Usaha aja dulu,
hasilnya belakangan.
*~Heldaina Putri Arkia~*
*
*
*
*
*
"Permisi - permisi, beri ina jalan dong, ibu dari anak anak evan mau lewat".
Seteleha bisa menerobos masuk melewati benteng ciwi ciwi itu, ina langsung menggenggam tangan evan.
"Evan sama aku, jadi mohon maaf banget, semunya diharap bubar".
Ciwi ciwi itu tampak protes,
"gak bisa gitu dong na, kami tau lu suka sama evan, tapi ini menyangkut nilai kami, jadi untuk kali ini ngalah ya evan biarkan sama salah satu diantara kami".
"iya na, lu sama evan kan pinter, jadi tolong ngertiin kami yang hanya butiran debu ini".
Ayolah ina sudah sering mengalah denga hal beginian, tapi selalu saja kebaikanya itu disalah artikan. Dan kali ini para manusia ambis akan nilai itu munyuruh nya menyerahkan evannya kepada mereka, oh tentunya tidak bisa dong.
"Mohon maaf yah cantik, untuk kali ini izinkan ina untuk tidak mengiyakan permintaan kalian".
Baru saja ingin membalas, tapi suara evan keluar terlebih dahulu.
"Gue sendiri, jadi sekarang kalian bubar".
Seketika kerumunan ciwi ciwi tadi satu persatu meninggalkan meja evan.
"Ngapain masih disini". Tanya evan kepada ina.
Bukannya pergi ina malah mengambil tempat untuk duduk dihadapan evan. Hanya satu meja yang menjadi pembatas.
"Evan kamu satu tim sama aku yah". Pinta ina dengan wajah memelas.
"Tadi gua bilang apa? Gak dengar?".
"iiis kan tadi kata pak irwan ber2 atau ber3, pak irwan gak ada bilang tuh yang namanya sendirian, lagian yang lain udah dapat kelompoknya masing masing". Tunjuk ina pada orang orang yang mengerumuni evan tadi.
"Masa kamu tega sih biarin aku ngerjain tugasnya sendiri, mana nanti ada praktenya lagi".
"Urusan lu, gak ada hubungannya sama gue".
"ck...van ayolah van sama aku yah, aku gak beban kok".
"Gak".
Evan tidak percaya sama kata kata seperti itu, dari dulu setiap ada tugas kelompok, evan selalu memilih mengerjakannya sendiri, karna baginya kerja kelompok itu hanya menguntungkan orang orang yang tidak tau diri saja.
Ujung ujungnya tugas itu hanya akan dikerjakan sang ahli saja.
"Jahat benget sih, kamu gak percaya yah sama kemampuan aku, ya udah deh nanti aku aja ngerjain semunya, kamu duduk manis aja menikmati hasilnya".
"Gue gak suka tugas gue dikacawin orang lain, kalau lu merasa bisa sendiri yaudah lakuin aja".
"Gak mau!!!!, Aku maunya sama kamu!!". Ucap ina menaikan intonasinya.
"Berisik, sana pergi".
~~•~~
Berjalan menuju kantin, itulah yang sedang dilakukan evan, dengan ina yang terus saja menarik narik tanganya, memohon mohon kepada evan, mereka menjadi pusat perhatian, tapi tatapan orang orang itu seperti biasa saja.
Mungkin karna terlalu sering melihat tingkah randome gadis yang berada disamping evan itu.
"Van satu kelompok sama aku yah, mau yah... yahh... yah...". ucap ina memelas. Evan hanya diam, malas menanggapi ocehan ina yang tak berhenti dari kelas tadi masih dengan topik yang sama.
"evaann iiiihhhh". Rengeknya.
Malu, Rasanya evan malu berjalan bersama anak ayam di sampingnya ini.
"Van, satu kelomopok sama aku yah, nanti kalau kamu mau, aku beliin es krim deh". Bujuk ina, seperti membujuk bocil.
"oh..oh.. Kalau gak suka es krim, coklat aja gimana".
"Yaudah karna aku baik aku beliin dua duanya, bonus permen satu, gimana gimana".
Evan sejenak berhenti, saat sudah di ambang kantin, menatap ina jengah lalu menghembuskan nafasnya. Ina memiringkan kepalanya, kenapa evan berhenti, apakah ia tidak jadi kekantin pikirnya itu.
Melihat itu, evan langsung memalingkan wajahnya, berjalan cepat masuk kekantin membiarkan ina sendiri yang masih terdiam.
Sadar kalau evan tak lagi disampingnya ina langsung berlari menyusul evan.
"Kita duduk disitu aja ya". Kata ina tepat dibelakang evan yang sedang memegang satu piring nasi goreng.
Ina menarik tangan evan menuju kursi yang sudah dipilihnya itu. Mereka duduk berhadapan.
"Van, kamu gak capek apa denger aku ngoceh mulu".
Apakah hal seperti itu pantas ditanyakan fikir evan. Telinga siapa coba yang gak sakit mendengarkan ocehan orang lain yang tidak berhenti-henti.
"van, kamu suka makan apa, aku buatin deh, gini gini aku jago masak juga loh". Sombong ina.
"Tapi kalau mau rasain masakan chef ina, kamu harus jadi kelompok aku dulu".
Evan hanya diam bersedekap dada, meperhatikan ina yang sedang mengoceh, "iiiih evan ngeselin, masa diam aja sih dari tad—".
"Diem".
Ina seketika kicep, melihat aura evan sudah berubah.
"Bisa diem?". Tekannya lagi
Ina hanya mengangguk pelan melirik sana sini, selain mata evan. Setelah ina diam, evan menyodorkan nasi goreng yang dibawanya tadi kepada ina.
"Nih makan". Kata evan yang hanya dijawab gelengan dari ina.
"ck...makan inaa". Paksa evan, ina malah asik menatap ke arah lain.
"ina hadap sini". Kata evan, ina menggeleng lagi, menatap langit yang lebih menarik baginya.
"Lu ngeyel banget sih, muka lu pucet".
"gue gak mau ya gendong lu kalau lu pingsan, jadi jangan bertingkah, cepat makan".
Diam, ina masih tetap diam tidak mau menjawab atau menatap evan.
Evan yang dari tadi kesal pun, langsung menarik dagu ina mengarahkan kepadanya, lalu langsung menyuapi ina dengan satu sendok full nasi goreng.
Ina menatap evan protes, tapi tetap berusaha mengunyah nasi goreng tersebut.
"Kamu ini, aku ngomong salah, aku diam juga salah, maunya apasih". Kesel ina setelah menelan nasi gorengnya itu dengan susah payah.
Evan terkekeh melihat ina, melihat itu ina jadi tambah kesal.
" eh malah ketawa gak ada yang ngelawak disini".
"Lu Lucu, kayak ikan". Jawab evan enteng.
"ih malah ngatain".
"Stop dulu ngocehnya, makan dulu ntar lagi bell bunyi".
Menyadari itu ina langsung saja melahap nasi goreng itu.
"Evan kok kamu gak makan?". Tanya ina menatap evan yang sepertinya sedang bermain game didepannya itu.
"Udah kenyang gara gara dengar ocehan lu dari kelas tadi".
"Bisaa gitu, hmm".
"Evan, aaaaaa pesawat mau masuk buka dulu dong mulutnya". Kata ina menyodorkan sesendok nasi goreng kearah evan.
"Gak usah makasih".
"ck BUKA GAK". Teriak ina, tidak ingin memperkeruh keadaan, evan langsung melahap nasi goreng itu.
"pinter anak mama". Evan hanya menatap datar, meletakan hpnya kembali, lalu membuka botol yang masih tersegel dan menyodorkannya kearah ina.
"Makasih, peka banget deh". Senyum ina menerima air itu.
"Hmm".
•
•
•
Saat ini mereka sudah berada dikelas.
Ina duduk disemping evan menjatuhkan kepalanya diatas meja, lalu fokus menatap wajah evan dari bawah, evan sedang asik dengan gamenya.
"Evan, sekelomopok sama aku yuk". Kata ina pelan kehabisan suaranya.
"Evan, tenggorokan aku sakit, kayaknya berdarah deh". Ucapnya
"Evan, tokek makananya apa yah".
"van..kayaknya bagus deh kalau aku melihara gajah dirumah".
Evan jengah, mendengarkan ocehan ina yang semakin ngelantur. Evan menghembuskan nafanya berulang kali. Semua yang dilakukan evan tidak luput dari pandangan ina.
"Capek yah van?, sama aku juga, makanya kamu tinggal terima tawaran aku apa susahnya sih".
"Jaminannya apa kalau lu gak akan jadi beban?". Tanya evan
Mendengar itu wajah ina menjadi sumringah, ina kembali duduk dengan normal.
"Jaminannya, kalau aku beban aku gak akan ganggu kamu lagi, tapi kalau aku gak beban kamu harus turutin satu permintaan aku".
"Gimana?deal?". Tanya ina mengulurkan tanganya untuk berjabat.
Evan terdiam sejenak mendengar perkataan ina itu, ada rasa tidak terima saat ina mengatakan itu.
"Oke, deal". Jawab evan menerima jabatan tangan dari ina. Ina tertawa dalam hati, lihat saja, pokonya permintaan ia nanti harus diwujudkan oleh cowok ini.
"Oke, besok kita mulai ngerjainnya yah. Pulang ini kita sempatkan keperpus untuk cari refrensi". Ucap ina yang tiba tiba serius, seketika jiwa ambisnya mengambil alih.
Evan mengangkat alisnya sebelah, lalu mengangguk mengiyakan.
"oke".
"Gimana? Berhasil gak?". Tanya billa saat ina sudah duduk di samping nya.
Menatap bila, ina malah mengibaskan rambutnya, lalu menjentikan ibu jari dan kelingkingnya itu.
"Buat tugasnya mah gampang, tapi bujuk patnernya itu yang butuh effort gede".
Bila menggelengkan kepalanya, yang ditanya apa, yang dijawab juga apa.
"Okedeh, semangat yah".
"Evan, kalau lu belum dapat kelompok sini sama kami aja". Ajak nafi pada evan.
Ina yang melihat itu seakan tak terima. Baru saja hendak menyahut, evan lebih dulu mengeluarkan suaranya.
"Gak, gua udah sama ina".
_________________
Semoga sukak yah sama part ini, vanda semakin didepan.
Jangan lupa tinggalkan jejak, papayyy~~~
Tbc.