VaNa(ON GOING)

By Heldainaa

59.9K 2.8K 1K

"Capek boleh, nyerah jangan. Cobalah istirahat sejenak, terkadang berjuang juga butuh tenaga". Itulah prinsip... More

1. Pertemuan Pertama
2. EVAN SAPUTRA
3. Pendekatan
4. Maju terus
5. Kesempatan
6. Berkunjung
7. Definisi Jodoh datang sendiri
8. Peningkatan?
9. Bad day and Good day
10. Sakit
11. pendekatan Nafi
12. Membujuk
13. Sleep Call
14. Undangan Hari minggu
15. Restu dari mama
16. Membingungkan
17. Ada yang Salah
18. Mengungkapkan
19. Sulit dimengerti
20. Waktunya untuk Berhenti
22. Asing
23. Camping
24. Nyusahin
25. Tanda tanya
26. Mimpi Buruk
27. Stuck
28. Baik
29. Apa lagi
30. Biasa, manusia
31. Gosip lagi
32. 1/2 kebenaran?
33. Alasan
34. Bohong tapi jujur
35. Berulah
36. Speechless
37. Diluar Ekspektasi
38. Hampir
39. H-1
40. Penjelasan Billa
41. Sudah Tau
42. Silent But Care
43. Hari H
44. Gengsi vs GR
45. Ina Joules
46. Titik terendah
47. Tempat Ternyaman
48. Evan Buaya
49. Ina kenapa
50. Ungkapan Dari Hati
51. Kita bikin Romantis
52. orang bilang
53. Terlupakan
54. Tanpa effort
55. Sakit
56. Tentang Ina
57. Kehilangan?
58. Sama Tapi Beda

21. Cukup Paham

963 50 48
By Heldainaa

Kamu mah mana tau rasanya
ngejar ngejar,
Sampai akhirnya mikir, yaudahlah
Kamunya gak bisa di gapai juga.

*~Heldaina Putri Arkia~*

______________________

Saat ini ina sedang memilih baju rumahan yang akan ia pakai, asik mencari baju, ia malah menemukan jaket evan yang ternyata masih ada padanya.

Ina melamun sesaat, lalu ia mengambil jaket itu dan memasukan kedalam tasnya. Setelah mengganti pakaiannya menjadi lebih nyaman, ina turun kebawah.

Diruang tengah ina melihat kakanya yang sedang asik dengan HPnya. Ina duduk disamping kakaknya itu, lalu melamun.

"Jangan ngelamun woi, kemasukan baru tau lu".

In menghembuskan nafasnya, "Gak papa lah kalau aku kerasukan, kan yang repot kakak bukan aku".

"Ck... Kenapa sih, kayaka banyak banget tuh beban hidup, putus cinta ya lu". Tebak kia

"dih sok tau, tapi bener sih". Jawab ina, kia memutar matanya malas.

"What, why, evan nolak lu ya?".

"Evan udah milih yang lain kak, potek hati ini". ina dramatis.

"Gokill, kasian banget adek gue". kia bertepuk tangan, seolah tak percaya.

"Apa an sih, adeknya lagi sedih juga".

"Ck.. Ngapain sedih si na, masih banyak juga yang lain".

"Tapi, kok bisa ya evan nolak lu, perasaan muka lu gak jelek jelek amat". Ledek kia menghibur

"Akhirnya kakak ngakuin juga". Ucap ina salting.

"Nyesel gue muji".

"Kak besok minggu kan, temanin aku kerumah evan yuk, mau balikin jaketnya".

"Gak lah, malas gue, gue besok mau full time rebahan, lagian lu sendiri aja".

"ayolah kak, aku gak siap buat ketemu sama evan, senggaknya kalau ada kakak kan bisa hilangin rasa canggung".

"Nah itu dia, lu harus hadapin sendiri na, kasi paham ke evan kalau lu baik baik aja".

"Ah kakak mah gitu, pelit banget tenaganya".

"Bukan gitu, gue tuh ngajarin lo biar lo gak bergantung sama orang lain, lu hadapin sendiri, lu atasin sendiri, karna ini masalah lu, yang bisa rasain ya cuma lu, dan yang bisa lu andalin ya cuma diri lu sendiri".

"Widih, tumben alibi nya bijak kak".

"Iya dong, kia gitu loh". Ucap kia bangga.

"Ya udah besok besok, jengan nyuruh nyuruh aku lagi ya, masih punya kaki sama tangan kan, ingat ini adeknya bukan babunya".

Saat ini ina sedang asik bermain game dikamaranya, sepertinya ia sudah cukup pro dalam memainkan game tersebut, dan ia cuku bangga.

"Hm ezzy, gila gue keren banget, udah kayak pro player aja". Gumam ina mengalah.

"Kangen evan, tapi udah punya orang,miris miris". Ucap ina terus berbicara sendiri.

"Gabut banget aku tuh, bingung mau ngapain, jahat banget dasar evan, untuk ganteng, kalau gak, udah aku cakar tu muka".

"Nangis udah, Galau udah, overthingking juga udah, hal apa lagi ya enaknya dilakuin sebelum tidur". Beo ina seolah berfikir, sepertinya ia benar benar bosan.

"Akkkhhhh". Terik ina frustasi.


Keesokan harinya ina benar benar pergi kerumah evan sendiri, ia sengaja pergi pagi, untuk menikmati nikmatnya udara pagi dihari libur.

Ina ragu untuk menekan bell, butuh waktu 15 menit untuk ia berfikir apakah ia harus menekan atau tidak.
Setelah lama berfikir ina pun menekan bell tersebut.

"Eh kak ina ya?". Beo seseorang yang ina kenal.

"Kenapa kak, mau nyari bang evan ya, sini masuk dulu".

"Iya raf,  evan nya ada?". Tanya ina ramah.
Ya itu rafael adik laki laki evan yang  pernah ia temui.

"Bang evan udah pergi dari subuh kak, kayaknya lari pagi deh sama kak rara".

Seketika ina speachelss.

"Sini masuk dulu kak, ada mama kok dirumah".

"Waduh, kakak sebenarnya gak bisa lama raf, kapan kapan aja ya, ini kakak titip ini aja, bilangin makasih ya ke bang evan". Ucap ina memberi paper bag tersebut.

"Gak bisa kak, permintaan ditolak, kalau mau balikin barang, langsung kasi keorangnya dong, aku bukan kurir soalnya".

"Kamu mah, kan kalian satu rumah, kaka minta tolong ya".

"Gak bisa, lagian mama mau ketemu sama kakak tau,  kangen katanya".

Rasanya  ina tidak enak untuk menolak, akhirnya ia pasrah dan menerima permintaan rafael.

"Ma, ini ada tamu penting".

Mama eva yang asik menonton, mengalihkan pandangannya ke arah rafael.

"Ya ampun calon mantu bunda datang, sini sini duduk".

Ina ingin menyanggah, tapi mama eva terus saja mengajak nya berbicara.

"Bunda, kayaknya bukan  ina deh yang jadi calon mantu bunda hehe... Soalnya evan udah punya pacar".

"eh tapi bunda jangan sedih, pacar evan cantik kok bunda, kayak model". Ucap ina memberi pengertian saat bunda eva terlihat tak terima.

"Jadi kamu bukan pacarnya evan ya, padahal bunda kira kamu bakalan sama evan, bunda seneng banget loh sama kamu".

"Haha, ina juga senang bisa ketemu bunda".

"Emang pacar evan siapa na, orang nya gimana, soalnya evan gak pernah ajak pacarnya kesini".

"Namanya rara bun, anaknya cantik, baik, walapun agak  sensian, tapi rara orang nya peduli, selebihnya ina gak tau, soalnya gak dekat juga hehe".

Saat asik mengobrol seseorang datang menghamapiri mereka.

"udah ngobrolnya?".

Mendengar suara itu ina tersentak kaget dan buru buru berdiri.

"eh hai". Ucap ina kaku.

"Van, kamu kalau datang itu salam kek, apa kek, jangan ngagetin gitu".

"hmm". Balas evan dengan deheman.

"Oh iya van, kata ina kamu punya pacar ya? Kok gak dikenalin ke mama? Kan mama juga mau tau orangnya gimana".

"Gak penting".

"Apanya yang gak penting, mama juga harus nila—".

"Maaf motong bentar bun, ina mau izin pulang dulu ya".

"eh kok pulang, kan bunda masih mau ngobrol na".

"waduh bun, lain kali ya bun, soalnya aku udah dicariin orang rumah". Alibi ina.

"Yaudah deh, kamu hati hati ya".

"iya bun".

Baru saja ina hendak melangkah, evan tiba tiba mencekal tangannya,

"Gue mau bicara sama lu".

"aduh van, lain kali aja ya, aku buru buru". Ucap ina berusaha melepaskan cekalan tangan evan.

Evan mengabaikan perkataan ina, lalu menariknya ke taman belakang rumahnya. Evan bersedekap dada menghadap ina, ia menatp gadis itu datar.

"Ngapain kesini?, nyaraiin gue?, atau mau caper ke nyokap gue? Gak akan mempan".

Mendengar itu  mata ina membola tak terima, pede sekali manusia dihadapannya ini, ina menatap evan kesal.

"Ge er banget, aku kesini mau balikin jaket kamu, rencananya tadi bentar doang, tapi si rafael maksa aku buat masuk". Jelas ina.

"Kalau ngomong tatap gue, ketauan banget bohongnya".

"Yaudah terserah kamu aja".

"Udah ah aku mau pulang, ini jaketnya, makasih ya". Ucap ina memberikan jaket tersebut kepada evan dengan wajah ditekuk kesal.

"Oh iya, aku udah jago loh main gamenya". sombong ina yang tiba tiba melupakan konflik mereka.

"hadiah? Lu mau apa?". Tanya evan.

"Gak ada".

"serius?". Tanya evan tersenyum miring.

"Iy—, eh ada deh, beliin aku coklat yang buanyakkk bangett, buat camilan, ingat move on juga butuh tenaga, soalnya kata orang coklat bisa hilangin sedih hahah". ina tertawa mengurangi suasana awkard.

"Move on?".

"Iya move on, lagian kan kamu sendiri yang minta kayak gitu, jadi tolong kerja samanya ya ". Ucap ina menatap sepatunya, dan menggenggam kedua tanganya.

"udah tau hubungan gue sama rara?".

"iya tau kok aku, kalian pacaran kan, selamat ya". Evan hanya diam dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Harusnya aku sadar ya bukan aku yang kamu mau, maaf selama ini aku gangguin kamu". Lanjut ina sedih

"Jadi lu mau move on dari gue?".

"Bukan aku ,tapi kan kamu yang mau".

"Oke bagus, jadi lu gak perlu lagi sok sok munak depan gue, ingat sesuatu yang dipaksakan gak akan bisa terlaksanakan". Evan tersenyum miring.

"Van aku gak tau maksud kamu apa, tapi yang jelas aku gak seperti yang kamu bilang, aku minta maaf kalau aku maksain kehendak aku". Kata ina.

Baru saja hendak membalas, dering tolfon evan berbunyi, ina mengintip siapa yang menelfon cowok tersebut. Tau siapa yang menelfon evan, ina memilih pergi. Tapi baru saja mau melangkah, lagi lagi evan menahan tangannya.

"Apa an sih, lepas aku gk mau gangguin orang pacaran, aku gak suka jadi nyamuk".

"Ck.. Bisa diam dulu gak". Ucap evan mengarahkan hpnya ketelinganya.

Setelah ina diam, evan mulai berbicara.

"Kenapa ra"

"Oh itu, its oky santay aja, hati hati ya, jangan lupa istirahat".

"Makan ntar sakit".

"oke gue tutup dulu".

"Udah nelpon ayangnya, sekarang aku mau pulang". suasana menjadi panas bagi ina.

"Gak ada yang larang ".

Ina berusaha menahan amarahnya, dan memandang kearah evan dengan senyum terpaksa.

"Ya udah kalau begitu, saya pulang dulu ya bapak evan yang terhormat". Ucap ian membungkuk kan badannya. Lalu pergi meninggalkan evan, namun langkahnya terhenti.

"Na, lu orang baik, jangan cuma karena rasa lu ke gue, lu jadi jahat".

Ina bingung apa yang dimaksud Evan, hendak membalikan badannya, namun langsung dicegah.

"Gak usah hadap sini, lu cukup pahami kata kata gue aja, dan lupain gue, biarin gue milih pilihan gue, ". Kata evan yang hanya dibalas anggukan oleh ina.

Disepanjang perjalanan pulang, kepala ina dipenuhi oleh kata kata evan, gampang sekali evan menyuruhnya berhenti, padahal ia sudah se effort ini.

Tapi yang ina pahami, mau sekeras apa pun ia berjuang gak akan ada hasilnya, karna bukan dia pemenangnya, baiklah ina akan mengikuti keinginan evan itu.

_________________________

Tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

3.3M 210K 45
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
Say My Name By floè

Teen Fiction

1.2M 72.6K 35
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
831K 23.4K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
1.8M 194K 52
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...