π™π™‡π™Šπ™’ 2 [Tokyo Revengers]...

By ALVACCHI

198K 43.5K 12.2K

"π‚π„π‘πˆπ“π€ π˜π€ππ† π’π„ππ„ππ€π‘ππ˜π€ 𝐁𝐀𝐑𝐔 π€πŠπ€π πƒπˆπŒπ”π‹π€πˆ. πŠπ€π‹πˆ 𝐈𝐍𝐈 π€πŠπ” π“π€πŠ οΏ½... More

°°‒‒0‒‒°°
=1= Good Dream
=2= Karaoke
=3= Her Little Family
=4= Black Dragon Gang
=5= Perseteruan
=6= Denial
=7= Keras Kepala
=8= Onigiri
=9= Rapat
=10= Kunjungan
=11= New Home
=12= Welcome home
=13= The Future
=14= Sisi Lain
=15= Sick
=16= Little Bunny's Past
=17= The Wolf and The Rabbit
=18= Simbiosis Mutualisme
=19= No More Repeat
=20= The Day
=21= Malam Yang Panjang
=22= Night Waiting
=23= Who's the Traitor
=24= A Little Bit
=25= A Flashback
=26= Call her, (Nama)
=27= Lonely Little Killer
=28= Another side of Her
=29= Christmast Eve
=30= Her Fear
=31= Our Wins
=32= Her Point of View
=33= After Incident
=34= Permintaan
=35= A Regret
=36= Kereta
=37= A Gift
=38= Rencana
=39= An Obsession
=40= An Obsession (2)
=41= Night Festival
=42= 5th Division
=43= Touman Gang
=44= It's (not) a date!
=45= Night Festival (2)
=46= A Heart Warming
=47= Heart Warming (2)
=48= Jealousy
=49= A Bounding
=50= Ikatan
=51= A Piercing
=52= The Sibling Problems
=53= The Hidden Arc
=54= Attack!
=55= Attack!
=56= A War Between four siblings
=57= The End of The Beginning
=58= Tenjiku Gang
=59= Dating
=60= Ingatan Lainnya
=61= Pelabuhan
=62= A Plan
=63= Full of Blood
=64= Keputusan
=65= Drowning in Emotion
=66= A Knife
=67= Her Last Wish
=68= She's Dead
=70= Coming to an End
Season 3 info
LAST JOURNEY
Hanma Shuuji
π’†œ ƀƦƟĹƟᎢ π’†œ
π’†œ 1. π’†œ Her
DISCLAIMER
π’†œ 2. π’†œ Divisi Lima
π’†œ 3. π’†œ Chaos
π’†œ 4. π’†œ The Root
π’†œ 5. π’†œ Emma's Death
π’†œ 6. π’†œ A Quiet Day

=69= Her Shadow

2K 318 33
By ALVACCHI

Langkah pelan itu membawanya ke sebuah area pemakaman. Sebuah buket bunga besar tergenggam di tangannya.

Embusan angin meniup pelan helaian perak keabuan sosok tan tersebut. "Aku datang lagi."

Ucapan pelan Izana terdengar begitu ia sampai di sebuah pusara dengan tulisan makam keluarga (Surname) di nisannya.

(Surname) (Name).

"(Nama)..," panggil Izana pelan. Pemuda itu menaruh buket bunga kesukaan (Nama) di atas pusaranya, lalu menangkupkan tangannya untuk berdo'a.

Beberapa menit berlalu dalam hening. Sepasang mata dengan iris ungu yang awalnya terpejam kini terbuka. "Dua belas tahun sudah berlalu. Sekarang Touman sudah menjadi sangat besar."

Izana memasukkan tangan ke saku celananya. "Mikey telah mati. Begitu juga semua anggota Touman terdahulu. Kini Touman bangkit menjadi kerajaan yang baru."

Senyum terukir di bibir pemuda itu. Bersamaan dengan sebuah kilau keunguan dari tangannya yang berasal dari gelang. "Dulu aku berharap bisa mempersembahkan kerajaan ini padamu dan kau berdiri sebagai ratuku." Izana terdiam sejenak dengan tatapan sendu. "Sekarang, hal itu sangat mustahil. Walaupun telah menjadi raja, keinginanku untuk kembali melihatmu barang sebentar tidak pernah terwujud."

Embusan angin kali ini agak kencang. Bebungaan yang ada di buket di altar do'a pusara (Nama) menari, seolah menjawab keinginan Izana.

Izana tersenyum kecut.

"Aku merindukanmu, (Nama)."

***

Takemichi kembali ke masa lalu. Naoto dan dirinya tertembak oleh Kisaki serta Kakucho.

Di saat-saat terakhir mereka berdua kembali bersalaman agar Takemichi bisa kembali ke masa lalu.

"Uhuk." Takemichi terbangun dari posisinya yang terlentang di atas tanah yang basah. Hujan turun dengan derasnya. Takemichi merasa wajahnya sangat sakit seolah habis dipukuli.

Air mata  Takemichi belum kering atas kematian Naoto, bahkan ketika matanya menangkap sosok tubuh yang tergeletak bersimbah darah di atas tanah. Kepala gadis yang tak sadarkan diri itu dipangku oleh Inui.

"(Nama) ...-san...?" gagap pemuda itu. Takemichi mual melihat banyaknya darah yang menggenang di tanah.

"Bangun kau, b*jingan!"

Tubuh Takemichi melemas, tetapi ia tersentak mendengar seruan itu. Kerah baju Takemichi terangkat dan ia menoleh kepada sosok yang menariknya.

"Koko-kun!" seru Takemichi.

Kokonoi mengetatkan rahangnya. "Apa yang sudah kau lakukan pada (Nama), bangsat!" sebelah tangannya terangkat dan meninju keras kepala Takemichi.

Buagh

Takemichi kembali ambruk ke tanah. "Tu-tunggu, Koko-kun..-"

Takemichi teringat bagaimana dinginnya tatapan Kokonoi dan Inui terhadap dirinya saat masih ada di restoran Taiju. Ia juga mengingat ucapan Naoto. Akhirnya Takemichi paham apa yang terjadi. "Koko-kun, aku tidak--uhukk-"

Buagh

Kembali Kokonoi memukuli Takemichi menbabi-buta. "Apa yang kau lakukan, sialan!" seru Kokonoi serak.

"Koko!" teriak Inui dari kejauhan. Ia sedari tadi mencoba menghentikan pendarahan (Nama) dengan tangannya sambil menunggu ambulans yang sudah ia panggil datang. "Koko, hentikan!"

Inui berdecak ketika Kokonoi tak mengindahkan perkataannya. Ini sangat jarang terjadi. Apalagi ketika melihat tatapan dingin pemuda berambut hitam itu. "Koko!" teriak Inui dua kali lebih keras.

Kali ini Kokonoi menghentikan gebukannya terhadap Takemichi. Mengetatkan rahangnya keras, Kokonoi yang kini menimpa Takemichi di atas tanah pun meninju tanah di samping kepala Takemichi. "Aku tidak akan memaafkanmu jika terjadi apa-apa pada (Nama), Hanagaki Takemichi."

Lalu Kokonoi membanting tubuh Takemichi yang sudah lemas tak berdaya. Darah muncul dari luka pukulan Kokonoi.

"(Nama)-san ..." bisik Takemichi pelan. Matanya tak berkedip menatap tubuh (Nama) yang ada di pangkuan Inui. "(Nama)-san ..."

Tak lama suara ambulans terdengar memekikkan telinga. Kokonoi mendekat ke arah (Nama) dan Inui. "Bagaimana keadaannya?"

"Aku sudah mencoba melakukan pertolongan pertama semampuku. Ambulans sudah datang sekarang. Kita bawa (Nama) mendekat." Inui mengangkat tubuh (Nama) di depan dadanya. Kokonoi mengangguk dan mengikuti langkah Inui di belakangnya.

Tetapi, sebelum Koko melewati gerbang, ia terhenti untuk menatap ke Takemichi.

"Hanagaki, bangunlah dan ikut kami ke rumah sakit. Inupi sudah mengabari Mikey tentang ini. Jelaskan semua yang terjadi padanya," ucap Kokonoi dingin. Tanpa menunggu Takemichi bangun, pemuda itu segera menyusul Inui.

"(Nama)-san.."

Meninggalkan Takemichi yang masih menahan luka dan rasa sakitnya di tanah. Belum lagi airmata yang terus mengalir karena pukulan kenyataan yang sakitnya lebih parah dari pukulan Koko.

"(Nama)-san ..."

***

Takemichi duduk di pojokan, sementara Kokonoi dan Inui ada tepat di depan pintu ruang UGD.

Kedua pemuda itu tak henti-hentinya bergerak cemas. Ada kalanya Kokonoi terlihat akan menghajar Takemichi lagi, tetapi hal itu dicegah oleh Inui.

Tatapan Takemichi kosong. Kepalanya tertunduk dengan tangan yang mengepal. "Apa yang sebenarnya terjadi ..."

Ia tidak tahu apa-apa. Sungguh.

Ingatan terakhir yang ia punya adalah saat ia dan Naoto berlari dari Touman, meski pada akhirnya tertembak oleh Kisaki. Takemichi tidak ingat apa yang 'dirinya' lakukan di masa ini.

Itulah mengapa Takemichi tidak bisa menjawab tuduhan-tuduhan Kokonoi sebelumnya.

Terdengar suara langkah berlari dari lorong. Beberapa pasang mata muncul dengan seragam Touman mereka masih terpasang di tubuh, sepertinya mereka belum sempat pulang.

Terlihat dari kantong mata menghitam dan raut wajah lelah mereka yang kentara sekali. Khususnya Mitsuya.

Mitsuya lari dan langsung meraih bahu Takemichi. "Apa yang sebenarnya terjadi, Takemicchi? Kenapa tiba-tiba (Nama) masuk rumah sakit?!"

Wajahnya sangat pucat. Pemilik surai keunguan itu terlihat berantakan dengan wajah kusam dan lelah. "Takemicchi!" bentak Mitsuya ketika Takemichi tak kunjung menjawab.

"Si bangsat itu menusuk (Nama)."

Koko mendekat dan menatap tajam Takemichi. Wajah yang lainnya mencelos kaget. "A-Apa?" Mitsuya tergagap.

Inui yang berdiri di samping Koko ikut mendekat. "Kami mendapat pesan dari (Nama) yang menyuruhku dan Koko untuk datang ke Shinjuku. Saat kami datang, yang kami temukan hanya (Nama) yang sudah tergeletak di atas tanah dan Takemichi menggenggam sebilah pisau."

Takemichi makin terpuruk. Kepalanya menunduk dalam seolah ada benda berton-ton beratnya menimpa tubuhnya.

Mitsuya mengepalkan tangannya. Memang pada dasarnya pemuda itu tengah dalam emosi yang tidak stabil sejak (Nama) mengamuk saat itu.

Mikey langsung mencegah Mitsuya dengan berdiri di depan Takemichi, juga Draken yang menarik Mitsuya mundur.

"Tenanglah Mitsuya, tidakkah kau ingat sesuatu?" Draken mengeratkan cekalannya pada lengan Mitsuya. "Kau juga pasti ingat, kan, Mikey?"

Mikey mengangguk. "Ya." netra hitam Mikey menatap Koko dan Inui bergantian. "Ponsel (Nama) sudah hilang selama dua hari ini. Aku tidak tahu dia sudah menemukannya atau tidak saat itu, tetapi yang jelas, sampai kami memulangkannya ke Shinjuku, dia belum memegang ponselnya."

Penjelasan Mikey membuat Mitsuya tersadar. "Itu ... benar!" sinar di mata Mitsuya yang sempat menghilang kini kembali. "Saat itu (Nama) sempat bilang padaku bahwa seseorang mencurinya dan ia kehilangan kesempatan untuk mengejar."

Inui dan Koko mengerjap. "Jadi, maksud kalian ..." ucapan Inui menggantung.

"Yang menghubungi kami bukan (Nama)?" sambung Koko.

Tentu saja itu diangguki oleh Mikey dan Draken.

"Sepertinya ada yang berniat menjebak," gumam Mitsuya.

"Lalu, bagaimana dengan Takemichi yang ada di sana? Apa dia juga dikirimi pesan oleh (Nama)?" Inui kini menatap Takemichi yang ternyata sedari tadi tidak mendengarkan.

Sinar kehidupan menghilang dari nata Takemichi. Wajahnya kuyu dan penampilannya berantakan. Jaket basah yang ia pakai sedari kehujanan tadi belum ia lepas sama sekali.

"Takemicchi," panggil Draken menaikkan sebelah alisnya saat Takemichi tak kunjung menyahut.

Mikey memegang bahu Takemichi erat. "Takemicchi!" panggilnya agak keras. Pemuda itu akhirnya sadar.

"Ah, i-iya?"

Mitsuya merasa bersalah ketika ia sempat berpikiran yang buruk kepada Takemichi setelah mendengar Kokonoi tadi. Tangan Mitsuya meraih bahu Takemichi. "Takemicchi, apa yang membawamu ke sana adalah pesan dari (Nama)?"

Takemichi menatap kosong ke depan. Bahunya bergetar. Bayangan akan kematian Naoto dan (Nama) berputar di kepalanya. "Itu ..."

Kedua netra kebiruan Takemichi merebak dengan airmata. "Itu ..." tangis pemuda itu pecah. "Aku ... Aku tidak tahu!"

Takemichi menutup wajah dengan lengannya. Tubuhnya merosot ke lantai. "Aku tidak tahu, Mitsuya-kun, Mikey-kun!"

Aku tidak tahu bagaimana aku bisa datang ke sana! batin Takemichi berteriak.

Ia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, karena ia baru datang dari masa depan.

Kokonoi berdecak. Ia mengepalkan tangannya, lalu dengan cepat ia merogoh saku jaket Takemichi untuk menemukan ponsel di sana.

Takemichi terlalu tertekan untuk perduli akan nasib ponselnya.

Ketika menemukan benda persegi itu, Kokonoi segera membuka riwayat pesan. Inui penasaran dengan apa yang dilakukan rekannya itu.

"Ketemu," ucap Kokonoi, lalu menunjukkan layar ke hadapan para petinggi Touman di depannya. "Pesan dari (Nama)," lanjut pemuda itu.

From : (Nama)-san

Hei, datanglah ke rumahku, Takemicchi. Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu.

"Dan seperti yang kita semua tahu, (Nama) memanggil Hanagaki hanya dengan panggilan Hanamicchi," tambah Kokonoi dengan raut serius.

"Ada yang ingin mengadu domba di antara anggota Touman."

***

Suara bel di ruangan UGD berbunyi, tanda operasi telah selesai. Semua orang di sana harap-harap cemas dengan dokter yang sebentar lagi keluar.

Sementara itu, Mikey duduk di samping Takemichi yang sepertinya masih terpukul akan kejadian yang menimpanya.

"Hei, tidakkah kau mengingat saat serangan Moebius yang menusuk Kenchin?" Mikey bersuara. Bibirnya terulas senyum tipis. "Saat itu kau menyelamatkannya, Takemicchi."

Takemichi diam saja, tetapi Mikey tau bahwa pemuda itu mendengarkan. Kepala Mikey mendongak menatap langit-langit rumah sakit. "Aku tidak bisa membayangkan jika hal buruk terjadi saat itu. Aku beruntung kau ada di sana, Takemicchi."

Kedua mata Takemichi kembali penuh dengan air mata. Ia menggigit bibirnya keras-keras agar tidak menangis.

Mikey tertawa lirih. "Jadi, jangan khawatir. (Nama) lebih kuat dari Kenchin, jadi dia pasti selamat." pemuda dengan surai pirang itu menepuk bahu Takemichi yang kembali terisak.

"Benar kata Mikey," suara Draken yang berdiri terdengar di samping Takemichi. "Dia adalah gadis paling keras kepala yang kukenal. Dia pasti selamat."

Seorang dokter keluar dari ruang operasi, sontak membuat Mikey dan yang lainnya mendekat. Takemichi menyusul dengan langkah terseok, tetapi keyakinan di hatinya mulai tumbuh.

Di linimasa sebelumnya, hari ini (Nama)-san mati. Dan saat itu akulah tersangkanya. Takemichi mengusap keras airmatanya.

Saat ini sudah berbeda. Aku terbukti tidak bersalah dan aku yakin, masa depan akan berubah. (Nama)-san tidak akan mati.

"Aku yakin itu," ucap Takemichi pelan penuh keteguhan.

"Maafkan kami." dua kata pembuka dari dokter wanita itu membuat semangat yang baru Takemichi bangun langsung pupus.

"A-apa maksud anda, Dokter?" Mitsuya menahan napasnya.

Sang dokter mengembus napasnya panjang. Wajahnya terlihat muram. "Pasien mengalami hipotermia berat karena terlalu lama kehujanan. Dia juga kehilangan banyak sekali darah. Operasi sudah selesai dan saat ini dia dalam keadaan kritis."

"Tubuhnya sangat lemah," sambung sang dokter lagi. "Jika dia bisa melewati masa kritis ini, maka kita bisa bernapas lega. Namun, jika tidak ..."

Dokter tidak melanjutkan kalimatnya.

Dokter itu maju dan menepuk pundak Mitsuya yang berdiri paling depan. "Aku minta maaf karena mengatakan ini, tapi, persiapkan kalian untuk kemungkinan yang lebih buruk."

***



Continue Reading

You'll Also Like

431K 34.6K 65
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuhπŸ’«"
121K 8.6K 54
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
105K 11.1K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
225K 33.8K 61
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...