Darenio [ON GOING]

By navyy40

397K 12.9K 423

Daren itu posesif, ia tak akan pernah membiarkan apa yang telah menjadi miliknya pergi. Tidak akan. Gaia jug... More

Prolog
S A T U
D U A
T I G A
E M P A T
L I M A
E N A M
D E L A P A N
S E M B I L A N
S E P U L U H
S E B E L A S
D U A B E L A S
T I G A B E L A S
E M P A T B E L A S
L I M A B E L A S
E N A M B E L A S
T U J U H B E L A S
D E L A P A N B E L A S
S E M B I L A N B E L A S
✨ V I S U A L ✨
D U A P U L U H
D U A P U L U H S A T U
D U A P U L U H D U A
D U A P U L U H T I G A
D U A P U L U H E M P A T
D U A P U L U H L I M A
D U A P U L U H E N A M 🖤
D U A P U L U H T U J U H
D U A P U L U H D E L A P A N
D U A P U L U H S E M B I L A N
T I G A P U L U H
T I G A P U L U H S A T U
T I G A P U L U H D U A
T I G A P U L U H T I G A
T I G A P U L U H E M P A T
T I G P U L U H L I M A
T I G A P U L U H E N A M
T I G A P U L U H T U J U H
T I G A P U L U H D E L A P A N
INFO
T I G A P U L U H S E M B I L A N
E M P A T P U L U H
E M P A T S A T U
E M P A T P U L U H D U A

T U J U H

11.1K 361 3
By navyy40

Pencet BINTANG dulu di bawah

happy reading🖤

[T U J U H]

Daren tak suka keramaian. Ia benci tatapan manusia ketika melihatnya. Seperti sekarang, ia sangat risih ditatap oleh segerombolan remaja yang tengah berbelanja.

Ia sungguh menyesal, seharusnya ia sewa mall ini dari tadi. 

"Gila ganteng banget," bisik segerombolan remaja tadi sembari mencuri-curi pandang terhadap Daren.

"Dia pasti udah punya pacar, terus datang ke sini buat beliin ceweknya."

"Tapi kan bisa aja dia beliin buat adeknya. Omaigat, tipe gue banget."

"But, he is very handsome, masa iya nggak punya pacar."

"Lihat-liat, dia tadi ngelirik ke gue nggak sih? Aaaaaa."


Daren menulikan pendengaran, ia mengambil boneka unicorn ke dalam troli yang isinya sudah banyak. Daren asal memilih saja, yang menurutnya bagus langsung di masukkan dalam troli. Bahkan benda seperti sisir pun ia angkut. Daren ingin cepat-cepat keluar dari tempat ramai ini.

Setelah membayar belanjaannya ia berniat untuk pulang. Dikedua tangannya penuh dengan goodie bag.

Sesampainya di rumah ia dikejutkan dengan kehadiran wanita bersurai pirang yang berkilau seperti emas.

"Mommy?"

Daren meletakkan goodie bag dengan asal, ia menghampiri ibunya yang tengah menatap bingkai foto besar. Gaia mengarah ke kamera dengan senyum manis yang menawan sedangkan Daren hanya tersenyum kaku. 

"Sendirian aja? Skala mana?" tanya Daren basa-basi, ia ikut tersenyum kala melihat foto itu.

Alana yang mendengar penuturan dari putranya langsung menghadiahi cubitan. "Kamu ini."

Daren tertawa.

Kalau dipikir-pikir ia banyak tersenyum hari ini. Mood-nya sedang bagus.

"Daddy lagi di dapur. Biasa, sifat posesifnya lagi kambuh."

Alana menunjuk dapur, di sana terlihat Skala yang tengah berkutat di depan kulkas.

"Daddy ngapain? Mau maling?"

Skala berdeham singkat, ia sedikit kaget. Tapi karena harus tetap cool dan elegan maka ia hanya melirik sekilas lewat ekor mata.

Ayah dari Daren itu mengeluarkan beberapa bahan makanan yang tak layak menurutnya. Mulai dari sayuran yang ujungnya busuk (hanya 1cm yang busuk), makanan berkaleng, dan makanan instan khas mini market.

"Kamu ini gimana sih, kulkas isinya nggak jelas semua. Ini apa nih?" Skala mengeluarkan kaleng bir dari sana.

Memicing, ia menatap putra semata wayangnya dengan intens, seperti meminta penjelasan. "Kamu minum alkohol?"

Daren memutar bola matanya. "Aku kan udah besar, Dad. Lagian ini bir doang."

"Bir doang?" Skala menatap sinis lalu membuka pintu kulkas lebar-lebar.  "Ini juga apa? Isinya soft drink semua. Buang aja, ganti pakai fresh milk."

Tentu saja ia syok, bagaimana kalau tiba-tiba temannya datang ke rumah lalu melihat isi kulkasnya. Bisa-bisa ia dikatain bayi!

Daren terbelalak ketika tangan kekar Skala mengambil seluruh minuman berkaleng lalu memasukkannya ke dalam kantong besar.

"Mommy," adu Daren dengan wajah cemberut.

Alana yang mendengar itu hanya bisa tersenyum tipis. Dari tatapan matanya seolah mengatakan 'Kalau Daddy sudah bilang begitu, Mommy nggak bisa bantu.'

"Kamu itu ngurus diri sendiri aja nggak bisa sosoan mau ngurus Gaia."

Daren mengerang marah, ia tak suka nama gadisnya disebut-sebut. Dasar, mereka itu memang seperti pinang dibelah dua.

"Dimana kamu simpan mie?"

"Daren nggak simpan mie."

"Yakin?"

"Yakin."

Skala melangkah, menarik tempat sampah yang berisi bungkusan mie instan. "Ini siapa yang makan? Elo."

Elo yang namanya dipanggil oleh Skala langsung menggonggong galak, padahal anjing itu tadi tengah tertidur. Benar-benar musuh yang abadi.

"Itu Reano. Tadi dia kesini terus bikin mie."

"Yakin?"

Menghela nafas berat, Daren mengangkat tangannya menyerah. "Itu aku Dad. Tapi serius cuma itu aja, aku nggak simpan lagi."

Skala menatapnya penuh selidik, lalu mengangguk saja. Kembali mengecek tanggal kadaluarsa bahan makanan.

Tidak tau saja dia bahwa mie instannya sudah ia simpan dengan sangat aman. Di bawah tempat tidur Elo.

"Kamu sembunyiin mie di tempat tidur Elo?"

Daren mengacak rambut frustasi. Ia sudah tak kuat jika harus berurusan dengan Skala yang sifat protektifnya seperti ini.

Ngaca bang!

"Daddy pulang aja. Aku sehat lahir batin. Tolong pergi aja."

Skala mendengus kesal, ia lalu meraih keranjang besar. Mereka berjalan menuju ruang tamu, ada yang ingin Skala sampaikan.

"Jangan apa-apain Gaia sampai usia kalian legal buat nikah. Daddy pertaruhkan nyawa Daddy sendiri  buat bolehin Gaia tinggal sama kamu."

"Hilangin sifat kasarmu itu Daren. Jangan terlalu sering membentak."

"Kalian nggak boleh satu kamar. Harus pisah, kalau sampai Daddy mergokin kalian satu kamar, habis kamu Daren. Nggak cuma sama Daddy, sama Om Geo juga."

Daren menelan ludah kasar, ia mengangguk. Setelahnya Skala pamit diikuti dengan Alana di belakangnya.

Sekarang sudah pukul 9 malam. Daren tak sabar untuk bertemu gadisnya. Ia segera menuju kamar milik Gaia. Warna biru pastel, gadis itu menyukai nuansa biru.

Cepat-cepat ia menata boneka yang dibelinya. Menaruhnya di setiap sudut kamar. Gaia suka boneka. Sepertinya? Entahlah, Daren tak pernah tau apa yang disukai gadis itu. Tapi kebanyakan perempuan suka boneka bukan?

✧✧✧


"Kakek," sapa Daren lewat ponsel.

"Siapa ya ini?"

"Daren, Kek."

"Daren siapa?"

"Astaga, cucu kakek."

Brak

Daren menahan napas ketika mendengar suara benda yang terjatuh. Apa ia terlalu pagi menelfon? Daren menatap jam dinding, lalu menelan ludah. Jam 3 pagi.

"K-kakek kenapa?"

"Maaf cucuku. Tadi masih loading dulu. Ada apa pagi-pagi buta menelfon?"

"Aku mau menitipkan Elo."

"Anjingmu yang kemarin mengigit kaki kakek itu?"

Daren menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Aduh bagaimana ini, catatan Elo dimata semua orang buruk sekali.

"Iya."

"Bukan tak boleh. Gara-gara anjingmu itu, kakek jadi tidak bisa jalan. Untung dia tidak rabies. Jujur saja Daren, kakek trauma."

"...."

"Bawa dulu saja ke rumah. Nanti biar Ares yang merawat. Dia juga pandai merawat Elo."

Fyi, kakeknya itu mempunyai hewan peliharaan juga. Namanya pun Elo. Tapi bedanya hewan peliharaan kakeknya itu harimau.

"Terima kasih, kek. Aku berangkat sekarang ya."

"Sekarang?"

"Iya, perjalanannya kan lumayan jauh. Sekalian Daren berangkat sekolah."

"Ya sudah. Hati-hati."

Tut

Setelah panggilan terputus ia segera menuruni tangga. Daren sudah siap dengan seragam OSIS-nya, rambut coklatnya pun sudah ditata dengan rapi, terakhir ditutup dengan hoodie hitam.

"I'm sorry, Elo."

Daren mengelus kepala anjingnya dengan lembut, menatap Elo yang tengah menatapnya juga. Seolah mengerti, Elo menjilati tuan rumahnya sebagai salam perpisahan. Ia menggendong Elo menuju mobil, meletakkan Elo di samping kemudi.

Butuh waktu satu setengah jam untuk sampai dikediaman Arga, kakeknya. Ia langsung dihadapkan dengan mansion mewah dengan gaya royal.

Mansion itu terletak di tengah-tengah hutan. Pintu gerbang dengan motif yang khas sudah menyambut Daren. Ia mengeluarkan kartu akses lalu pintu gerbang terbuka otomatis. Tidak semua orang bisa masuk kesini. Bahkan presiden pun tak dapat masuk bila tak mempunyai kartu akses.

Setelah menitipkan Elo ia segera pamit menuju sekolah. Matahari sudah tampak, kali ini awan tak lagi menghalangi cahaya.

Senyum Daren mengembang sempurna, tak peduli dengan badannya yang pegal setelah perjalanan tiga jam. Ia segera menuju kelas, menaruh tasnya di sana.

Daren berjalan kecil menyusuri lorong, menuju kelas Gaia. Ia yakin gadis itu ada di sana, sebentar lagi bel akan berbunyi.

Namun senyum di bibirnya sirna kala bangku nomer 2, tempat duduk Gaia, kosong. Ia segera menghampiri teman sekelas Gaia.

"Eh, Martha?" Daren menatap name tag gadis di depannya ini, berambut kriting.

"I-iya, kenapa Ren?"

"Gea mana? Kok nggak ada di sana?"

"Dia belum berangkat."

Daren bergeming. Perasaannya mulai menyerukan tak enak.

"Kalau udah dateng langsung suruh ketemu gue ya."

"Iya, Ren."

Daren melangkah lebar, berusaha menepis segala hal yang mulai mengganggu pikirannya.

Gaia tidak mungkin kabur kan?

TBC
1190 kata

waduh, udah mulai konflik aja nih.

kalian penasaran ngga sama kisahnya SKALA?

aku sebenarnya udah buat cerita tentang SKALA dan REANO

so, kalian boleh banget baca ceritaku yang lain

terima kasih sudah baca sampai akhir 🖤


21 Desember 2023


Continue Reading

You'll Also Like

830K 13.6K 21
Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembunuhan beberapa tahun silam. Beberapa hari tinggal di rumah itu Megan tidak me...
44.4K 198 3
Bukan Rivan untuk Difa, tapi sebaliknya. Rivan si cowok ganteng, populer, cerdas. Dan Difa kebalikannya. ___________________________________________...
3.7K 141 18
BUKAN KONTEN 🔞 Penggunaan bahasa asing (French/Germany/China/English) >> tapi udah diterjemahin ke dalam bahasa indonesia Penggunaan bahasa semi fo...
219K 11.5K 43
" Ogan,, hiks.. Kenapa kamu berubah?" " Diem!!" Titah Morgan menatap Nabila tajam. Bila terus menatap Morgan "Dimana Ogan-nya Bila yang dulu?" "Shu...