ZAHTHAR [END]

By pisthamar

2.1M 139K 1.8K

Kisah tentang gadis kelas 12 SMA yang harus dipindahkan dari sekolah menuju pesatren milik sahabat ayahnya. I... More

P R O L O G
01. Sekolah
02. Pesantren?
03. Suasana Baru
04. Bertemu
05. Membencinya
06. Dihukum Berdua
07. Permintaan Maaf
08. Menemui Gus Atthar
09. Belajar Dari Awal.
10. Kehilangan Barang Berharga.
11. Sakit
12. Calon Istri?
13. Masalah Dimulai.
14. Pacaran
15. Sad Girl
16. Melangitkan Namanya
17. Teman Baru
18. Mengkhawatirkannya
19. Baper?
20. Mulai mencintainya
21. Terluka
22. Perjodohan
23. Menuduh
24. Pasar Malam
25. Cambuk
26. Fitnah
27. Menangis
28. Dia akan Datang
29. Dua Hati Yang Tersakiti
30. Dia Dan Terungkap
31. Kecewa
32. Menerima Takdir
33. Pulang Ke Jakarta
34. Izin Berpoligami
35. Dengan Akbar
36. Kenyataan Pahit
37. Kehancuran Hati
38. Pernikahan.
39. Keinginan Terakhir
40. Perginya Zahra
41. Kehidupan di As-Salam
42. Perjodohan Nabila
43. Menepati Janji
44. SAH
45. Malam Pertama
46. Kenyamanan.
48. RaihaNabila
49. Kekesalan Zahra.
50. First Kiss
51. Seutuhnya.
52. Pesan Dari Mu.
53. M-Mamah.
54. Merindukan.
55. Cinta Pertama Ku.
56. Bahagia dan Dukanya.
57. Surat Dari Arumi.
58. Tanggung Jawab
59. Kelemahan Zahra
60. Membentak.
61. Kelahiran Buah Hati
62. Ungkapan Akbar
63. Penuh kejutan.
64. Pernikahan Akbar
65. Hadiah Untuk Mu
Epilog : Bersama Mu.
Spin-off

47. Pernikahan Nabila.

29K 2K 34
By pisthamar

Vote + komen ges.

Happy Reading.
______________

Terlihat seorang gadis yang tengah berkutat dengan urusan dapur. Dia, Zahra yang sedang melakukan ritual paginya, yaitu memasak. Karena suaminya, Gus Atthar ingin memakan masakan dari istri tercintanya.

Zahra hanya memasak seorang diri tanpa bantuan dari siapapun. Ia tak ingin merepotkan orang-orang, hanya masalah masak ia yakin bisa. Masalah beres-beres rumah pun ia yang mengerjakannya sendiri. Karena ia rasa mampu ditambah lagi dengan rumahnya yang tak terlalu besar dibandingkan dengan rumah orang tuanya di Jakarta.

Setelah selesai memasak Zahra menaruh hasil masakannya didapur. Diwaktu yang tepat Gus Atthar baru saja selesai mengajar di salah satu kampus.

Zahra menyalim tangan suaminya.

"Kok, nggak tungguin didepan?" Cemberut Gus Atthar.

Zahra nyegir, "Maaf, ini juga baru selesai masaknya. Besok-besok deh Zahra tunggu di depan."

Zahra mempersilakan Gus Atthar untuk duduk, ia menaruh tas yang dibawa oleh suaminya.

"Aku ke kamar dulu ya, mau ganti baju. Bau asem. Nanti ikut makan juga kok."

Gus Atthar mengangguk, "Jangan lama-lama. Saya sudah lapar, masakan kamu bikin saya ngiler."

Zahra terkekeh. Ia masuk ke kamarnya untuk mengganti baju dan jilbab instannya, karena ia belum berani membuka hijab, walaupun didepan suaminya sendiri.

Gus Atthar juga tidak mengatakan, menyuruh apalagi memaksa dirinya membuka hijab, mungkin nanti atau inisiatif dari Zahra sendiri, entahlah.

Setelah beres, Zahra kembali untuk makan bersama dengan Gus Atthar.

Saat Zahra datang, Gus Atthar menarik kursi sebelahnya untuk Zahra, kemudian mempersilahkan istrinya duduk.

"Bisa narik kursi sendiri kali Gus."

Gus Atthar terkekeh, "Kasihan istri saya masak sendirin, makanya saya tarikin kursinya biar kamu nggak cape narik kursi."

Zahra terkekeh geli, ada-ada saja suaminya ini.

Gus Atthar juga sudah menaruh nasinya dipiring. Saat Zahra ingin menyedokkan nasi ke piringnya sendiri, tangannya ditahan oleh Gus Atthar.

"Makannya satu piring aja." Ucap Gus Atthar. "Eum, oke. Sendok juga?" Tanya Zahra yang diangguki oleh Gus Atthar.

"Gak jijik nanti kena mulut Zahra?"

Gus Atthar mengernyitkan dahinya, "Jijik kenapa? Romantis tau, supaya kita tambah dekat juga sayang." Gus Atthar menjawil hidung Zahra.

Sayang? Tahan Zahra sangan salting, batinnya.

"Ya udah, lauknya mau apa?"

"Ayam goreng, sayur sop sama sambel aja."

Zahra mengangguk, ia menyedokkan lauknya dipiring. Kemudian Zahra mengangkat sendoknya untuk menyuapi gus Atthar.

"Bismillah dulu." Titah Zahra. Gus Atthar berdoa, kemudian membuka mulutnya. Ia dapat merasakan kembali bagaimana lezatnya masakan Zahra.

"Enak sayang masakan kamu."

"Yakin?"

"Masa boong sih, enak banget gini. Udah lama juga saya nggak pernah makan masakan kamu. Apalagi sejak kamu pergi. Kangen rasanya." Gus Atthar membuka kembali mulutnya.

Gus Atthar menelan makanan yang dikunyahnya, "Jangan suapin saya terus, kamu juga butuh makan. Kamu sudag kecapean masak sendiri. Sini sendoknya saya yang suapin kamu."

Gus Atthar meminta sendoknya, ia menyuapi Zahra.

Setelah selesai makan berdua pun, minum juga dari gelas yang sama.

Setelah selesai, Gus Atthar menyuci piringnya. Ia ingin meringankan sedikit beban Zahra. Zahra yang awalnya menolak, namun Gus Atthar tetap kekeh.

*****

Setelah selesai dengan makannya, Zahra izin pamit untuk ke asrama. Ia ingin menemui teman-temannya, selagi menunggu waktu Ashar tiba.

Zahra masuk ke dalam asrama setelah mengucapkan salam. Ia melihat ke arah teman-temannya, semuanya sedang diam. Zahra mengerutkan keningnya.

"Kenapa kok pada diem. Nabila juga lesu banget mukanya. Kenapa sih?" Zahra menatap teman-temannya.

"Aku bentar lagi nikah." Lirih Nabila.

"Lho, emang bentar lagikan?"

"3 hari lagi, pernikahannya dipercepat."

"Gus Atthar kok nggak bilang ya."

"Abi ngomongnya baru, waktu Bang Atthar masih di kampus." Nabila menelungkupkan wajahnya di ranjang.

Zahra menghampirinya, ia memeluk tubuh Nabila dari samping. Walaupun ia bukan korban perjodohan, tapi ia dapat merasakan bagaimana sedihnya akan menikah dengan orang asing yang tak ia kenal.

Ia juga sempat perpikir, apakah mertuanya itu memiliki sifat egois pada anak-anaknya? Apakah ia tidak memiliki perasaan bagaimana sedihnya saat dipaksa dengan perjodohan. Entahlah, Zahra tidak bisa ikut campur dengan urusan keluarga suaminya itu.

"Kamu udah sholat istikharah?"

Nabila mengangkat kepalanya, ia menatap lekat mata Zahra.

Nabila mengangguk, "Udah. Aku dapet petujuk lewat mimpi, seorang laki-laki datang menemui Abi dan mengkhitbah aku."

"Tapi aku takut, dia tidak bisa nerima aku. Dia masih belum move on dari kamu. Takut juga pernikahan ini nantinya kandas ditengah jalan aku ndak mau."

"Kok ngomongnya gitu. Yang baik-baik dong. Aku yakin kamu bisa lewati ini semua, anggap aja ini ujian kamu untuk mendapatkan hatinya. Kamu kasih perhatian lebih ke dia nanti, doa juga jangan lupa, kencengin tiap malamnya. Insya Allah, Allah akan luluhkan hatinya supaya bisa menerima dan mencintai kamu."

Nabila memeluk tubuh Zahra.

"Terima kasih, kamu selalu ada saat aku butuh support."

Zahra tersenyum hangat dibalik dekapan pelukan Nabila, "Itu gunanya teman. Saat butuh teman curhat aku selalu ada yang lain juga. Saat ada saran aku kasih. Kalia juga selalu ada buat aku, support."

Acha, Qila, dan Difa memeluk tubuh mereka, menyalurkan sayang dalam hal pertemanan bahkan mereka sudah seperti keluarga sendiri.

Mereka melepaskan pelukan masing-masing.

"Disini atau dimana akadnya?" Tanya Difa.

"Disini. Nanti kalian temenin aku ya."

"SIAP."

Mareka tertawa kembali.

*****

3 hari kemudian.

Hari dimana seorang anak perempuan satu-satunya dari Kyai Umar dan Nyai Fara, akan melepaskan masa kesendiriannya.

Tiba saat acara ijab qabul dimulai. Nabila yang melihat dari acara dari layar yang dipasang. Hatinya sudah menerima takdir. Ia akan berusaha mencintai dan menyayangi Gus Raihan. Ia yakin pilihan Abinya memang yang terbaik.

Nabila ditemani oleh Qila dan Difa. Acha di suruh untuk menjamu para tamu. Sedangkan Zahra, ia menemani suaminya dan Adnan, karena Adnan terus merengek ingin ikut dengan Zahra.

Suara mikrofon terdengar.

Gus Raihan menjabat tangan calon mertuanya, Abi Umar. Sebelum itu, Abi Umar memeberi sedikit nasihat pada Gus Raihan.

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya, Nabila Zakira Dhiaulhaq dengan engkau Muhammad Raihan Alfarizki bin kyai Ahmad Sofyan, dengan maskawin uang  70 juta rupiah, cincin emas 70 gram, dan seperangkat alat sholat, dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Nabila Zakira Dhiaulhaq binti Kyai Umar Syarif Dhiaulhaq dengan maskawin tersebut, Tunai." Ucap lantang dari Gus Raihan.

Nabila yang berada diruangan lain, ia meneskan air matanya. Ia tak menduga akan menikah secepat ini, apalagi dengan perjodohan yang dilakukan oleh Abi-nya.

Nabila keluar ditemani oleh Qila dan Difa disampingnya.

Gus Raihan dapat melihat wajah seorang wanita yang beberapa detik lalu sudah sah menjadi istrinya, begitu cantik dengan riasan make-up yang tidak terlalu tebal. Dengan balutan hijab syar'i menutup dada.

Gus Raihan menghampirinya dan menaruh tangannya di kepala istrinya dan berdo'a.

"Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih.”

Setelah berdo'a, Gus Raihan mengulurkan tangannya dan diraih oleh Nabila kemudian ia cium punggung tangan itu. Gus Raihan mencium kening Nabila lembut.

Gus Raihan melepaskan bibirnya dari kening Nabila. Gus Raihan dapat melihat dengan kelas wajah cantik tersebut. Wajah yang sudah halal ia sentuh bahkan cium sekalipun.

"Cantik."

Blush.

Nabila salting? Tentu saja.

Gus Raihan menarik pelan tangan halus istrinya, ia manautkan cincin dijari manisnya. Dan sebaliknya.

Kemudian mereka saling berpandangan. Nabila dapat melihat bagaimana raut wajah hangat suaminya, apalagi saat Gus Raihan membalas tatapannya dengan senyuman manis. Tercetak lesung dibagian pipi kirinya.

Gus Raihan mengelus lembut kepala Nabila. Ia mendekatkan bibirnya pada telingan Nabila.

"Ana uhibbuki fillah ya zawjati."

Blush.

Rona merah mengenai pipinya, beruntung wajahnya terkena make-up, jadi tak terlihat dengan jelas.

Nabila mesem-mesem. Gus Raihan terkekeh melihat kesaltingan istrinya.

Gus Raihan memang mencintai Nabila dari dulu, saat ia ikut bersama Kyai Ahmad yang mengunjungi pesantren Kyai Umar.

Ia melihat gadis berusia 11 tahun yang malu-malu bersembunyi dibelakangi tubuh Umminya. Dari situlah timbul rasa suka dan berakhirlah dengan rasa cinta.

Masalah Zahra, ia yakin hanya lah rasa kagum tidak lebih.

"Gus, jangan bikin Nabila salting deh. Malu." Desis Nabila.

Gus Raihan terkekeh, "Masih sama seperti dulu, malu-malu saat melihat saya."

Nabila mengernyitkan dahinya, "dulu?"

Gus Raihan terkekeh melihat wajah bingung istrinya, ia menjawil hidung Nabila, "Masih muda udah lupa. Nanti saya ceritakan."

Dari sini, Nabila tak salah menepatkan hatinya. Gus Raihan sudah mencintainya dari dulu. Ia berjanji akan menjadi seorang istri yang taat dan berbakti pada suaminya.

Semoga Allah meridhoi pernikahan ini dan menjadi keluarga yang sakina mawadah dan warahmah.

*****

Mau tetep sama Gus Atthar atau oleng ke Gus Raihan???

Gimana part ini, seru atau malah ngebosenin???

Vote + komen + share.

Kritik dan saran dipersilakan.

TBC.

Continue Reading

You'll Also Like

148K 5.5K 40
Serpihan cinta Gus Al dan Ning Syafa yang berakhir abadi🌹 Dilarang keras plagiat⚠️ Cerita ini murni hasil imajinasi author, jika ada unsur kesamaan...
6.2M 600K 69
FOLLOW DULU BARU BACA YA!! 📌 Cerita pertamaku mohon maaf atas kesalahan penulisan serta kata yang kurang dimengerti🙏 📌 Plagiat dilarang mendekat y...
1M 86.6K 30
Menikah dengan seseorang yang pernah kamu cintai dalam diam saat hatimu sedang dirundung kecewa? Bukankah itu indah? Begitulah harapan Keisya saat me...