Jilid III. Celena and The Bro...

By Liana_Pram

6.6K 1.3K 2.3K

[Seri ketiga Celena Series] [Baca "Celena and The Born of New Sword" dan Celena and The Cursed Sisters terleb... More

Bab Satu
Bab Dua
Bab Tiga
Bab Empat
Bab Lima
Bab Enam
Bab Tujuh
Bab Delapan
Bab Sembilan
Bab Sepuluh
Bab Sebelas
Bab Dua Belas
Bab Tiga Belas
Bab Empat Belas
Bab Lima Belas
Bab Enam Belas
Bab Tujuh Belas
Bab Delapan Belas
Bab Sembilan Belas
Bab Dua Puluh
Bab Dua Puluh Satu
Bab Dua Puluh Dua
Bab Dua Puluh Tiga
Bab Dua Puluh Empat
Bab Dua Puluh Lima
Bab Dua Puluh Enam
Happy 4th Anniversary Celena Series!
Bab Dua Puluh Tujuh
Bab Dua Puluh Delapan
Bab Dua Puluh Sembilan
Bab Tiga Puluh
Bab Tiga Puluh Satu
Bab Tiga Puluh Dua
Bab Tiga Puluh Tiga
Bab Tiga Puluh Lima
Bab Tiga Puluh Enam
Bab Tiga Puluh Tujuh
Bab Tiga Puluh Delapan
Bab Tiga Puluh Sembilan

Bab Tiga Puluh Empat

120 22 36
By Liana_Pram

Bilah pedang yang saling beradu disertai suara teriakan penuh semangat dari kedua sisi menjadi melodi peperangan antara Eona dan Euza. Dua kerajaan timur ini menambah babak baru pada rangkaian pertempuran antarsaudara yang telah terjadi setidaknya selama seratus sampai dua ratus tahun terakhir.

Laki-laki berambut oranye berlari menuju belasan prajurit yang berbaris dengan pedang terangkat. Namun, mereka bukanlah halangan bagi si laki-laki berambut oranye. Hanya berbekal tangan kosong, dia bisa menumbangkan mereka dan berada di sisi lain tanpa luka segores pun.

"Yosh!" teriak Jack penuh semangat. Dia meninju telapak tangannya sendiri. "Sudah lama aku tidak merasa sesemangat ini."

"Tetap perhatikan sekitarmu, Jack," ujar Oscar yang berada tak jauh dari Jack. Dia mengayunkan pedang rapier pada prajurit yang berniat menyerangnya dari samping.

"Mereka bukan masalah yang besar," kata Jack menonjok muka salah seorang prajurit ke tanah.

Darah merembes keluar dari balik helm si prajurit setelah menerima pukulan Jack yang begitu kuat sampai membuat tanah di sekitarnya hancur. Jack kembali berdiri tegak lalu membenarkan sarung tangan hitamnya.

"Sekali-kali kau harus mendengarkan ucapan Oscar, Jack," ujar Julius dari belakang punggung Jack.

Jack menoleh dan mendapati tiga prajurit Euza sudah terkapar di tanah. Julius mengayunkan pedang besarnya untuk membersihkan noda darah yang menempel di sana.

"Menyembunyikan diri lalu menikam korban adalah keahlian mereka," lanjut Julius.

"Ah, benar juga," sahut Jack setuju.

"Omong-omong, aku tidak melihat prajurit atau kesatria Noines sedari tadi," kata Oscar setelah menendang prajurit Euza yang berusaha menahan pergerakannya. "Aku juga tidak melihat kesatria kelas atas milik Euza."

"Benar juga. Aku baru sadar," ucap Jack.

Tiga panah api diluncurkan ke arah pasukan Euza. Suara hantaman diikuti teriakan terdengar dari arah jatuhnya panah.

"Mereka mungkin sedang menghadapi lawan yang lebih kuat di Gua Cranberra," sahut Simon seraya mempersiapkan kembali panahnya. "Bukankah seharusnya mereka sudah sampai?"

"Benar juga. Jika tidak ada halangan atau tidak tersesat, mereka seharusnya sudah sampai," kata Oscar.

"Jadi, tidak aneh kalau mereka tidak ikut dalam perang ini karena kondisi di sana lebih genting bagi mereka," tambah Simon.

Jack menghantam kepala prajurit ke tanah cukup keras. "Entah kenapa, aku jadi kesal mendengarnya."

"Aku juga."

Julius mengayunkan pedang secara horizontal yang membuat lima prajurit tergeletak sekaligus. Dia berbalik lalu menatap rekan-rekannya bergantian.

"Bagaimana kalau kita menyelesaikan ini lebih cepat lalu ikut berperang di sana?" usul Julius.

"Setuju!" sahut ketiga Paladin bersamaan.

***

Raphael, Harry, dan Jean duduk mengelilingi sebuah meja panjang dengan wajah serius. Bidak-bidak berwarna pirus dan abu-abu ditempatkan di atas peta Fanala yang tergelar di meja itu. Ketukan pelan dari luar membuat perhatian mereka teralihkan.

"Masuk," ucap Raphael.

Pintu terbuka. Aura masuk bersama seorang prajurit.

"Lapor, Tuan Kesatria. Kami sudah mengirimkan pasukan bantuan. Mereka seharusnya tiba besok dini hari," jelas Aura.

Raphael mengangguk-anggukan kepala. "Apakah peperangannya sudah dimulai?"

"Mereka sudah mengeluarkan suara peringatan terakhir. Sepertinya peperangan telah dimulai," jawab Aura lalu duduk berlutut di depan Raphael.

Raphael menyentuh kepala Aura. "Ya, peperangan sudah dimulai." Dia menjauhkan tangannya dari kepala Aura. "Tidak sepertinya biasanya, mereka terlihat lebih agresif kali ini."

"Benarkah?" tanya Harry tidak percaya.

"Iya," jawab Raphael diikuti anggukan kecil. "Mereka tidak memberi sedikit celah untuk kita melakukan serangan balik."

"Apa mungkin mereka percaya diri karena mereka tidak melihat Suzanne atau Aura?" duga Jean.

"Tidak. Menurutku, mereka bertindak agresif karena mereka ingin merebut kembali Lumina," bantah Raphael.

"Itu berarti mereka sudah mengetahui nilai Lumina," imbuh Harry yang langsung disambut anggukan kecil dari Raphael.

"Jean, tolong tuliskan surat pemberitahuan pada Yang Mulia kalau kita memerlukan bala bantuan," pinta Raphael pada Jean. "Aku ragu mereka bisa memenangkan perang ini."

"Baik."

Suara alarm yang berbunyi nyaring membuat semua orang terperanjat. Tak berselang lama, ketukan cepat dan terburu-buru terdengar dari arah pintu. Tanpa menunggu jawaban dari dalam, seorang prajurit berzirah abu-abu masuk dengan napas terengah-engah.

"Apa yang terjadi?" tanya Aura.

"Lapor. Kami menemukan ada penyusup di pertigaan pertama pintu selatan."

"Rasanya baru kemarin aku mendengar laporan seperti ini." Harry memutar bola matanya. Dia lalu menatap Aura tajam. "Apa kalian mencoba menipu kami lagi dengan trik yang sama?"

Aura menoleh cepat ke Harry seraya menggelengkan kepala. "Tidak, Tuan Kesatria. Saya benar-benar tidak tahu tentang kejadian hari ini."

"Berapa jumlah penyusupnya?" tanya Raphael tenang.

"Enam orang. Tiga laki-laki dan tiga perempuan. Salah seorang di antara mereka menggunakan pedang berwarna hitam."

"Pedang berwarna hitam?" Kelopak mata Raphael melebar.

"Iya," sahut si prajurit diikuti anggukan. "Dia berhasil menerobos dan mengalahkan belasan kesatria dengan mudah."

Raphael bangkit dan langsung berjalan menuju ke pintu. Harry, Jean, dan Aura mengikuti laki-laki itu dari belakang.

"Hanya ada satu orang yang kukenal menggunakan pedang berwarna hitam," kata Raphael seraya berjalan dengan langkah besar dan terburu-buru. "Bersiaplah untuk bertarung."

"Baik," sahut Harry dan Jean bersamaan.

***

"Aargh!"

Seorang prajurit berzirah abu-abu gelap terlempar ke belakang dengan luka tebas di dada. Dan yang baru saja melakukan gerakan horizontal langsung memosisikan pedangnya tegak kembali untuk menahan serangan dari seorang prajurit di sebelah kiri.

"Fire Arrow!"

Lima kesatria merapalkan sihir api ke arah Dan. Kelima panah api itu hampir mengenai Dan. Namun, lima jarum es milik Mira lebih dulu menghantam mereka. Ledakan yang cukup besar pun tak terhindarkan. Akibat ledakan itu, kabut tipis muncul menyelimuti bagian bawah altar Mana untuk sesaat.

"Tembak!" seru seorang kesatria yang sepertinya kepala regu pemanah.

Puluhan anak panah menghujani kelompok Dan yang baru saja keluar dari lorong panjang tempat mereka berasal tadi. Lucien dan Pierce dengan sigap berdiri di depan Leticia dan Alicia. Dua kesatria itu mengayunkan pedang dengan gerakan seirama untuk menghalau anak panah yang mengarah pada mereka.

Alicia mengangkat busur lalu mengambil anak panah dari belakang punggung dengan tangan kanannya. Dia lalu membidik ke arah kesatria yang tadi memberi perintah untuk melepaskan anah panah ke mereka.

"Targeting. Accelerating Object." Panah milik Alicia melesat seraya mengeluarkan cahaya kehijauan. "Multiply."

Panah itu menggandakan diri menjadi tiga beberapa meter sebelum mengenai si kesatria penjaga. Alhasil, tidak hanya berhasil menumbangkan si kesatria yang menjadi ketua regu pemanah, panah Alicia juga melukai dua orang lainnya.

Leticia mengedarkan pandangan. Tatapan mata cokelat hazel itu terhenti pada Pilar Mana yang berdiri kokoh di dataran tinggi sebelah kanan mereka.

"Di sana!" seru Leticia sambil menunjuk ke Pilar Mana. "Kita harus hancurkan pilar itu."

Dan mengikuti arah tatapan Leticia sejenak lalu menendang perut prajurit yang sedari tadi menahannya. Dia mulai berlari menuju Pilar Mana.

"Jangan biarkan dia mendekati pilar!" seru salah seorang kesatria yang memakai baju zirah berwarna perak.

"Hiyaah!!"

Lima orang berlari menuju Dan dengan pedang terangkat.

"Minggir!"

Dan mengayunkan pedangnya secara horizontal. Kelima kesatria itu terhempas ke belakang dengan luka tebas di perut atau dada mereka. Tidak memberi waktu untuk tubuhnya istirahat, Dan kembali berlari. Dia bahkan meningkatkan kecepatannya dalam berlari.

Sepanjang dia berlari, tatapan Dan terus tertuju pada pilar yang bermandikan cahaya rembulan. Pilar yang telah menyerap sumber Mana dan menjadi penyebab Celena terus tertidur. Dia harus segera menghancurkannya. Dia ingin segera bertemu kembali dengan Celena.

Dua prajurit terakhir yang menghalangi jalannya telah dia kalahkan. Mereka tersungkur di sisi jalan. Jalan menuju Pilar Mana sangat lenggang. Tidak ada lagi yang menghalangi dirinya. Dan baru saja mau melangkah mendekat, tetapi sesuatu mencengkram bahunya. Dia membawa tubuh Dan menjauh sebelum melempar Dan ke sisi barat.

Tubuh Dan menghantam keras dinding di sisi barat. Sangat keras sampai membuat dinding itu hancur. Darah mengalir dari dahi Dan. Dia menengadah. Seekor makhluk bertubuh singa dan berkepala rajawali mengepakkan sayapnya dengan indah. Seseorang turun dari punggung makhluk mistis itu.

"Memperlambat pergerakan dan memperkuat tubuh untuk mengurangi tingkat cedera yang akan kau terima, seperti yang diharapkan dari Kesatria Terkuat Fanala. Serangan remeh seperti ini tidak akan cukup untuk menumbangkanmu."

Dan bangkit dari reruntuhan. Dia mengaktifkan sihir Light Heal seraya kembali memasang posisi siap. Si kesatria berjubah putih telah mengambil tombak yang memiliki bilah besar di kedua sisi dari bayangan putih yang muncul di sampingnya. Hembusan angin kencang terjadi ketika dia mengayunkan tombak besar itu

"Aku yang akan menjadi lawanmu, Dan Leonard," ujar Jean.

***

Hello, Liana here!!

Yuhuu, siapa yang sudah menunggu scene pertarungan? Ayo, angkat tangan kalian.

Finally, babak awal pertarungan panjang antara empat kerajaan dalam mempertahankan ideologi dan tujuan mereka masing-masing telah dimulai. Gimana pendapat kalian tentang bab ini? Mulai terasa intens? Mendebarkan? Atau mungkin ada yang udah deg-deg ser waktu scene Dan terlempar ke sisi lain? Harap mempersiapkan mental kalian ya karena adegan pertarungan di seri ketiga ini akan jauh lebih menguras emosi dan pikiran kalian dibandingkan seri sebelumnya.

Jean menghalangi langkah Dan menuju Pilar Mana. Apakah Dan bisa melewati Jean? Lalu, kira-kira siapa yang akan menghadapi Raphael, Harry, dan Aura? 

Well, see you next chapter!

Continue Reading

You'll Also Like

531K 49.7K 20
[BUKAN TERJEMAHAN!] Deenevan Von Estera adalah Grand duke wilayah utara yang terkenal tertutup. Dia adalah pemeran antagonis dari cerita berjudul "Be...
430K 47.6K 44
Karena kesamaan rupa antara gundik yang ditemuinya di rumah bordil dengan Parvis Loine sang tokoh utama wanita sekaligus gadis yang dicintai oleh Ize...
92.2K 6.6K 22
Sebagai pembunuh selama 10 tahun Helen mencapai titik jengahnya. Tidak ada hal baru yang membuatnya memiliki nafsu untuk hidup. Pelariannya saat ini...
112K 3.5K 54
Bagaimana rasanya menikah dengan iblis? Kenyataan itu benar benar gila DEVIL Denial Villen adalah nama siluman yang menjadi pengantar dongeng anak-an...