VaNa(ON GOING)

By Heldainaa

57.7K 2.7K 1K

"Capek boleh, nyerah jangan. Cobalah istirahat sejenak, terkadang berjuang juga butuh tenaga". Itulah prinsip... More

1. Pertemuan Pertama
2. EVAN SAPUTRA
3. Pendekatan
4. Maju terus
5. Kesempatan
6. Berkunjung
7. Definisi Jodoh datang sendiri
8. Peningkatan?
9. Bad day and Good day
10. Sakit
11. pendekatan Nafi
12. Membujuk
13. Sleep Call
14. Undangan Hari minggu
15. Restu dari mama
16. Membingungkan
17. Ada yang Salah
18. Mengungkapkan
19. Sulit dimengerti
20. Waktunya untuk Berhenti
21. Cukup Paham
22. Asing
23. Camping
24. Nyusahin
25. Tanda tanya
26. Mimpi Buruk
27. Stuck
28. Baik
29. Apa lagi
30. Biasa, manusia
32. 1/2 kebenaran?
33. Alasan
34. Bohong tapi jujur
35. Berulah
36. Speechless
37. Diluar Ekspektasi
38. Hampir
39. H-1
40. Penjelasan Billa
41. Sudah Tau
42. Silent But Care
43. Hari H
44. Gengsi vs GR
45. Ina Joules
46. Titik terendah
47. Tempat Ternyaman
48. Evan Buaya
49. Ina kenapa
50. Ungkapan Dari Hati
51. Kita bikin Romantis
52. orang bilang
53. Terlupakan
54. Tanpa effort
55. Sakit
56. Tentang Ina
57. Kehilangan?
58. Sama Tapi Beda

31. Gosip lagi

870 48 20
By Heldainaa

Semua orang emang punya otak, tapi tak semua orang menggunakan otak tersebut dengan benar. Itulah yang membuat manusia terkadang terlihat bodoh.

*

*

*

*

*


Baru saja Ina menduduki bangkunya, buk metta masuk ke kelas dengan gaya elegant bak ratu yang harus diagungkan.

Ina mengalihkan pandanganya agar tidak bekontak mata dengan guru tersebut. Namun Tanpa aba-aba buk metta langsung menunjuk Ina dengan penggaris kayu panjang, yang membuat Ina mati kutu.

"Ina, maju kedepan". Kata buk metta tak terbantah. Ina mengangguk, lalu maju kedepan dengan jantung yang deg-degan.

"Gimana, Lancar bolosnya? Ada niatan lagi gak harini"sindir buk metta, yang membuat Susana menjadi riuh.

"Maaf buk, saya siap terima sangsinya". Jawab Ina berusaha mengabaikan keriuhan kelasnya itu.

"Untuk kali ini kamu saya bebaskan, lain kali jangan diulang, hukuman kamu akan diberikan sama Evan sebagai penanggung jawab osis". Jelas buk metti.

Ina langsung menatap kearah evan yang sedang membaca buku dengan senyum misterius. Namun evan tampak tak tertarik dengan topik yang sedang mereka hebohkan.

"Dan satu lagi, kamu sudah banyak ketinggalan materi selama seminggu ini, jadi jika kamu masih niat untuk sekolah, tolong kerjakan semua tugas yang tertinggal, kamu bisa tanyakan pada evan jika tidak mengerti, saya harap tidak ada penurunan nilai dari kamu Ina". Nasehat buk metti.
"Evan, untuk nilai Ina yang menurun saya serahkan ke kamu, tolong bantuannya ya". Lanjut buk metti, yang membuat evan mengalihkan fokus dari bukunya.

Evan mengiyakan dengan anggukan kepala, lalu menatap Ina yang sedang menunduk, tampak seperti berfikir keras. Ntah apa yang gadis itu fikirkan.

"Oke Ina, kamu bisa kembali ketempat".

"Baik makasih ibu".

Selama pembelajaran berlangsung, suasana tampak begitu tegang bagi Ina, ia harus lebih serius dalam memahami materi kali ini, karna ia sudah jauh tertinggal. Ditambah fikirannya bercabang memikirkan bagaimana caranya ia membagi waktu.

"Tumben serius na, biasanya lu asik tidur". Kata Billa memecahkan keseriusan Ina.

"Hehe perkara jauh tertinggal ini bil, kalau gak, gak bakal seserius ini".

"Gak papa na, kan nanti lu dibantuin evan belajarnya, jadi santai aja". Kata Billa, yang hanya dibalas cengengesan oleh Ina.

Ting Ting Ting

Suara bell berbunyi menandakan jam istirahat telah tiba. Semua murid langsung berhamburan untuk mengisi perut mereka menuju kantin.

Ina memutuskan untuk berdiam dikelas, karna Wawa dan Fani tidak pergi kekantin, mereka pergi ke perpus, untuk mengerjakan tugas kerkomnya. Sebelum pergi mereka sudah mengabari Ina, untuk makan deluan, karna mereka akan lama.

Ina yang tengah fokus menatap langit dari dalam jendela, seketika dibuat kaget dengan tumpukan buku yang tiba-tiba diberikan padanya.

"Dari pada ngelamun, mending lu salin semua materi yang gak jadi lu tulis kemaren". Kata Evan yang sudah berganti pakaian menggunakan baju olahraga.

"Kamu ikut lomba basketnya ya Van?". Tanya Ina yang malah mengabaikan perintah Evan.

"Salin na". Kata Evan membuka satu buku yang harus Ina catat terlebih dahulu. "Dan soal tugas kelompok, lu masuk kelompok gue, malam nanti gue kerumah lu, buat ngajarin materinya".

"Malam nanti gak bisa". Tolok Ina langsung mentah mentah.

"Kenapa?".

"Aku— aku ada urusan". Jawab Ina gugup.

"Urusan?".

"Adalah pokoknya, lagian emang kelompok kamu bolehin aku gabung? Emang mereka gak marah gitu, aku yang gak ada kerja malah tiba-tiba gabung".

"Gak masalah buat gue, lu bisa presentasikan". Kata Evan yang tak peduli dengan alasan Ina.

"Tapi kan nanti mereka marahnya sama aku, kalau aku digiba—".

"Abaikan aja, lagian mereka gak ada hak buat marah karna lu gak ada bantu, soalnya mereka juga beban bagi gue, setidaknya gue punya satu anggota yang bisa gue andalkan".

"iiis tapikan—".

"Mau pake alasan apalagi, banyak banget alasannya". Kata Evan yang terlihat kesal.

"Enggok loh, masak kamu malam - malam datang kerumah aku, apa kata tetangga". Alibi Ina kalini membuat ia percaya diri, agar Evan tak jadi kerumahnya. Evan menghembuskan nafasnya kasar, lalu menatap Ina yang sedang tersenyum bodoh kearahnya. Baiklah alasan kali ini bisa ia terima.

"Oke gue gak jadi kerumah lu, gantinya lu aktifin hp lu, nanti gue vc buat jelasin materinya". Final Evan.

"Oke siap pak waketos". Hormat Ina kepada evan.

"Sekarang lu salin bukunya, gue keluar dulu". Titah Evan, lalu meninggalkan Ina sendiri dikelas. Saat Evan pergi Ina langsung mengeluarkan bukunya untuk melaksanakan apa yang evan perintahkan.

*****

Ditengah aktifitas menulisnya, Ina merasakan lapar diperutnya. Saat ia menatap sekitar Ina baru  tersadar selama setengah jam, ia masih sendiri dikelasnya itu. Saat menyadari ada notif dari grup kelas, barulah Ina tau kalau mereka sedang jamkos, yang artinya tidak ada guru yang masuk untuk mengisi pelajaran.

Ina memutuskan untuk meninggalkan kelasnya, menuju kantin untuk mengisi perutnya yang terasa perih. Selama diperjalanan menuju kantin, Ina dibuat bingung dengan keadaan sekolahnya yang tampak sepi tak seperti biasanya.

"Orang-orang pada kemana sih, kok kayak lenyap tak tersisa". Heran Ina yang menatap seluruh sisi kantin, namun tak mendapatkan seorang siswapun.

"Apa udah pada pulang ya? Lah aku ditinggal sendiri dong kalau mereka pulang, ini Wawa sama si Fani tumben gak ada kasih kabar". Gumam ini mengoceh sendiri.

"Bunda, ini masih buka kan?". Tanya Ina memastikan.

"Masih kok nak Ina, kan belum pada pulang, ibu tutup barengan sama sekolahnya". Tutur bunda kantin.

"Oooh, kirain udah tutup, soalnya sepi banget. Terus ini orang-orang pada kemana ya Bun? Bunda tau gak?".

"Kayaknya di lapangan nak, soalnya kalau gak salah dengar, tadi anak-anak pada heboh soal tanding basket gitu". Jelas bunda kantin, yang membuat Ina langsung teringat Evan yang memakai baju olahraga basket.

"Oalah pantesan, kirain mereka udah pada pulang Bun, yaudah deh Bun, makasih infonya, kalau gitu Ina pergi dulu ya hehe". Kata Ina lalu berlari menuju tempat yang mereka bahas tadi, dan melupakan niat awalnya ke kantin.

Saat sudah berada di lapangan, Mata Ina berbinar melihat seseorang yang sangat ia kenal, sedang bertanding ditengah lapangan. Karna badannya yang kecil, Ina jadi gampang buat menerobos ke depan untuk melihat lebih dekat pertandingan tersebut.

"Evannn semangat!!!". Teriak Ina saat sudah berada di posisi paling depan untuk menyemangati. Seketika semua siswa atau lebih tepatnya siswi perempuan menatap Ina sinis.

"Itu pacar Evan ya?". Tanya salah satu kakak kelas, kepada temannya.

"Bukan gak sih, emang Evan udah punya pacar?".

"Gue dengar-dengar sih udah, tapi gak tau juga sih".

"Waduh kalau benar, potek nih hati". Kecewa kakak kelas tersebut.

"Bukan kak, itu bukan pacarnya, Evan emang udah punya pacar, tapi sekarang udah putus kok, katanya Ina yang buat hubungan mereka putus".

"Ina siapa?".

"Ituh, yang teriak tadi Ina".

"Serius lu? Dapat info dari mana nih? Jangan nyebarin berita hoax ke gua".

"Serius kak, aku dikasi tau teman sekelas Ina, katanya bahkan mantannya Evan sendiri yang bilang kecewa sama Ina, karna gak bisa menghargai orang". Kata orang tersebut, yang sedikit melenceng.

"Dih cantik sih tapi pho, tapi bagus deh, jadi ada peluang buat kita biar bisa dekat sama Evan hahah".

Bukannya menonton pertandingan, mereka malah asik menggosip. Ina yang berada tak jauh dari mereka memilih acuh, saat tau yang menjadi topik adalah dirinya.

"Kayaknya, Wawa sama Fani masih di perpus deh, apa aku pergi aja ya, kalau disini terus bisa-bisa bahaya buat akunya". Gumam Ina, beranjak pergi.

Namun belum sempat Ina berdiri, sebuah bola melesat begitu cepat kearahnya, yang membuat Ina tak sempat menghindar. Ina menutup matanya memasrahkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dugg!

Suara bola, terdengar renyah saat mencium wajah Ina. Semua orang menatap kaget kearah Ina, salah satu peserta yang tak sengaja melempar bola tersebut, langsung berlari kearah Ina.

"Maaf gue gak sengaja, serius gue minta maaf". Katanya kepada Ina yang masih terlihat syok.

"Gak papa". Hanya dua kata yang keluar dari mulut Ina, namun cowok tersebut tampak khawatir saat evan mendekat kearah mereka.

"Serius gak papa? Ada yang lecet gak?Apa mau gue anterin ke UKS?". Kata cowok tersebut menyerbu Ina dengan rentetan pertanyaan.

"Gak papa kok, sumpah gak papa". Kata Ina, namun seketika Ina menutup hidung dan mulutnya saat menyadari mimisannya kembali kambuh.

"Minggir". Kata Evan menggeser cowok tersebut yang berada didepan Ina. Suasana menjadi heboh saat Evan menyingkirkan tangan Ina yang menutupi hidung dan mulutnya.

"Gue anterin ke UKS". Kata evan, langsung menarik tangan Ina untuk berdiri. Ina yang merasa risih saat semua orang menatap kearahnya, hanya membalas ucapan evan dengan anggukan kepala.

"Nama lu siapa?". Tanya Evan kepada, orang yang tak sengaja melempar bola tersebut. Entah lupa atau emang tak tau, padahal orang tersebut adalah teman setimnya.

"Lu gak tau nama gue bro!?, kenalin gue Arka teman setim lu, btw sorry bro lu tau sendiri kan kalau gue gak sengaja lempar bolanya kecewa lu". Kata arka menjulurkan tangan.

Bukannya menyambut uluran tangan itu, Evan malah menarik tangan Ina untuk meninggalkan lapangan.

"Ini yang baru namanya, Gak papa kok, sumpah gak papa". Kata Arka bertingkah sok sedih. Karna waktu sesi pertama juga sudah habis. Pertandingan mereka dihentikan. Dan ditunda sampai Evan sebagai kapten basket kembali.

______________________

Tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

7M 295K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
586K 27.8K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
207K 8.1K 26
Arzhel Davendra Seorang starboy tampan yang dijodohkan dengan seorang gadis pecinta susu kotak strawberry yang kebetulan sekelas dengannya. Gadis ya...
1M 16.7K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+