Obsession

By Stryhm_

1.6M 89.4K 5.5K

Ini tentang Zara, yang terjerat obsesi gila dari sosok Devano. ..... Rank: #1 Darkromance # 1 Lonely # 1 ket... More

satu
dua
tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua belas
Tiga belas
Empat belas
Lima belas
Enam belas
Tujuh belas
Delapan belas
Dua puluh
Dua satu
Dua dua
dua tiga
Dua empat
dua lima
Dua enam
Dua tujuh
Dua delapan
Dua sembilan
Tiga puluh
Tiga satu
Tiga dua
Tiga tiga
Tiga empat
Tiga lima
Tiga enam
Tiga tujuh
Tiga delapan
Tiga sembilan
Empat puluh
Empat satu
Empat dua
Empat tiga
Empat empat
Empat enam
Empat tujuh
Empat delapan
Empat sembilan
Lima puluh
Lima satu
lima dua
Epilog

Empat lima

14K 811 79
By Stryhm_


Devan mengerjapkan matanya, pening mendadak melanda kepala lelaki itu.  Ia menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri, di tatapnya ruangan asing yang tengah ia tempati.
Ruangan bercat biru muda dengan pemandangan seorang wanita yang tengah berdiri menghadap jendela.

Devan mendesis memegang kepalanya yang terasa berat, matanya masih merasa kantuk.

Wanita itu tampak menoleh,  memberi senyum manis untuk lelaki yang kini terbaring di atas kasur.

  "Pagi." Sapanya halus.

Devan kebingungan,  di tatapnya Dea yang kini berjalan mendekat. Bergerak menaiki ranjang.

Ia merangkak dengan bathrobe yang melekat di tubuhnya, hal tersebut membuat payudara wanita itu sedikit terpampang.

Devan tampak bergerak mengubah posisinya menjadi duduk, bersandar pada kepala ranjang.  Tangannya memijat pangkal hidung.

"Sayang.. " Dea memanggil,  mengusap rahang Devan dengan jarinya.

Mendapat perlakuan dadakan tersebut, Devan langsung menjauhkan kepalanya.  Ia menatap heran pada Dea yang terlihat tidak biasa.

"Dimana?" Devan bertanya dengan suara serak, ia menggeser posisinya agar sedikit menjauh dari Dea.

  "Rumah kita." Wanita itu tampak menyengir,  menampilkan deretan gigi rapi yang bersih.

Sedangkan Devan mengerjapkan matanya, ia masih merasa pusing.

  "Zara." Devan berguman, membuat Dea yang hendak membelai rahangnya terurung,  ia menampilkan raut tidak suka.

"Gak ada Zara,  Van." Ucapnya sedikit tegas.  Devan menoleh, menatap Dea dari atas hingga bawah.  Wanita itu sepertinya baru saja selesai mandi, rambutnya basah.  Namun,  wajahnya terlihat di poles make up yang sedikit menor.

Devan bergerak menjauh,  ia menyibakan selimut dan bangkit.

"Mau kemana?" Dea menatap gerak-gerik Devan dengan santai.

"Zara, aku harus ketemu Zara." Devan menjawab, berjalan menuju pintu kamar.

Sedangkan Dea tampak santai memperhatikan.

Devan bergerak memegang knop pintu,  dengan gerakan pelan.  Ia mendorong pintu tersebut.

Di kunci.

Devan berusaha mendorongnya kembali, mengerahkan tenaganya berharap agar pintu terbuka.  Namun nihil,  pintu tersebut tetap tertutup dengan kokoh.

"Kamu gak bisa kemana-mana, Van. Kamu akan selamanya disini.  Kita akan menjalani hari-hari bersama, tidur bersama,  dan hidup bahagia." Dea bersuara.

Devan seketika membalikan badan,  menatap Dea dengan alis terangkat.  Lelaki itu tampak menggeleng.

"Nggak,  gak bisa.  Aku harus pergi,  aku butuh Zara!" Devan tampak menolak.

Dea memasang wajah sendu, berjalan mendekati Devan, tangannya bergerak mengelus dada lelaki itu secara sensual.

Devan yang tidak nyaman pun langsung menghempaskan tangan wanita itu di tubuhnya.

"Kenapa?  Perlu aku lepas handuk biar kamu kepancing?" nada bicaranya di buat menggoda.  Namun,  hal itu tak membuat Devan terpengaruh, ia malah mendorong Dea dan berjalan menuju jendela.

Tangannya mendorong jendela tersebut agar terbuka.  Namun,  Lagi-lagi tidak bisa.

Devan tak menyerah sampai di sana, ia mengambil lampu tidur dan melemparkannya ke jendela. 

Sial.

Kaca tidak terlihat pecah sama sekali.  Lelaki itu tak sabar, pada akhirnya Devan menonjok kaca tersebut secara brutal.

Semua tenaganya ia kerahkan untuk meninju.

Dea dengan santai duduk di tepi kasur, memandang Devan yang berusaha memecahkan kaca.

"Kamu gak akan bisa, Van." ia kembali bersuara.

Mendapat perkataan tersebut membuat amarah Devan melonjak,  ia semakin memukul dan memukul secara brutal, meski tau kaca tersebut bukan kaca biasa.

Dea menghentikan kuku jarinya, ia berdiri dan melepas Bathrobe di tubuhnya.  Berjalan mendekat tanpa memakai sehelai benang pun.

Devan merasakan sentuhan di bahunya, seketika ia menghentikan aksi dan membalik badan.

"Zara gak pantes buat kamu, Van. Dia cuma jalang yang cuma bisa nyari perhatian ke semua cowok,  buktinya dia nikah sama Raja, bukan kamu.  Kamu cuma pantes sama aku, Van.  Cuma aku." Dea berbisik, mengelus rahang Devan hingga turun ke dada.

Devan menelan salivanya, tangannya mengepal kuat.

"Zara cuma sampah." Dea kembali berbisik, mencium telinga Devan.

  "Dia cewek murahan."

Detik berikutnya, tubuh Dea terhempas ke lantai.

Wanita itu menatap Devan tidak percaya.

Sedangkan Devan hanya berdiri dengan tangan mengepal.

"Jangan pernah jelekin dia.  Sekalipun!" Devan menahan amarahanya, ia berkata dengan tegas.

Dea terkekeh.

"Apa yang kamu suka dari dia, Van?!  Aku jelas lebih cantik!  Aku yang berusaha buat kamu sembuh!  Dan dia?  Dia penyebab kamu jadi gila!  Aku rela nyerahin tubuh aku sama Leo!  Demi buat kamu gak di siksa lagi, Van!  Semua aku lakuin demi kamu!" Dea tampak tersulut emosi,  Devan hanya diam memandang wanita di depannya yang tengah telanjang.

Tak ada nafsu sekali pun di mata Devan, yang ada hanya amarah yang membuncak.

"Sekarang kamu cuma punya aku, Van. Zara gabakal bisa kamu gapai lagi, Karna Leo. Bakal jauhin dia dari semua orang, termasuk kamu." Dea bangkit berdiri, kembali mendekat dan merapat pada tubuh Devan.

Namun Devan menjauh mundur, menatap Dea dengan nyalang.

"Leo?" katanya.

Dea tampak terkekeh.

"Iya, dia bakal bawa Zara pergi jauh, dan.  Ngegugurin anak kamu, anak kamu cuma pantes ada di rahim aku, Van." Dea membalas dengan nada sensual, terus mendekati Devan.

"Bangsat!" Devan mengumpat, menghempaskan tangan Dea yang Lagi-lagi membelai dirinya.

Ia menunjuk Dea dengan jarinya dan berkata nyalang.  "Kalo sampe Zara luka, nyawa lo yang jadi jaminan!"

Mendapat ancaman tersebut Dea malah mendengus.

"Kayanya, cara ini bisa bikin kamu sadar." ia berucap sinis, menarik kerah baju Devan dengan kuat.  Devan yang tak siap pun tampak tak bisa melawan, tubuhnya di hempaskan ke kasur.

Dengan brutal Dea mendorong bahunya hingga terlentang, kemudian menaiki tubuh Devan.

Devan tampak memberontak.

Namun, Dea tak habis akal.  Ia menampar wajah Devan dan langsung membuka kancing baju lelaki itu.

"Kamu cuma milik aku, Van!" Dea menegaskan kalimatnya, ia bergerak mencium bibir Devan dengan brutal.

Devan tampak kewalahan, ia mencengkram bahu Dea kemudian membalik posisi keduanya.

Dea malah terkekeh.

"Udah aku duga, kamu bakal kepancing." Ucapnya dengan tangan mulai mengalung ke leher Devan.

Devan tampak tersenyum miring, ia mengambil bantal kemudian membekap Dea dengan bantal tersebut.

Mendapat perlakuan seperti itu tentu saja Dea memberontak. Akan tetapi tenaga Devan jauh lebih kuat darinya.

Ia terus menekan bantal tersebut.

Sesaat kemudian, Devan tak lagi mendapat perlawanan.  Ia menarik bantal tersebut.  Dea tak bergerak, matanya tertutup.

Devan seketika bangkit,  berjalan menuju nakas guna mencari kunci.

Ia terus mengobrak-abrik laci yang ada. Tanpa menyadari jika Dea terbangun, berjalan mengambil pas bunga dan mendekat padanya.

Tangan Devan berhenti bergerak, ia menemukan kuncinya.

Tepat saat membalik badan, saat itu juga suara benturan Vas bunga terdengar.









....

Continue Reading

You'll Also Like

30K 1.3K 36
[SELAMAT MEMBACA] ** Dia adalah seorang bintang ternama yang sering di bicarakan di berbagai serial media. Kehidupan yang sering di jalaninya adalah...
1.4M 63.9K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
1.8K 255 9
[Genggam tanganku selagi kamu menunggu] *** Kisah ini bermula dari pertemuan tak sengaja di sebuah danau. Seorang Elian Marvis yang dengan keputusasa...
Here With Me By Lili

Teen Fiction

1.2K 112 9
Satu tahun tinggal di panti asuhan membuat hidup Yui benar-benar berubah. Tak ada lagi teriakan pertengkaran antara Ibu dan Ayahnya. Meski Yui harus...