VaNa(ON GOING)

By Heldainaa

59.9K 2.8K 1K

"Capek boleh, nyerah jangan. Cobalah istirahat sejenak, terkadang berjuang juga butuh tenaga". Itulah prinsip... More

1. Pertemuan Pertama
2. EVAN SAPUTRA
3. Pendekatan
4. Maju terus
5. Kesempatan
6. Berkunjung
7. Definisi Jodoh datang sendiri
8. Peningkatan?
9. Bad day and Good day
10. Sakit
11. pendekatan Nafi
12. Membujuk
13. Sleep Call
14. Undangan Hari minggu
15. Restu dari mama
16. Membingungkan
17. Ada yang Salah
18. Mengungkapkan
19. Sulit dimengerti
20. Waktunya untuk Berhenti
21. Cukup Paham
22. Asing
23. Camping
24. Nyusahin
25. Tanda tanya
26. Mimpi Buruk
27. Stuck
28. Baik
29. Apa lagi
30. Biasa, manusia
31. Gosip lagi
32. 1/2 kebenaran?
34. Bohong tapi jujur
35. Berulah
36. Speechless
37. Diluar Ekspektasi
38. Hampir
39. H-1
40. Penjelasan Billa
41. Sudah Tau
42. Silent But Care
43. Hari H
44. Gengsi vs GR
45. Ina Joules
46. Titik terendah
47. Tempat Ternyaman
48. Evan Buaya
49. Ina kenapa
50. Ungkapan Dari Hati
51. Kita bikin Romantis
52. orang bilang
53. Terlupakan
54. Tanpa effort
55. Sakit
56. Tentang Ina
57. Kehilangan?
58. Sama Tapi Beda

33. Alasan

908 50 2
By Heldainaa

Bahkan jika semua itu palsu,
Terimakasih telah membuatku
Merasa dicintai.

*

*

*

*

*

_________________________

Setelah setengah jam lamanya perjalanan mereka,  akhirnya mereka sampai di rumah Ina, motor Evan berhenti tepat didepan pekarangan rumah itu. Evan memperhatikan setiap sudut luar rumah Ina yang masih tampak sepi, ya walaupun harusnya emang sepi, tapi kali ini kendaraan penghuni rumah yang satunya tidak terlihat dimata Evan.

"Kenapa? Mau mampir?". Tanya Ina yang memperhatikan Evan. "Lain kali aja ya Van kalau mau mampir, kak kia juga belum pulang kayaknya". Lanjut Ina.

"Langsung masuk, jangan kemana-mana, kalau ada apa-apa kabarin gue". Kata Evan, lalu menyalakan motornya.

"Siap pak bos, makasih Evan, aaaa Evan perhatian banget deh, kan Ina jadi makin sayyaang". Ucap Ina dengan tidak tau malunya.

Evan menghembuskan nafasnya jengah, ia memilih mengabaikan perkataan Ina, lalu melajukan motornya meninggalkan pekarangan rumah gadis itu.

"Yess akhirnya pergi juga". Lega Ina setelah memastikan Evan tak terlihat matanya lagi.

"Waduh, bahaya, bisa-bisa telat nih aku,  mending ganti baju dulu deh". Panik Ina, memasuki rumahnya, lalu segera mengganti pakaiannya.

Setelah siap dengan segala penampilannya, Ina langsung berlari  menuruni anak tangga, namun sebelum menginjak anak tangga terakhir, Ina dikagetkan dengan suara kia yang tiba-tiba berada dibelakangnya.

"Mau kemana, kok rapi banget? Udah mau malem ini".

"Ini kak, mau buat tugas". Jawab Ina, matanya melirik kesana kemari menunggu perkataan kia selanjutnya.

"Tugas apa?".

"Iya tugas sekolah, soalnya Ina udah banyak ketinggalan, Ina mau ke perpustakaan buat ngerjain tugasnya, lagian biar ngembaliin mood nugas juga, habisnya kalau kelamaan dikamar bikin Ina makin stres kak". Alibi Ina panjang lebar.

Kia memicingkan matanya kepada Ina, namun beberapa detik kemudian ia menganggukkan kepalanya seolah mengerti.

"Oooh, Oke deh, pulang nya jangan malam-malam ya". Kata kia memberi izin. Lalu berjalan kembali menuju kamarnya.

Ina menatap dalam punggung kia dari belakang, Ina merasa kasihan kepada kia, kakaknya itu tampak begitu lelah, matanya terlihat letih seperti orang yang kurang tidur.

"Pokoknya aku gak boleh jadi beban buat kak kia, aku harus bisa bantu kak kia". Gumam Ina semangat. Lalu buru-buru berlari keluar rumah menuju halte.

Jam sudah menunjukan pukul 16.00. Setelah menunggu bus selama lima menit, bus tersebut datang dengan dipenuhi anak-anak yang tampaknya baru pulang sekolah. Segera Ina menaiki bus itu, tujuannya saat ini adalah, Gramedia, yang pastinya tempat perkumpulan buku-buku dari berbagai jenis gendre.

Bukan ingin belajar ataupun membaca, kali ini tujuan Ina ketempat itu adalah untuk bekerja, biar bisa meringankan dan membantu tugas kia untuk mendapatkan uang, agar keberlangsungan hidup mereka terpenuhi.

Perlu digaris bawahi, keluarga ina bukanlah dari kalangan orang yang berada,  Bukan juga tidak punya, ataupun miskin, mereka keluarga sederhana yang dilimpahi akan kasih sayang satu sama lain.

Bahkan Buna liya dan ayah ata sudah menyiapkan tabungan mereka berdua yang mungkin bisa mereka pakai sampai 5 tahun yang akan datang, jika orang tuanya masih ada. Namun, hidup dengan bergantung pada uang tabungan itu tidak akan cukup, untuk menopang kebutuhan yang kian hari kian bertambah.

Mereka harus memulai lagi dari awal, kia yang berusaha untuk terus membangun perusahaan ayahnya agar bisa bertahan dan tetap berjalan, dan agar jerih payah ayahnya tidak terbuang sia-sia. Membuat Ina semakin merasa bersalah karna tidak bisa membantu apa-apa.

Maka dengan itu Ina memutuskan untuk mencari pekerjaan, setidaknya ia tidak perlu merepotkan kakaknya lagi untuk masalah uang. Dan ini salah satu alasan Ina meninggalkan sekolah lebih awal pada saat itu. Ina mendapatkan pekerjaan, sebagai pengurus perpustakaan, dan hari ini adalah hari pertamanya bekerja.

*****

Disinilah Ina berada, gudangnya sejuta buku, berdiri memegang sapu, menatap langit-langit ruangan yang lumayan berdebu.

"Kamu yakin ingin bekerja? Kamu masih sekolah kan?".

"Yakin buk, ibu tenang aja, ini gak bakalan ganggu proses sekolah dan kerja Ina kok ". Ucap Ina semangat.

"Oke, kalau begitu tugas kamu, mengurus semua hal yang ada di perpustakaan ini, mau pembelian ataupun peminjaman buku, bahkan kebersihannya juga ya, tenang aja soal bersih-bersih nanti kamu dibantu sama buk melin, petugas kebersihan disini".

"Oke baik buk". Kata Ina menanggapi dengan antusias.

Ina bekerja dengan serius, mulai dari membersihkan debu, menata buku-buku, bahkan menyapa setiap pelanggan yang masuk. Hingga ia tidak menyadari hari yang tadinya siang sudah berganti menjadi malam.

Setelah mendapatkan waktu senggang barulah Ina istirahat, ia duduk di pojok ruangan untuk mengisi energinya kembali. Ketika teringat perkataan Evan yang katanya akan menghubunginya, Ina langsung memeriksa hpnya yang ternyata dari tadi dalam mode hening.

"Waduh gawat nih". Ucap Ina, saat melihat 20 notifikasi panggilan masuk tak terjawab dari Evan. Segera Ina menelpon balik, yang langsung dijawab sama si empu.

"H-halo Evan".

"Kemana aja lu, susah banget di hubungi". To the point Evan.

"Maaf aku tadi ketiduran van". Bohong Ina mengucek matanya, cari aman dulu.

"Lu masih niat sekolah kan? Kalau udah gak niat bilang, biar gue gak perlu repot-repot buat ngurusin masalah lu, ingat na, saat ini yang butuh itu lu bukan gue". Sarkas Evan, yang tidak mendapati jawaban dari Ina, beberapa detik kemudian barulah Ina merespon perkataan Evan.

"Maaf ngerepotin lagi". Hanya itu yang bisa Ina katakan.

Ina sadar sudah terlalu banyak ia merepotkan evan. Tapi di satu sisi ia sangat bersyukur atas segala perhatian dan ocehan yang Evan berikan padanya, setidaknya masih ada beberapa orang yang masih peduli padanya.

Bukannya jawaban, Ina malah mendapatkan vidio call dari Evan. Buru-buru Ina merapikan penampilannya agar tidak terlihat lusuh.

"Hehe hai". Kata Ina setelah melihat wajah datar Evan dari seberang panggilan.

"Gak usah cengengesan, lu udah hapal sama materinya gak?". Kata Evan serius.

"Aku udah baca-baca kok tadi, aku ushain buat hapalin, kamu tenang aja aku gak bakalan jadi beban kok dikelompok kamu".

"Bagus".

"Tapi Van, aku gak enak Sama yang lainnya, kayaknya mereka gak suka aku gabung sama kalian van, dari tadi aja pas aku sapa di grup chat gak ada yang respond, malah kamu yang baru aja chat langsung direspon sama mereka".

"Biarin aja, nanti gue yang ngomong sama mereka, lu cukup belajar aja".

"Siapp Evan hahah". Hormat Ina kepada evan dengan tawa andalan diakhir kalimat nya.

"Evan, kan kamu gak ada pacar bohongan lagi tuh, dan gak main dramaan lagi, nah boleh gak sih, aku suka sama kamu hehe". Lanjut Ina mengubah topik absurd untuk mencairkan suasana, sepertinya urat malunya sudah putus jika didepan Evan.

Evan hanya bersedekap dada menatap Ina datar, seolah yang Ina katakan bukan apa-apa. Padahal butuh keberanian tingkat tinggi, buat mengatakan hal tersebut bagi Ina.

"Soalnya kamu baik banget Van, kan Ina jadi baper". Lanjut Ina salah tingkah sendiri lalu menutup wajahnya.

"van aku tuh senang tau kamu udah baik lagi sama aku Van". Ina terus melanjutkan ocehan nya agar topik mereka tidak terputus. Tetapi tetap tidak ditanggapi oleh Evan.

"Evan tetap baik ya Sama aku Van, jangan jauhin aku lagi, aku gak suka kamu jauhin, kalaupun kamu gak suka sama aku, aku harap kamu gak jauhin aku kayak  kemaren". Ucap Ina, tidak mau menyerah dengan topik itu, sampai Evan menanggapinya.

"Van kalau kamu natapin aku terus aku jadi salting tau, aaa atau aku tau nih, kamu suka ya sama aku". Kata Ina dengan rasa pede tingkat akut, yang sudah tak tertolong lagi.

"Canda kok Van, canda aja nyah, jangan serius kali natapnya". Lanjutnya saat tak mendapat respon apa-apa dari Evan. Evan tetap tak merespon dan malah menatap Ina intens. Ina yang ditatap seperti itu jadi makin salah tingkah.

"Lu dimana na?". Tanya Evan yang langsung membuat Ina terdiam mematung.

"Aku-- aku dirumah lah, dikamar". Bohong Ina, tampak risau, apa Evan mengetahui kalau dia sedang tidak berada dirumah fikir Ina.

"Ck, bohong lu gak keren na". Evan berdecak kesal yang langsung membuat Ina diam seribu bahasa. "Sherlock sekarang". Titah Evan, yang langsung membuat Ina berfikir keras  untuk memilih kata apa yang dapat meyakinkan Evan.

Evan tidak boleh tau kalau dirinya bekerja, karna jika Evan tau, kia pasti akan tau, dan pastinya dia tidak akan mendapatkan izin dari kakaknya itu, Ina hanya ingin kia fokus dengan karir dan kuliahnya saja tanpa perlu memikirkan hal lain. Ina sudah memutuskan untuk tidak merepotkan kia untuk masalah peruangan.


_______________________

Tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

3.3M 209K 45
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
496K 37.3K 44
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
886K 6.3K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
1.8M 193K 52
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...