Trying To Stay [END]

By malamsejuk

6.8K 5.4K 1.8K

FOLLOW + VOTE + COMENT & SHARE AGAR TAHU INFO UPDATE NYA !! _END....._ Rank #1 jalan keluar Rank #2 Qanita R... More

Prolog
Cast !
chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
chapter 4
chapter 5
chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Extrachapter
Epilog
Chapter 40

Chapter 34

28 24 6
By malamsejuk

'Rasa tak menentu memenuhi benak ini, berbagai tanya keluar namun tak terucap. Jadi harus apa yang dilakukan?'

Trying To Stay

________________________

Ruangan 4×4 yang sunyi, terdapat dua orang lelaki yang berbincang dengan berdiri didekat balkon. Seorang anak perempuan terduduk disamping brankar.

"Ceritain Rez, jangan buat gue penasaran sendiri!" Pinta Aldi memaksa Reza.

Yang dipinta hanya terdiam, bingung harus apa yang dia katakan.

"Qadarullah, gue juga gak tau kenapa bisa kayak gini." ungkap Reza, Aldi yang mendengarkan semakin bingung.

"Hai kak? Udah mendingankan? Masih ada yang sakit?" adik Aldi bertanya pada orang yang terbaring di brankar, yang ditanya hanya terdiam, ia kebingungan kenapa ada disini.

"Udah gapapa dek," jawabnya dengan singkat pada anak kecil dihadapannya.

"Eh... Nit?" Kata Reza menoleh ketika adik Aldi mengajaknya ngobrol.

"Gimana? Dah enakan?" sapa Reza lagi padanya.

Yang ditanya hanya mengangguk ragu, berbagai pertanyaan memenuhi benak dirinya.

"Gue pulang aja kak." Sepatah kata itu akhirnya keluar dari mulut Qanita pada Reza.

Mendengar hal itu Reza terbungkam, mana mungkin orang baru bangun minta pulang dengan keadaan belum stabil?

"Beneran? Biar gue anterin," ucap Reza dengan sigap.

"Iya, gak usah. Gue sendiri aja gapapa, lo sama kak Aldi aja," tolak Qanita.

"Gue yang nemuin lo, gue juga yang harus bertanggung jawab. Gue bawa Aldi sama adiknya, jadi gak akan nimbulin fitnah, biar gue duduk didepan sama Aldi, lo duduk di belakang sama adik Aldi." Terang Reza dengan tegas, namun Qanita rasa ini bukan hal yang tepat.

"Udah Nit, gapapa sama kita aja. Lagian udah sore, gak baik perempuan sendirian, adek gue juga gak ada teman, jadi biar lo temannya. Lagian lo baru bangun juga, takutnya kenapa napa yakan?" ucap Aldi yang setuju dengan ide Reza.

"Handphone gue?" tanya Qanita.

Reza memberikannya, lalu Qanita memanggil telpon ke seseorang entah siapa, namun tak ada balasan sama sekali.

"Gue tadi udah hubungin orangtua lo, mereka titipin lo sama gue buat anter lo ke rumah, gue bilang ke mereka kalau gue nemu lo gak sengaja, soal yang kejadian tadi gue gak bilang sepenuhnya, gue juga tau kalau lo juga gak mau mereka tau atas apa yang terjadi sama lo." ungkap Reza panjang lebar.

Akhirnya Qanita mengangguk, tapi pikirannya kembali melayang karena disalah satu tangannya bajunya sobek dan diberi balutan kasa, melihat itu ia memberikan jaket yang ia bawa padanya.

"Udah pake jaket gue dulu aja," ucapnya.

***

"Kok bisa semuanya kejadian kayak gitu?" tanya Aldi disaat perjalanan.

Qanita hanya mengangkat bahunya acuh, tak mungkin ia menjelaskan semuanya, itu privasi dirinya.

"Gue masih bingung sama kejadiannya? Walaupun gue gak tau si kronologisnya, tapi ya aneh aja menurut gue," lanjut Aldi.

Yang ditanya hanya terdiam, ia malah fokus dengan benda pipih didepannya. Sebuah berita muncul disalah satu medsosnya.

Dengan lincah tangannya mengotak atik  lalu menghubungi seseorang, namun hasil yang tak memuaskan, tak ada jawaban yang diterima dari lawan sambungan.

"Kak? Lagi hubungin siapa?" tanya seorang anak perempuan disampingnya, Ia segera menoleh lalu tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.

"Kak liat kendaraan gue gak tadi? Kendaraan gue lo kemanain?" tanya Qanita.

"Kendaraan lo dirumah gue, nanti gue anterin sekarang lo istirahat dulu aja," jawab Reza yang masih fokus dengan kemudinya.

Mereka telah sampai dirumah Qanita, setelah pamitan ia turun dari mobil lalu mobil itu pergi begitu saja. Setelah Ia rasa mobil itu pergi, dengan cepat ia berlari menuju halte, lalu kembali pergi ditengah hari senja.

***

Sejumlah evakuasi dilakukan ditempat yang tertimbun longsor, beberapa orang terluka akibat kejadian ini. Ketika ia sampai ditempat ini, Ia berjalan tergopoh gopoh, melewati beberapa pengevakuasian. Raut wajahnya kini berbeda dengan hari hari biasanya, ia terlalu khawatir dengan keadaan kakaknya.

Beberapa tenda ia lewati namun kakaknya masih tak terlihat, Ia kembali menyusuri tenda lainnya, hingga ketika ia melanjutkan langkahnya sebuah tangan menahan pundaknya.

"Nit?!" sapanya dengan suara khas serak dan tegasnya.

Ia berbalik ke belakang, orang yang ia cari ada dihadapannya, dengan cepat ia memeluk orang itu.

"Tenang Nit, gue ada disini. Lo gak perlu takut," ucapnya menenangkan seolah tau apa yang adiknya takutkan.

"Gue gak mau semuanya terulang kak," ucapnya disaat ia masih memeluk kakaknya itu.

Kakaknya itu membalas rangkulan adiknya, lalu mengusap punggung adiknya. "Nggak akan, gue yakin. Buktinya Allah jaga gue sama yang lain," lanjut Amran dengan tersenyum.

"Duh kayak dunia milik berdua ya," celetuk Maulana disaat suasana seperti ini.

Bagas memukul bahunya lumayan keras pada temannya yang aneh ini. "Wajarlah mereka adek kakak, gak kek lu buaya darat." Ujarnya menohok.

"Pake jaket siapa?" tanya Amran.

"Teman. Kalian kok bisa baik baik aja? Padahal kejadiaanya sama persis di tempat kalian camp," jawab Qanita dilanjut dengan pertanyaan.

"Panjang ceritanya Nit. Mending sekarang kita bantu yang lain dulu trus langsung pulang," ucap Afzal diangguki yang lainnya.

****

Ia sampai dirumahnya, keluarga kecilnya itu tengah berkumpul.

"Assalamualaikum, maaf aku telat, tadi ada urusan yang harus aku selesaiin." Terang Reza lalu ikut bergabung dengan mereka.

"Wa'alaikumussalam, sibuk mulu pak. Kayak banyak banget kerjaan," balas Abangnya dengan jahil.

Reza duduk dikursi tenpat keluarga ngumpul, ia hanya terdiam nafasnya gusar, ia memakan makanan yang telah disediakan dihadapannya.

"Tuhkan, kek benang kusut aja lo. Padahal masih muda, kasian ya.." ledek abangnya lagi tapi tak diindahkan oleh Reza.

"Berisik bang, gue gak gitu juga." Jawab Reza agak sensitif.

Abangnya hanya terkekeh pelan. "Gue tau lo lagi banyak pikirankan? Mikirin apaan si kek berat banget ketos ini, perasaan pas gue jadi ketos semuanya fine fine aja. Atau jangan jangan—" belum juga selesai Reza telah memotong pembicaraannya.

"Gimana lo kuliah diluar? Stress gak? Ditambah urusin perusahaan Ayah," tanya Reza to the point.

Abangnya hanya terkekeh mendengar pertanyaan adiknya. "Pusing banget, gue sering stress," jawabnya dengan memegang kepalanya.

"Oh," balas Reza hanya ber-oh saja.

Gelak tawa terdengar, ya Abangnya itu tertawa tepat disampingnya. "Ya Allah, lo percaya sama gue Rez? Padahal gue bercanda,"

"Gue dah tau," timpalnya.

"Lha terus tadi lo kek serius banget," ucap Abangnya lagi.

Reza hanya mengangkat bahunya acuh, tak lma setelahnya bunda mereka memanggilnya.

****

Squad cecan terabsurd

Kinara : gue pengen cerita panjang kali lebar '(

Keyra : cerita apaan?

Mayra : sepertinya dia gabut.

Kinara : ihh lo pada!! Gue serius, bisanya bikin hari gue ancur aja.

Keyra : ydah cpt apaan?

Kinara : tau ah gue g mood, ga jdi cerita.

Mayra : dasar dodol, buang buang wktu gue aja.

Kinara : up to you. Ni rakyat satu lgi kmna ?

Keyra : nyari pendamping di kali citarum.

Qanita : ?

Kinara : dih mulai si kutub.

Mayra : brisik bgt dh lu. Gue lagi push rank juga, ganggu tau g.

Kinara : dimatiin juga bisa kli.

"Keyra!! Jaga rumah sama jaga adek ya, mamah mau urus dulu orderan," panggil mamanya.

"Iya ma," jawab Keyra singkat.

Seperti biasa, rumahnya sepi tak ada keramaian. Suasana hening, kalau kata adiknya 'rumah berasa kuburan' lucu si tapi emang gitu kenyataanya. Ia memutuskan untuk ke kamar adiknya, jalan jalan si rencananya.

"Arlan, jalan yuk. Pake motor didepan aja, bosen pake mobil mulu," ajak Keyra pada Arlan yang sedamg berkutat dengan handphonenya.

"Jalan kemana?" tanya Arlan pada kakaknya.

"Kemana aja, keliling Jakarta juga gapapa gue mah," balas Keyra yang duduk disamping adiknya.

Arlan menghembuskan nafasnya, lalu menatap kakaknya. "Yaudah, gue punya tempat bagus kebetulan cuman gue yang tau." ucap Arlan lalu berdiri dari duduknya.

"Lo gak pake jaket?" tanya Keyra yang melihat penampilan Arlan hanya memakai oversize.

"Nggak usah, deket juga. Lumayan si menurut gue buat nenangin diri, gak sumpek juga," terang Arlan lalu menarik tangan kakaknya untuk segera bersiap.

Continue Reading

You'll Also Like

13.5M 1.1M 81
♠ 𝘼 𝙈𝘼𝙁𝙄𝘼 𝙍𝙊𝙈𝘼𝙉𝘾𝙀 ♠ "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...
7M 293K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
8.4M 519K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
896K 66.6K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...