Ini hari apa sih,
Kenapa aku salting nya
Gak bisa ketolong ya
*~Heldaina putri Arkia~*
______________
Mentari mulai menampakan dirinya, Suara kendaraan terdengan berlalu lalang dari arah luar. Jam terus bergulir menunjukan pukul 07.59, menandakan bahwa orang orang akan memulai aktifitas hariannya.
Berbanding terbalik dengan ina, yang masih asik terlelap dalam mimpi indahnya, meringkuk dibawah selimut.
Brak!!
"WOII! INA BANGUN, LU BERNIAT BERHENTI SEKOLAH YA! LU UDAH TELAT TAU". Teriak kia setelah mendobrak pintu kamar adiknya itu.
"iiisss, bangun napa, dasar kebo". Ucap kia mengguncang tubuh adiknya itu.
Tidak ada pergerakan dari ina, seolah tak bergeming. Kia mengkerut kan keningnya merasa heran. Apa adiknya ini masih bernafas fikirnya.
Untuk memastikan, kia langsung saja menyibak selimut ina yang membuat sang empu seketika membuka matanya. Kia menatap nanar kearah adiknya itu.
"Apasih kak, ganggu aja". Kata ina dengan suara serak, mata yang memerah, pipi yang juga memerah dan terakhir hidung yang tak berhenti mengeluarkan cairan lendir.
"Bwahahaha, bisa sakit juga lu cil". Ledek kia, wah wah wah kakanya ini emang minim akhlah pikirnya.
"Kakak kalau cuma mau ngeledek mending pergi aja, soalnya aku lagi gak ada waktu mau ngeladenin".
"ulululu....ambekan, sini sini sini, mana yang sakit, yu kedokter yuk ". Bujuk kia lalu memegang kening adiknya itu. Ternyata panas.
"Udah gak usah gak ada yang sakit, kak kalau kebawah kasi tau bunda yah kalau aku sakit, terua izinin ke wakel kalau aku gak masuk harini".
Pinta ina kepada kakaknya itu. Lalu menyelimuti seluruh tubunya dengan selimut.
"oke".
Berjalan kearah luar, membiarkan ina sendiri untuk beristirahat. Tak lama kakanya keluara dering ponsel hp ina pun berbunyi, menandakan ada panggilan masuk dari seseorang.
Mengambil hpnya diatas nakas, lalu
memastikan siapa yang menelponnya pagi pagi begini.
Setelah memastikan siapa yang menelponya, langsung saja ina mengangkat panggilan tersebut.
"Hallo"
"Hmm".
"cil lu dimana woi, gerbang udah tutup ini, jangan bilang lu telat bangun".
"Aku lagi gak bisa kesekolah wa, ada tubuh yang harus diistirahatkan". Kata ina pelan dengan suara seraknya.
"What, apa, lu lagi sakit cil, kok bisa, ini pasti gara gara main hujan nih". Omel wawa seperti emak emak. "kenapa kenapa". Samar samar ina mendengar suara fani.
"Enggak, aku sakit gara gara tertekan punya teman kayak kalian". Canda ina
"oh yaudah".
"Canda canda, jangan marah ya".
"iya, iya cil yaudah gue matiin yah ntar lagi guru datang, lu istirahat jangan main hp". Peringat wawa
"okeyy, siap bos".
Manaruh kembali hpnya dinakas, lalu berniat kembali menutup mata untuk memasuki alam mimpinya itu.
Cklek.
Niatnya ia urungkan karna mendengar pinta kamarnya dibuka. Ia melihat buna liya berjalan kearahnya membawa nampan yang berisi semangkok bubur, air putih, dan pastinya obat.
"Sayanganya bunaa, yuk bangun dulu yuk, makan, minum obat baru tidur lagi deh". Kata buna liya menirik tangan anaknya untuk duduk.
Menoleh kearah bubur itu lalu berakata
" Buna tangan ina lemas". Manjanya.
"halah, alasan bilang aja minta disuapin". Ucap buna ina mengambil bubur tersebut, lalu menyuapi anaknya itu.
"Dah habisss, sekrang minum obat".
Kata buna liya setelah selesai menyuapi anaknya itu lalu menyodorkan obat kearah ina.
Ina bukanlah tipe orang yang sulit meminum obat, setelah menirima obat tersebut, ina langsung meneguk obat sekaligus. Gluk gluk gluk, suara air tegukan ina.
"Buna hari ini harus ke toko, kamu gak papakan ditinggal sendiri, nanti sore kia udah pulang kok".
"gak papa kok buna, emangnya aku anak kecil yang harus ditemani disaat sakit". Buna mengangguk menanggapi.
"oke deh buna pergi dulu yah, kalau ada apaa kabarin langsung".
"Iya".
Setelah bunanya pergi, tiba tiba ia mengambil hpnya, jiwa alay ina sepertinya mode on, karna setelah mengambil hpnya itu, ina langsung berfoto ria ala ala mirror.
Mendapatkan hasil yang bagus, ina langsung saja mengupload foto tersebut ke insta story WAnya.
~~•~~
Waktu menunjukan pukul 16.00
Brum
Brum
Brum
Samar samar ina mendengar suara motor dari arah parkiran rumahnya, lalu mendengar suara ketukan pintu, ina langsung saja berlari kebawah setelah mencuci wajahnya.
Tok tok tok, ketukan pintu yang semakin keras.
"bentar, ini lagi turun tangga otw bukain". Kata ina sedikit berteriak. Setelah didepan pintu langsung saja ina membuka pintunya.
"Sabar nap—,"
Seketika mulutnya ternganga mendapati seseorang yang sedang berdiri dihadapannya itu. Mimpi apa ia semalam sampai sampai mas doi nyamperin kerumah.
Sadar akan kekomukannya, langsung saja ina menutup mulutanya dan mengakat sudut bibirnya keatas tersenyum manis.
"Jaket gue mana". Tanya evan to the point
Raut wajah ina yang tadinya sumringah kini menjadi muram.
"ada diatas".
"ambil, gue mau pulang".
"ih kamumah, pacarnya lagi sakit tau, kamu malah mikirin jaket kamu. Khawatirin kek, apakek, lah ini ck ck ck mengecewakan". Ucap ina dramatis.
"emang yah cowok itu egois". Sambungnya.
Evan menatap ina tajam, sejak kapan gadis ini menjadi pacarnya, evan memilih mengabaikan dan mengalah.
"Sakit apa lu?". Tanyanya.
"Sakit Hati". Jawab ina cepat.
"Oh". Mengiyakan apa yang ina bilang.
"iiiiihhh eeevvvaann". Rengek ina pada evan.
Seketika tawa evan pecah melihat reaksi ina,
" hahahaa, kocak banget muka lu".
Ina tidak marah ia malah terpanah melihat tawa evan yang lepas karnanya. Menyadari itu evan langsung merubah raut wajahnya ke mode datar.
"Nih". Menyodorkan kantong plastik yang berisi, susu kotak besar, roti tawar, dan jus jambu buahvita.
Wajah ina kembali sumringah, mengambil apa yang evan kasi,
" hehe makasih, udah pulang sana". Canda ina yang langsung diangguki oleh evan. Melihat evan akan beranjak pergi ina pun langsung menahannya.
" eh eh canda doang kok, yuk masuk kayaknya bentar lagi wawa sama fani juga datang". Bujuk ina lalu menarik tangan evan untuk masuk kerumahnya menuju ruang tamu.
Duduk diruang tamu mengamati sekitarnya. Warnaa putih dan biru tampak cerah, berbanding terbalik dengan dinding rumahnya yang didominasi dengan warna gelap.
"orang tua lu mana". Tanya evan kepada ina yang berjalan mendekatinya dari arah dapur dengan membawa segelas air untuknya.
"Papa kerja, kalau buna lagi ditoko".
Evan mangut mangut.
"Jadi lu sendiri dirumah".
"Iya, tapi kayaknya ntar lagi kak kia pulang". Jelas ina yang asik memperhatikan evan yang sedang meminum.
"Woi...Ngapain tuh berdua dua". Teriak wawa dari arah pintu yang terbuka lebar. Lalu berjalan mendekat kearah mereka
"assikk.... Adiks kecil lagi diapelin mas doinya nih".
"iyanih.... Cuma sayang ada yang ganggu".
"Jadi gak enak". Kata ina tiba tiba memandang dua soibnya yang sudah bergabung dengan mereka.
"Kenapa". Tanya wawa dan fani kompak.
"iya jadi gak enak soalnya ada jones disini wahahahah".
"astaga ina, lu nyamperin doi pake baju tidur begini, udah gitu iler lu kemana mana lagi, apa kataa putri indonesia".
Wajah ina memerah malu, bersedekap dada menutupi rasa malunya.
"emang kenapa, iri?, evan aja gak masalah tuh."
evan memilih mengabaikan ocehan gadis gadis itu, lebih memilih memandang foto foto yang ada didinding yang menurutnya lebih menarik.
"Iya iya, udah, nih". Sanggah wawa menengahi menyodorkan buah yang sengaja mereka bawa.
"wah maka—" seketika ina menutup mulutnya menahan gejolak perutnya yang minta dikeluarin isinya. Atensi evan kembali kepada ina.
"Kenapa na", tanya wawa dan fani khawatir.
Mengbaikan wawa dan fani ina langsung saja beralari kearah wastafel. Yang langsung disusuli ketiga orang itu.
Uuek..Uuek..Uuek, muntah ina mengeluarkan isi perutnya. Dengan inisiatifnya, langsung saja wawa memijut tengkuk ina.
"Udah". Tanyanya lembut. Tapi ternyata masih berlanjut.
Setelah selesai mengeluarkan isi perutnya, ina langsung di tuntun oleh wawa dan fani menuju ruang tamu lalu duduk disofa kembali.
Setelah mereka berkumpul kembali keruang tengah itu, keheningan pun tejadi. Hanya sebentar, karna fani memecahkanya.
"Na....".
"Hmm"
"Na...".
"Iya"
"Na... Apa jangan jangan lu hamil, wah lu apain teman gue van, ngaku lu".
Tuduh fani yang langsung dihadiahi pukulan disebelah tangannya.
"enak aja.... Aku tuh masuk angin bukan hamil". Ketus ina
Evan yang dari tadi jengah melihat tingkah laku teman ina pun memilih untuk pulang.
"Gue pulang". Katanya lalu berjalan kearah pintu.
"Eh eh, tadi gue bercanda doang kok van, serius dah.. Jangan dimasukin kehati yah". Bujuk fani kepada evan karna mendapat tatapan tajam dari ina.
Ina berjalan menyusul evan dari belakang. Setelah diambang pintu evan berbalik menghadap kearah ina,lalu menatap ina secara intens.
"Gue pulang dulu, lu kalau sakittuh istirahat jangan upload foto, hati hati dirumah". Ucap evan lalu bejalan menuju motornya.
Ina yang mendapat perhatian kecil itu pun tersenyum senang.
"Iyaaa, makasih udah datang ya van, bawa motornya hati hati, papayyy". Riang ina melambaikan tangannya.
Tin...tin... Evan mengklakson motornya lalu setelah itu berlalu meninggalka halaman rumah ina.
_____________
Tbc.