ZAHTHAR [END]

By pisthamar

2M 134K 1.7K

Kisah tentang gadis kelas 12 SMA yang harus dipindahkan dari sekolah menuju pesatren milik sahabat ayahnya. I... More

P R O L O G
01. Sekolah
02. Pesantren?
03. Suasana Baru
04. Bertemu
05. Membencinya
06. Dihukum Berdua
07. Permintaan Maaf
08. Menemui Gus Atthar
09. Belajar Dari Awal.
10. Kehilangan Barang Berharga.
11. Sakit
12. Calon Istri?
13. Masalah Dimulai.
14. Pacaran
15. Sad Girl
16. Melangitkan Namanya
17. Teman Baru
18. Mengkhawatirkannya
19. Baper?
20. Mulai mencintainya
21. Terluka
22. Perjodohan
23. Menuduh
24. Pasar Malam
25. Cambuk
26. Fitnah
27. Menangis
28. Dia akan Datang
29. Dua Hati Yang Tersakiti
30. Dia Dan Terungkap
31. Kecewa
32. Menerima Takdir
33. Pulang Ke Jakarta
34. Izin Berpoligami
35. Dengan Akbar
36. Kenyataan Pahit
37. Kehancuran Hati
38. Pernikahan.
39. Keinginan Terakhir
40. Perginya Zahra
41. Kehidupan di As-Salam
42. Perjodohan Nabila
43. Menepati Janji
44. SAH
45. Malam Pertama
46. Kenyamanan.
47. Pernikahan Nabila.
48. RaihaNabila
49. Kekesalan Zahra.
50. First Kiss
51. Seutuhnya.
52. Pesan Dari Mu.
53. M-Mamah.
54. Merindukan.
55. Cinta Pertama Ku.
56. Bahagia dan Dukanya.
57. Surat Dari Arumi.
58. Tanggung Jawab
59. Kelemahan Zahra
60. Membentak.
61. Kelahiran Buah Hati
63. Penuh kejutan.
64. Pernikahan Akbar
65. Hadiah Untuk Mu
Epilog : Bersama Mu.
Spin-off

62. Ungkapan Akbar

26.8K 1.7K 13
By pisthamar


Happy reading.
_________

Banyak yang berbahagia dengan kelahiran Haura. Begitu juga dengan Zahra, namun ia sedih disaat kedatangan keluarga baru, keluarga kandungnya sudah tidak ada.

2 hari setelah Zahra melahirkan, ia perbolehkan pulang. Zahra pulang bersama suami dan mertuanya. Banyak yang menyambut kehadiran mereka.

Karena dirasa lelah, Zahra istirahat dikamarnya.

Di ruang tamu banyak teman-teman sekamar Zahra dulu waktu di asrama.

"Masya Allah cantik banget. Jadi pengen punya anak, deh." Celetuk Qila.

Difa mendelik dan menabok paha Qila pelan, "Kalau mau punya anak, punya suami dulu."

"Masih proses." Qila terkekeh.

"Gus, Kak Zahranya kemana ya? Kok dari tadi nggak kelihatan." Tanya Acha.

Gus Atthar menoleh pada Acha, "Zahra lagi dikamar, tidur sepertinya. Kasihan kecapean." Jawab Gus Atthar.

Mereka menganggukkan kepalanya, paham.

"Cha, kamu mau ngabdi disini?" Tanya Difa.

Acha menoleh pada Difa, ia terdiam.

"Masih bingung mau kemana. Kayaknya aku nggak disini lagi, nggak ngabdi. Mau kuliah di Jakarta, kasihan orang tua aku berdua terus."

"Mau ngejar cita-cita juga." Lanjut Acha.

"Aku doain ya kamu bisa raih cita-cita kamu."

"Aamiin."

Disaat sedang asik mengobrol dan memandangi Haura, Akbar masuk ke dalam.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

"Cha, boleh bicara sebentar?" Ucap Akbar.

Acha mengangguk, "Boleh. Acha ikut sama Akbar dulu ya."

Acha beranjak dari duduknya dan melangkah mengikuti Akbar yang berjalan didepannya. Sesampainya di tempat tujuan mereka duduk berjarak.

"Cha, sehabis ini kamu mau kemana?" Tanya Akbar.

"Mau ke Jakarta buat kuliah kedokteran, Insya Allah. Kalau kamu?"

Akbar menghela napasnya.

"Keluar negeri, mau lanjutin S2. Dan ngurus perusahaan Papah."

"Wah keren pulang-pulang jadi CEO nih."

Akbar terkekeh, "Kamu juga jadi Dokter."

"Cha, ada yang perlu aku omongin sama kamu."

Acha diam mendengarkan kelanjutan dari Akbar.

"5 tahun lagi. Aku akan kembali untuk mengkhitbah kamu."

Deg.

Tubuh Acha membeku saat mendengar penuturan dari mulut laki-laki didepannya ini. Jantungnya berdegup lebih kencang.

'Ya Allah mau baper tapi takut di php in.' Batin Acha.

"Itupun kalau kamu sanggup menunggu aku pulang. Tapi kalau kamu nggak sanggup dan punya pilihan sendiri, aku gak akan pernah maksa kamu. Aku juga bakalan ikhlas jika kamu menikah duluan. Aku rela."

"Aku siap tunggu kamu, Bar."

Akbar tersenyum tulus mendengar ucapan yang ia tunggu-tunggu dan ia harapkan.

"Aku enggak akan sama yang lain. Tapi kembali juga ke kamunya, kalau kamu duluan dalam artian kita nggak berjodoh nggak papa. Aku ikhlas menerima semuanya."

Akbar mengangguk-anggukan kepalanya, benar kata Acha. Ia tidak tau siapa yang akan menjadi jodohnya. Manusia atau kematian terlebih dahulu. Manusia hanya bisa merencanakan dan yang menentukan hanya Allah.

"Besok aku akan ke Amerika. Kamu jaga diri baik-baik ya disini. Harus semangat terus. Raih cita-cita kamu. Semoga kita akan dipersatukan dalam kondisi yang sudah Allah siapkan."

"Secepat itu kamu pergi?" Sendu Acha.

"Cuma 5 tahun aku diluar negeri itupun bisa kurang atau lebih. Tergantung tugas disana. Aku harap kamu sabar menunggu ku, Cha."

"Lama ya."

"Aku kan bilang, kalau kamu nggak sanggup, kamu boleh menikah dengan yang lain. Asalkan dia bisa bahagiakan kamu. Jangan kamu taruh rasa ini dalam-dalam. Kita nggak tau jodoh atau maut yang akan terlebih dahulu menjemput kita."

Selama beberapa bulan ini mereka saling dekat. Akbar yang membutuhkan sosok pendengar dan pendengarnya adalah Zahra, namun Zahra sudah berkeluarga dan tidak ada yang bisa menggantikan sosok Zahra.

Acha datang diwaktu yang tepat, alhasil mereka saling dekat dan menumbuhkan rasa pada diri mereka masing-masing.

Yang dulu saling membenci, bahkan terkadang saling mengumpat satu sama lain. Akhirnya Allah dapat membolak-balik hati mereka. Dari yang dulu saling membenci sekarang saling menaruh rasa.

"Yaudah, nggak bisa lama-lama aku buat ngomong. Aku pamit dulu." Akbar pergi meninggalkan Acha.

Acha memandangi kepergian Akbar. Hatinya sakit? Tentu. Bagaimana tak sakit, mereka harus dipisahkan oleh jarak.

"Sampai bertemu 5 tahun lagi. Ku harap hati kamu selau untukku. Aku siap menunggu kamu pulang." Lirih Acha.

*****

Setelah menunggu Gus Atthar pulang dari Masjid, Zahra mengajak ngobrol anaknya. Walaupun tidak ada balasan hanya terkadang senyuman yang terukir dari bibir tipis anaknya.

"Anak siapa sih cantik banget? Anaknya Umma Zahra sama Abi Atthar mah emang cantik, apalagi Ummanya." Celetuk Zahra memainkan pipi tembam anaknya.

Cup.

Cup.

Zahra mengecupi wajah anaknya dengan gemas. "Pengen Umma makan rasanya kamu, nak. Gemes bangettt."

Zahra membawa anaknya ke ruang tamu sambil menunggu suaminya pulang.

Beberapa saat kemudian, akhirnya yang ditunggu-tunggu pulang juga.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam."

Zahra menoleh ke arah pintu, ia menghampiri suaminya dan langsung mengecup punggung tangan suaminya.

"Kok disini, kenapa nggak dikamar aja? Kamu juga butuh istirahat sayang. Kamu baru kemarin pulang dari rumah sakit loh.."

"Bosen Mas, duduk terus."

Gus Atthar mengecup kening istrinya.

Oek oek oek.

Tangisan Haura kencang.

"Aduh, cup cup cup." Zahra menimang-nimang anaknya agar tertidur kembali.

"Cemburu ya karena Ummanya dicium adeknya nggak. Sini Mas aja yang gendong." Zahra menyerahkan anknya pada suaminya.

Pada saat digendong oleh Gus Atthar, tangisan Haura berhenti.

"Iya kayaknya cemburu, Mas."

Mereka terkekeh melihat Haura yang tengah terlelap kembali.

Mereka masuk ke kamarnya. Gus Atthar merebahkan tubuh kecil Haura diranjang mereka.

Zahra dan Gus Atthar juga sama-sama merebahkan tubuh mereka disamping Haura.

"Mas, Bang Akbar mau lanjutin kuliah di luar negeri ya?"

"Iya, barusan juga ngomong katanya mau pamit besok."

"Nanti sepi dong nggak ada Bang Akbar."

"Masih ada Mas dan Haura yang selalu ada buat kamu."

Zahra mengangguk. Ia menatap suaminya.

"Kenapa?" Yanya Gus Atthar.

"Mau dengerin kamu sholawat sama ngaji." Cicit Zahra.

Gus Atthar mengangguk dan mulai bersholawat. Zahra tersenyum kagum mendengar suara merdu dari suaminya. Nikmat mana lagi yang kamu dustakan.

*****

Keesokkan harinya.

Akbar pamit pada semua keluarganya. Sebenarnya berat untuk Akbar meninggalkan mereka semua. Namun, apalah daya keinginan orang tuanya tidak bisa di bantah.

Akbar berhadapan dengan Zahra dan Gus Atthar yang sedang menggendong Haura.

"Haura, Om pamit ya. Tumbuh jadi anak baik buat orang tua Haura. Om nanti pulang jengukin Haura kalau Haura udah gede. Nanti jadi seperti Umma dan Abi kamu ya." Akbar mengelus-elus pipi Haura dan sesekali mengecup pipi Haura.

"Aamiin. Abang juga hati-hati disana, jaga kesehatan. Zahra nggak mau denger kalau Abang sakit." Ujar Zahra.

"Abang janji akan sehat terus disana, Abang juga bakal sering-sering nelpon kamu. 5 tahun lagi Abang pulang. Abang mau tunggu ponakan selanjutnya." Akbar dan Gus Atthar terkekeh melihat Zahra yang cemberut.

"Ini aja masih kecil."

"Mas setuju sama Akbar. Nanti Haura punya adek 1 lusin."

Zahra menabok pelan lengan suaminya karena ada Haura dalam gendongan Gus Atthar. Jika tidak sudah dirinya tinju badan suaminya.

"Ngadi-ngadi kamu sana aja sama kucing."

Setelah selesai ngobrol, akhirnya mobil jemputan Akbra datang.

Sang supir membantu Akbar memasukkan kopernya.

Akbar menghampiri Acha, ia merogoh saku celananya. Ia menyodorkan tasbih berwarna biru muda pada Acha.

"Jaga tasbih ini, Cha. Aku pamit, jaga kesehatan kamu, raih cita-cita kamu. Aku akan kembali 5 tahun lagi." Ucap Akbar.

"Akan akan jaga tasbih ini dengan baik. Aku juga tunggu kamu. Kita akan bertemu kembali oleh takdir yang indah. Dan akan dipertemukan dalam kondisi yang jauh lebih baik dari sekarang, Insya Allah." Sendu Acha.

*****

Vote + komen + share.

Menurut kalian endingnya gimana?

TBC.


19 November 2022.

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 133K 55
⚠️INI MURNI HASIL PEMIKIRAN SAYA SENDIRI⚠️ BUDIDAYAKAN VOTE, KOMEN, DAN FOLLOW. Seorang Gus muda berusia 20 tahun dijodohkan dengan seorang gadis ber...
495K 40.7K 40
"1000 wanita cantik dapat dikalahkan oleh 1 wanita beruntung." Ishara Zaya Leonard, gadis 20 tahun yang memiliki paras cantik, rambut pirang dan yang...
1.9M 95.2K 53
Namanya, Arkana Ghazziy Alvarendra yang berstatus sebagai Gus. Ia baru saja menyelesaikan pendidikannya di Kairo Mesir. Gus yang mempunyai sifat cuek...
1.7M 125K 47
"Hah, kapan Adel nikah Bunda? Kan Adel baru pulang dari supermarket," "Sepuluh menit yang lalu sayang," "Hah?! Siapa suami Adel?" "Tuh, lagi natap ka...