi baginya, karena motor yang evan gunakan saat ini cukup tinggi tidak seperti motor yang biasanya Evan gunakan.
"Kalau gak bisa itu bilang, gak ada salahnya meminta bantuan orang lain". Ucap Evan bersuara saat melihat Ina yang kesusahan.
Evan menjulurkan tangannya untuk membantu gadis itu menaiki motornya, dan tanpa menolak Ina langsung meraih tangan Evan lalu berhasil duduk diatas motor tersebut.
"Hehe makasih Evan".
"Pegangan, gue mau ngebut".
Tanpa basa-basi Ina langsung memeluk pinggang Evan erat dan memasukan tangannya kedalam saku Hoodie yang Evan kenakan. Selama diperjalanan Ina memilih diam menikmati langit yang tampak cerah tanpa dihiasi bintang-bintang.
"Evan ini mau kemana, arah rumah aku bukannya belok kiri tadi ya". Ina heran saat Evan malah putus melewati perumahan rumah Ina.
"Gue ada urusan bentar". Jawab Evan sedikit berteriak agar Ina mendengarnya. Ina tidak bertanya lagi, pasalnya nantinya ia juga akan tau sendiri Evan akan membawanya kemana.
Setelah menghabiskan waktu sekitar lima belas menit akhirnya motor Evan berhenti di depan gerbang yang bertuliskan SMK GALAXI. Ina sedikit heran kenapa Evan membawanya kesekolah mereka.
"Kenapa kesini". Tanya Ina saat turun dari motor.
Evan tidak menjawab, setelah mematikan mesin motornya, evan langsung melangkah masuk meninggalkan Ina yang masih berdiri ditempat. Namun beberapa saat Evan menghentikan langkahnya saat menyadari Ina tidak mengikuti langkahnya.
"Ngapain masih disitu".
"Kamu kenapa dulu bawa aku kesini". Tanya Ina heran. "Kamu mau mesum ya". Tuduh Ina memicingkan matanya menatap Evan yang berada beberapa sedikit jauh darinya.
Tatapan Evan berubah yang awalnya menatap datar, kini menatap tajam kearah gadis itu yang kini menatapnya was-was.
"Gue bilang gue ada urusan, mending otak lu dicuci dulu". Sarkas Evan menyedekapkan kedua tangan diatas dadanya.
"Yakan aku antisipasi Evan, lagian kamu ngapain bawa aku kesekolah malam-malam, kan jadi bikin
overthingking".
"Terserah kalau mau nunggu disini, gue masuk".
Tanpa mau berdebat lama, langsung saja evan masuk meninggalkan Ina yang masih terdiam dengan fikiran kemana-mana. Setelah beberapa saat berfikir Ina memilih menyusul langkah Evan.
Saat asik menatap ponselnya, evan tidak kaget lagi, dengan tangan yang tiba-tiba menggenggam tangannya, siapa lagi kalau bukan Ina. Evan menatap gadis itu sejenak lalau membalas genggaman tangan Ina, dan kembali fokus menatap ponselnya.
"OOO aku paham, urusannya soal Osis kan". Gumam Ina saat sudah berada di lapangan sekolah yang dipenuhi para anggota osis.
"Evan!". Teriak seseorang dari arah belakang mereka.
Evan yang tengah asik dengan ponselnya, seketika mengalihkan atensi kearah seseorang yang memanggilnya. Begitupun dengan Ina, menyadari siapa yang memanggil Evan, Ina memutar bola matanya jengah.
"Lu kemana aja sih, kita cariin juga dari tadi, izin kek kalau mau pergi itu".
"Gue ada urusan, lagian gue juga udah kabarin raka".
"Ck, ya senggaknya kabarin gue". Decak gigi kesal.
"Dih situ siapa, minta dikabarin segala". Ina ikut menimpali percakapan mereka.
"Loh Ina, ngapain lu disini". Tanya gigi sedikit sensi, saat menyadari keberadaan Ina.
"Gak ngapa-ngapain, liat-liat doang".
"Van lu kok bawa Ina kesini sih, bisa-bisa dia ngerepotin lu nanti".
Baru saja Evan hendak menjawab namun Ina memotong perkataannya.
"Yah terserah Evan dong, lagian kan aku ngerepotin Evan, bukan ngerepotin kamu, kenapa jadi kamu yang sewot".
"Apaan sih lu na, gue ngomong sama Evan, kenapa malah lu Mulu yang jawab".
"Suka-suka ak_".
"Ina urusan gue, jadi lu gak perlu ikut campur, lagian setelah selesai persiapan ini gue bakal pulang deluan". Evan memotong ucapan Ina.
"Lah lu gak ikut nginap Van, kok gitu sih". Ucap gigi seolah tak terima.
"Gue gak mau tau, lu harus ikut nginap juga malam ini buat jagain kita para cewek". Sambungnya.
"Dih malu kali, bukan siapa-siapa tapi sok ngatur".
"Ih lu ya, gak tau di_".
"Gak ada aturan wajib menginap, tugas gue udah hampir selesai, tidak ada lagi yang mau dikerjakan bukan". Potong Evan. "Lagian gue mau ngantarin Ina pulang, nyokap gue ngelarang Ina pulang larut malam". Sambung Evan.
Ina yang mendengar itu menjadi senyum-senyum sendiri, pasalnya dikhawatirkan ibu mertua adalah level of pain menurut Ina.
"Benar tuh, mama mertua ngelarang aku pulang larut malam tau gigi". Ucap Ina memperjelas.
"Masalah selesai, jadi tidak ada yang perlu diperdebatkan". Putus Evan. Lalu menarik tangan Ina yang masih berada digenggamanya, meninggalkan gigi yang masih terlihat kesal.
"Dari pada lu ngurusin gue, mending lu mantau anggota yang lain, dari tadi Raka hubungan gue kalau pembanguan stand bazar sudah selesai". Ucap Evan sejenak sebelum pergi meninggalkan gigi, kemudian melanjutkan langkah menuju para anggota yang terlihat tengah berkumpul.
"Nah ini dianih, akhirnya datang juga, lama banget lu Van". Raka bersuara membuat anggota yang lain menatap Evan yang berjalan kearah mereka.
"Widih malah bawa pawang kesini". Heboh Raka, membuat mereka bersiul menyoraki Evan dan Ina.
"Pembangunan stand udah sampai mana, tadi lu bilang Udah selesai". Evan memilih mengabaikan para anggota yang menyoraki mereka berdua.
"Oh iya nih, 39 tenda stand udah terpasang dengan sempurna".
"Oke, istirahat sebentar, untuk makan malam udah gue pesan, sebentar lagi sampai, setelah itu kita breafing buat keberlangsungan acara besok".
Mendengar perkataan Evan, membuat mereka bersorak heboh. Dan mulai sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing, tapi masih tetap berkumpul, menunggu makanan yang telah Evan pesan.
"Evan ayok duduk, aku capek berdiri". Bisik Ina, Karna Evan masih menggenggam tangannya, membuat Ina tidak leluasa bergerak.
"Yaelah Van, gandengan Mulu, kayak mau nyeberang jalan aja". Sindir Raka menggoda Evan yang masih bertampang datar.
Mengabaik perkataan Raka, Evan Manarik satu kursi, dan munyuruh Ina untuk duduk. Evan lebih memilih berdiri menyandarkan tubuhnya di tembok dan memiringkan ponselnya membuka apk game favoritnya.
"Evan lu gak nginap?". Tanya Raka.
"Gak".
"Ok kalau gitu gue juga gak nginap, malas banget gue tidur di sekolah, lagian masih ada Ciko sama Ihsan yang jagain ciwi-ciwi disini".
"Ini mah, gue terpaksa aja nginap karna gigi letakin gue di bagian keamanan kalau gak gue malas juga, mending ngaji dirumah". Kata Ihsan yang emang taat beribadah.
Ina mengamati mereka yang asik bercerita, bahkan Ina melihat Evan yang terkadang ikut menanggapi dan tertawa dengan lelucon yang Raka lontarkan.
Melihat itu Ina jadi ikut bahagia untuk evan, ternyata ikut organisasi Ini tidak buruk juga untuk Evan yang sangat acuh dengan pertemanan, kini Evan jadi banyak mendapatkan banyak teman baru.
"Van, liat tuh, cewek lu natapin lu Mulu, cinta banget kayaknya". Ciko yang tidak sengaja salfok melihat Ina yang menatap Evan begitu dalam.
Seketika Evan menghentikan tawanya dan mengalihkan atensinya kearah Ina.
"Kenapa?". Tanya Evan kepada Ina yang nyengir menatapnya.
"Aku laper Van, kamu masih lama gak disininya, kalau masih lama, aku mau ke indoapril depan sekolah dulu, mau ngisi perut dulu".
"Gak usah, lu disini aja". Ucap Evan membuat Ina menekukkan wajahnya cemberut.
"Laper tau". Gumam Ina pelan.
"Makanan datang". Ihsan datang dengan menenteng makanan yang telah Evan pesan.
"Pas kan, udah dibagiin ke yang lain?".
"Udah, tadi gue kasi ke gigi buat bagiin ke anggota cewek".
"Oke". Evan beranjak dari senderannya, lalu mengambil satu kota nasi.
"Nih makan". Ucap Evan menyerahkan makanan tersebut kearah Ina.
"Kamu gimana?".
"Gue belum laper, nanti setelah breafing sama anak-anak gue makan".
"Oh yaudah gak usah, aku makannya bareng kamu aja".
"Gak usah, nunggu gue kelamaan".
"Gak papa, aku tunggu kamu aja".
"Ck, makan na, tadi katanya lapar". Evan berdecak kesal.
"Yaelah kalau tau liat adegan beginian, mending gue ngontrak dimars". Jengah Raka melihat adegan didepannya. "udah na lu kalau gak mau makan mending gue aja yang makan nasi lu, perut gue masih siap nampung".
"Gak perlu, nih aku mau makan". Jawab Ina dingin. "Btw aku masih dendam ya sama kamu, soal dilapang kemaren".
"Lah bukannya kata lu gak papa, lagian gue juga udah minta maaf ke evan".
"Kan aku yang kena bola, kenapa minta maafnya ke Evan". Ina memicingkan matanya kearah Raka.
"Ya kan lu sama evan sepaket jadi gak masalah dong". Ucap Raka membela diri.
"Gak bisa gitu dong".
"Bisa gitu dong". Raka menjahili Ina.
"Gak bisa".
"Bisa".
"Enggak".
"Bis_".
"Khm, waktu istirahat hampir selesai, setelah makan gue tunggu diaula depan".
_________________________
Tbc.