Unpredictable (Niall Horan)

By noviatika

72.6K 3.7K 210

More

London!! i'm Coming!!
Part 2 : Oh My God!!
Part 3 : First Day
Part 4 : I Met Niall Horan
Part 5 : The Boys Concert
Part 6 : Backstage
Part 7 : Broken Heart
Part 8 : The Fight
Part 9 : He is Back
Part 10 : Scared
Part 11 : i Love Him
Part 12 : Best Idol
Part 14 : Holy Moly is it Real?
Part 15 : Believe it
Part 16 : Something Wrong with Him
Part 17 : The Fact
Part 18 : MissUnderstanding
Part 19 : The Competition Day
Part 20 : Public
ANNOUNCEMENT
Part 21 : New World
Part 22 : The Lie
Part 23 : Panic
Part 24 : Awake
Part 25 : Jealousy
Part 26 : i'm Afraid
Part 27 : Goes to New York
Check this Out!
Part 28 : New Year Eve
Is it The End of Everything?
Bad
Book 2 is out !!!
Announcement

Part 13 : Attack by Fanatic Fans

2.5K 130 1
By noviatika

Chapter in aku dedikasikan buat @ZaynMalik. aku rindu banget sama kamu Zayn :'(
#AlwaysInOurHeartsZaynMalik

Kringggg !!!!! Bel pulang sekolah telah berbunyi. Aku segera keluar dari ruang kelas. Aku mengobrol dengan Luke sepanjang perjalanan menuju loker sekolah,Aku berhenti di depan lokerku untuk menaruh beberapa buku.

"Oh ya Livv. aku ada urusan, aku duluan ya?" Ujar Luke, tatapanku berpaling untuk menghadapnya yang ada di sebelahku

"Kemana?" jess aku tahu ini bukan urusanku, tapi entahlah aku sangat ingin tahu. Kuharap dia tidak berfikir yang aneh-aneh.

"Menemani mamaku, biasa belanja. ckk aku laki-laki yang sudah dewasa tapi mamaku selalu menganggapku seperti anak kecil" Crocosnya, aku hanya menggidikkan bahu dan tertawa. sungguh dia memang masih seperti anak kecil sometimes, tingkahnya, bagaimana caranya dia menghiburku, bagaimana cara dia tertawa-just like Niall. Eh kenapa aku jadi menyamakan Luke dengan Niall?

"Alright. bye. see you tomorrow" Ucapku sambil memeluknya, dia balas memelukku dan segera meninggalkanku disini. Well untunglah tidak sepi, kalau sepi.. ughh aku benci kesunyian.

Setelah membersihkan loker dan menaruh beberapa buku, aku menutup lokerku dan betapa terkejutnya aku ketika melihat di sebelahku ada seorang gadis yang ew memakai make up tebal sekali. aku hanya memincingkan alisku tak mengerti dengan kedatangannya, maksudku hey aku bahkan tidak kenal dia. Aku menghadap ke arah lain, dan betapa terkejutnya aku mendapati diriku kini sudah dikepung dengan beberapa gadis, mereka seperti ingin memakanku hidup-hidup.

"ehmm ada apa ya?ada yang bisa kubantu?" Tanyaku berusaha untuk bersikap biasa, tapi sebenarnya di dalam hatiku, aku was was dan takut minta ampun.

"Ya. Jauhi mereka" Ucap seseorang yang ada di depanku. well aku tadi sudah membalikkan badanku dan menatap mereka semua satu-satu. Dan yang berbicara tadi adalah orang yang memakai hoodie yang bertuliskan Harry Styles. Mereka? Ah pasti yang dimaksud adalah the boys.

"Kenapa harus?" Tanyaku datar.

"Just stay away from them bitch!" Teriak gadis lainnya, aku menghadapnya dan menatapnya tak percaya, apa dia baru saja mengataiku bitch? baru aku membuka mulutku untuk memprotes omongannya tapi ada yang berbicara-lagi

"Kau berpacaran dengan Niall?"

"Tidak, kami hanya berteman" Ucapku dan sekali lagi aku mencoba untuk bersikap normal.

"You lied. Then how about the picture? you fucking slut. you take Niall from me" Makinya dengan amarah yang sudah di ujung kepala

"Hey jaga omonganmu!" Teriakku merasa terpancing. dan mereka hanya cekikikan

"Kau salah. Aku tak pernah merebut Niall dari kalian. Niall selalu mencintai kalian, dia milik kalian" Ujarku pada mereka yang kurasa mereka memang sedang menahan emosinya.

"Berikan Tasmu" Ucap gadis yang memakai tas One Direction

"Untuk?" Tanyaku bingung.

"Pasti kau punya nomor handphone mereka kan?Just give me your fucking back" Ujar salah seorang gadis sambil mendekat ke arahku.

"Aku tidak punya nomor mereka" elakku kepada mereka dengan nada ketakutan. ya aku sudah tidak bisa lagi bersikap normal. dan aku membenci ini

"Cepat berikan tasmu" Ujar mereka, dan tentu saja aku menolak apa yang mereka perintah. Aku memegang tasku dengan begitu erat dan mencoba untuk menjauh dari mereka. Bisa bahaya kalau mereka berhasil mengambil iPhoneku, memang di kontakku ada nomornya Niall,Zayn dan Louis dan aku tidak memberi nama mereka dengan nama samaran, melainkan dengan nama asli mereka.

Mereka mendorongku ke loker dengan cukup keras ketika aku hendak pergi meninggalkan mereka, dan alhasil punggungku serasa di injak oleh beberapa kuda, ugh sakit. Mereka terus berusaha untuk mendapatkan tasku, alhasil tarik-menarik pun terjadi, aku melawan 10 lebih orang. Dan bagaimanakah hasilnya? Karena aku menahan tasku dengan sangat dan amat erat, mereka belum bisa menggapai tasku, ya belum. Mereka mencakar tanganku berkali-kali, menjambak rambut lurusku yang telah tertata rapi berkali-kali, dan entah sejak kapan air mataku sudah mulai menetes. Rasanya tanganku seperti terbakar dan kepalaku seperti tertimpa berat besi berTon-ton. Selain berat juga menusuk-alias sakit. Tak kusangka mereka tergila-gila seperti ini kepada One Direction.

Aku merasakan ada seseorang yang mendorong tubuhku dengan sangat kuat, dia mendorong tepat di bagian dadaku, sehingga menimbulkan rasa sakit yang membekas. Alhasil aku jatuh terjerembab di lantai dengan kepalaku membentur lantai koridor. Ini sakit, sangat sakit. tapi lebih parahnya lagi mereka kini sudah mendapatkan tasku, aku mencoba untuk berdiri dan merebut tasku kembali.

Plakkk.

Satu tamparan yang cukup keras berhasil mendarat di pipiku. aku merasa cairan asin kini berada di bibirku. busett ini cewek apa cewek? tenaganya kuat banget. Dia mendorongku dengan kuat-lagi. Dan akhirnya aku jatuh lagi. Sungguh aku sudah tidak bisa berbuat sesuatu lagi, mereka dalam jumlah banyak sedangkan aku hanya satu orang. Kenapa di saat seperti ini, tidak ada satu gurupun atau bahkan murid yang lewat? Aku hanya bisa menangis tersedu-sedu, bukan. Bukan karena tasnya. Aku sudah pasra tentang itu, aku akan meminta maaf kepada the boys. Tapi aku menangis karena luka di badanku. Tanganku berdarah, aku sadar itu dan rasanya sangat panas, Rambutku sudah tidak beraturan lagi, dan kepalaku serasa berdenyut-denyut dan lebih parahnya lagi bibirku berdarah, aku tidak tahu bagaiman hasilnya wajahku nanti. Niall nanti menjemputku, pasti dia akan bertanya banyak hal. Dalam hati aku berfikir untuk menyuruh niall tidak perlu menjemputku.

Mereka mengobrak-abrik tasku, mengeluarkan semua isi buku-bukuku dan barang-barangku lainnya. Mereka membuka dari tempat satu ke tempat yang lain. Dan yeah disanalah mereka telah menemukan iPhoneku. Di tempat terakhir mereka membukanya. Aku hanya mentapnya dengan tatapan nanar, tak percaya. Apa ini yang namanya fanatic fans? atau ini namanya Haters? aku tidak tahu.

"You bitch" Ucap seorang gadis yang memegang iPhoneku ketika dia baru saja menekan tombol lock screen. Ya aku tahu maksudnya, mungkin dia melihat fotoku dan Niall yang kujadikan walpaper. Itu adalah foto waktu aku berada di basecamp the boys, waktu itu Niall mengajakku berfoto. Kami berfoto dalam jumlah yang sangat banyak dan satu foto yang sangat aku kusukai, dan foto itu kujadikan walpaper. Itu adalah foto aku tersenyum ke kamera dan Niall yang mencium pipiku.

Tak berselang lama setelah gadis itu mengucapkan kata-katanya yang membuat hatiku sakit, aku merasa ada seseorang yang memelukku dari samping dan dia membantuku berdiri. Aku menatapnya? tidak. Bahkan aku tidak berani menatapnya, rambutku yang acak-acakan menutupi wajahku yang telah sembab dan bibirku yang berdarah. Aku merasakan tangannya yang halus dan memelukku dalam dekapannya. terasa nyaman kuakui. Aku hanya menatap ke bawah sambil terus menangis. Mungkin mereka sedang mengotak-atik iPhoneku dengan seksama, mereka terlihat tidak mengeluarkan suara-suara yang seperti tadi tapi ini terlalu sunyi, sepi. Dengan berani aku menatap gadis gadis tersebut, gadis-gadis yang telah menyiksaku atau bisa dikatakan aku korban dari pembulian disekolah. Padahal aku dulu dikatakan sebagai ratu sekolah, tak ada yang berani membuliku dan aku pun tak pernah membuli orang, mungkin itulah sebabnya banyak siswa disekolahku yang menyukaiku. Mungkin.

"Kenapa mereka melongo seperti itu? seperti melihat hantu saja" Pikirku dalam hati. Ya kecuali gadis yang sedang memeriksa iPhoneku itu. Dia terlihat sangat sibuk dengan ponselku

"Hey guys,. check this out. i found Niall number. Keluarkan handphone kalian dan segera catat nomornya Ni..." Belum selesai gadis itu berkata dalam kalimatnya, gadis itu sudah mendapat pukulan di tangannya oleh gadis yang berada di sebelahku. Dia menggerutu dan segera menatap gadis itu tajam namun si gadis tidak menanggapi itu dan segera mengatakan gadis itu untuk melihat ke arahku namun hanya dengan mimik. Akhirnya gadis itu pun melihat ke arahku dengan tatapan yang sulit didiskripsikan. Dia terlihat sangat terkejut, dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan terus bergumam tak tentu.

"Are you okay?" Ujar seseorang yang masih memelukku. Oh ya aku jadi lupa bahwa tadi aku mendapat pertolongan. Tapi tunggu! Aku mengenali suara ini, ya aku mengenalinya. Apa jangan-jangan ini memang suaranya atau aku hanya salah dengar karena tadi dalam hati aku memanggil-manggil namanya meminta pertolongan?

"Niall?" Ucapku lemah. Tak percaya dia dapat masuk ke sekolah ini, apalagi di koridor sekolah ini. Dia menatapku dengan tatapan yang tak bisa kujelaskan. Tapi yang kutau dia menatapku dengan tatapan permintaan maaf-marah-sedih-kawatir. ya seperti itulah.

"Cepat bereskan semuanya" Perintah Niall dengan suara lembut namun terdengar sangat tegas. Merekapun dengan cepat membereskan buku-bukuku yang jatuh berserakan di lantai dan alat-alat lainnya dan segera memasukkannya kedalam tasku.Aku merasakan emosi Niall saat ini, ya aku merasaknnya. Dia memelukku dengan menekankan jarinya dengan sangat erat di bahuku, membuatku sedikit meringis tapi bisa kutahan, aku menatapnya, dan yeah benar dugaanku. Dia benar-benar marah, ralat dia sangat dan amat sangat marah. Aku melihat dia menggertakkan giginya dan rahangnya yang nengeras, tak pernah aku melihat Niall dengan raut seperti ini, entah itu di TV,majalah, foto, google ataupun di kenyataan. Ini baru pertama kalinya.

"Apa kalian tidak pernah di ajarkan sopan santun? kalian tidak mau meminta maaf setelah melakukan semua ini kepadanya?" Ucap Niall denga sedikit berteriak dan wajah yang memerah. Aku menggengam tangan Niall erat, walau rasanya tubuhku sudah melemah tapi aku menyalurkan seluruh kekuatanku pada genggaman tanganku padanya

"Stt Ni., tenanglah. Aku baik-baik saja. Mereka itu fansmu Ni" Ucapku lembut, berusaha untuk meredamkan emosinya. Niall melepaskan genggaman tangannya, memegang kedua pundakku, tubuhku diputar menghadap kearahnya. dia menaruh kedua tangannya dipipiku, dia menghapus air mata yang telah keluar membasahi pipiku , dia juga menghapus darah yang berada di ujung bibirku. Entah apa yang difikirkan oleh gadis-gadis ini sekarang, yang jelas aku tidak mau mati karena hal sepele seperti ini. Setelah dia mengusap bagian wajahku, mata biru Niall berpaling ke arah gadis-gadis itu dengan tatapan yang tajam.

"We're sorry" Ucap mereka berbarengan. Aku hanya menganggukkan kepalaku.

"Udah ayo pulang" Ajakku ke Niall, tidak berniat untuk memperpanjang keadaan. ini fansnya, dia akan kehilangan fansnya jika dia bersikap jahat pada mereka, aku tidak mau itu terjadi apalagi ini karenaku.

"Listen guys, i really appreciate that you all always be there for me. Aku juga mencintai kalian seperti kalian mencintaiku, atau bahkan aku mencintai kalian melebihi cinta kalian padaku. Tapi kumohon, jangan bertindak seperti ini lagi, baik kepadaku atau kepada members band yang lain. Kalau kalian mencintaiku, cintailah juga orang yang kucintai. You understand? all of you?" Tanya Niall dengan nada yang sangat lembut namun dengan sorotan matanya dia masih marah pada mereka. Aku bahkan heran dia bisa mengontrol emosinya seperti ini, aku sangat salut padanya.

"Yeah. im sorry" Ucap salah satu dari mereka. Niall tidak menjawab, mungkin dia memang marah pada mereka. Dia memelukku dan menuntunku ke arah mobilnya yang terparkir di depan sekolahnya, dalam hati aku bertanya-tanya Apa maksud Niall tadi? menyakiti orang yang dicintainya? apa Niall mencintaiku? Ah sudahlah aku tidak boleh berharap terlalu tinggi. Seorang superstar mencintaiku? ck impossible

Banyak sekali orang disini yang terkejut dengan kehadirannya, meskipun dia sudah menutupi kepalanya dengan topi dan memakai kaca mata, namun itu serasa tidak berhasil.. Sesekali Niall meladeni fansnya yang meminta berfoto atau sekedar meminta tanda tangan padanya. Aku memberinya waktu untuk meladeni fansnya, dia terlihat tidak yakin dengan keputusanku, sehingga memaksaku untuk tersenyum untuk meyakinkannya. Ketika sibuk-sibuknya dia dengan fansnya aku memilih untuk menjauh dan mencari tempat duduk tapi aku masih bisa melihat Niall dari sini, tak terasa bibirku melengkung ke atas melihat Niall yang begitu disegani dan disayangi oleh banyak cewek. Tidak aku tidak cemburu justru itu adalah hal favoriteku. Yang pasti dia tidak akan dicap sombong sebagai artis apalagi saat ini Niall bersamaku, bisa-bisa aku mendapatkan death treat dari fansnya. Aku menata rambutku yang acak-acakan, well sebenarnya tadi sudah dibantu Niall untuk menatanya, karena tidak mungkin juga aku keluar dari sekolah dengan rambut seperti singa dan banyak sekali paparazzi dan fans disini, dan tadi Niall juga meminjamkan jaketnya padaku untuk menutupi luka di tanganku, well ini setidaknya membantuku sedikit. Aku melihat tanganku, ku lipat jaket Niall dan ugh aku meringis kesakitan. Sungguh ini sangat perih. Aku heran, kenapa dengan cakaran jadi berdarah seperti ini? jujur rasanya tanganku seperti terbakar dan jujur juga dalam hati aku ingin segera pulang.

"Let's go Livv" Ujar Niall menganggetkanku yang sekarang sudah berdiri tepat di depanku. Aku mendongak untuk menatapnya, ya tentu saja karena posisiku yang duduk dan dia berdiri sambil mengulurkan tangan kanannya padaku.

"Sudah selesai?" tanyaku dan hanya mendapat anggukan kepala darinya.

"Tapi mereka masih ingin berfoto denganmu" Ucapku lagi dengan menatap segerumbulan fans Niall yang semakin lama semakin mendekat ke arah kita.

"Apa itu sakit?" Tanyanya, aku menoleh kearahnya. bleh dia mengalihkan pembicaraan. Dan aku hanya mengangguk. hal yang tidak terduka dilakukannya. Dia berjongkok dan mengamati tanganku dengan sesama. jadi kalau dari jauh dia seperti memohon untuk menjadi kekasihku. aish apa-apaan aku ini.

"Ini parah. kita harus pulang sekarang, nanti malah infeksi" Ucapnya dengan menatap mataku intents. sial mata biru lautnya sangat menghipnotisku. Aku hanya mengangguk dan segera berdiri disusul dengan Niall lalu dia menggapai tanganku untuk digandeng. Arg bisa-bisa fotoku masuk di majalah atau jejaring sosial lagi ini. Di sepanjang perjalanan menuju mobi Niall aku terus menundukkan kepalaku dan menutupi bagian wajahku dengan rambutku karena wartawan yang terus mengikuti Niall kemanapun kita berjalan sambil menanyai beberap bertanyaan, yang tentu saja ada namaku di setiap pertanyaan mereka. Hei ini bibirku luka, apa jadinya nanti jika wajahku terpampang jelas di jejaring sosial?

Niall melajukan mobil sportnya dengan kecepatan rata-rata, menelusuri jalanan kota London yang sedikit ramai dan udara di luar sana yang berangin dingin. Karena musim panas sudah mulai tergantikan dengan musim gugur.

"Maafkan aku, karena aku kamu diserang mereka dan beginilah akibatnya" Ucap Niall memecah keheningan di dalam mobil, Niall mengucapkannya sambil menatap mataku sesekali dan memegang kedua tanganku dengan lembut. Ugh jujur ini walaupun di pegang Niall terasa sakit, tapi kesakitanku tergantikan dengan getaran dan dekup jantungku yang berdetak tidak normal lagi . Tubuhku seperti tersengat aliran listrik berjuta-juta volt, kupu-kupu diperutku berterbangan ke mana-mana, dan entah kenapa aku jadi teringat hal yang sangat intim denganku dan Niall dimobilnya waktu itu. Entah kenapa aku menikmatinya, sangat menikmatinya. Bibirnya yang lembut dan dingin membuatku kecanduan ingin sekali aku menciumnya lagi. Aku merasa aku telah benar-benar jatuh cinta padanya, pada seorang superstar yang kurasa ini benar-benar salah. Ahh pikiranku mulai kacau

Aku memandang tanganku yang dipegang oleh Niall yang tak kunjung dilepaskannya. Seseorang tolong hentikan waktu sekarang juga. aku tidak mau waktu terus berjalan, biarlah aku dan Niall seperti ini.

"Ya it's okay. Tapi kau jangan curi-curi kesempatan dariku dong!" Ujarku pada Niall sambil melepas tangannya dari tanganku, aku menyukai ini, aku juga menginginkan ini, panggil aku munafik, tapi aku tidak ingin Niall mengetahui perasaanku.

"Eh anu.. um.. sorry.." Ucapnya gugup dan mengusap tengkuk lehernya dengan tangan kanannya-ya karena mobil di London kan mengemudi di bagian kiri. Dan wajah Niall pun memerah seperti tomat rebus, hahaha ingin sekali aku menertawakannya, tapi dia memilih untuk fokus menyetir, dan alhasil keheningan pun terjadi lagi.

***

"Ehh mau kemana kita?" Ucapku pada akhirnya setelah menyadari bahwa Niall melewatkan belokan yang seharusnya menuju ke rumahku.

"Kita akan ke basecamp. Aku tadi sudah kerumahmu untuk meminta ijin kepada orang tuamu, dan dia mengijinkannya" Ucapnya sambil nyengir. "Dan mereka juga terlihat syok melihatku. mungkin karena aku sangat tampan ini" Ucapnya lagi penuh percaya diri.

"Aish pede sekali" Gumamku dan dia langsung tertawa. perasaan tadi aku hanya menggunggam tapi dia mendengarkan. yasudahlah apa boleh buat .

"Tapi aku kan tidak membawa baju ganti. Seharusnya kamu bilang padaku kemarin, biar aku menyiapkannya" Protesku dan dia hanya tersenyum menyanggupiku. sungguh dia adalah pria idaman semua wanita.

"Itu mudah. Nanti aku pinjami bajuku atau baju the boys" Ucapnya enteng, aku hanya mencibir dan terus menggerutu dengan jawabannya. walupun aku menolak, toh dia tetap membawaku ke basecamp jadi aku tidak bisa berbuat apa-apa dan ini merupakan kali kedua aku ke basecamp the boys yang bisa dibilang jaraknya cukup jauh dari sekolahku, tapi kalau dari rumahku ya lumayan lah.

***

"Dimana yang lain?" tanyaku setelah aku baru saja memasuki basecamp the boys dan ternyata tidak ada satu orangpun yang nampak, dan bisa dibilang..... ini rumah apa kapal pecah? berantakan sekali.

"Mereka berbelanja, mungkin" jawab Niall acuh dan langsung menuju ke dapur sedangkan aku menuju ke ruang TV dan membereskan beberapa kekacauan ,seperti bantal yang tidak pada tempatnya, bungkus snack dimana-mana dan DVD yang berserakan, sesudah itu aku duduk di sofa dan melepas jaket Niall. Kulihat darahku sudah mulai mengering tapi tetap saja ini masih sakit.

"Sini berikan tanganmu, biar aku mengobatinya" Ucap Niall yang sudah berdiri di sampingku dan aku hanya mengangguk, menggeser tubuhku untuk memberi duduk kepada Niall. Dia duduk di sampingku sambil mengobati tanganku dengan alkohol.

"Aisshh.. pelan-pelan. perih ini" Ucapku protes meringis kesakitan ketika Niall mulai menutul tanganku dengan kapas.

" Yaelah.. ini juga sudah pelan" Ucapnya sambil memutar kedua bola matanya. aku hanya mendengus sambil menatapnya yang mengobatiku.

"Sudah selesai" Ujar Niall kemudian dia menaruh kotak P3K di meja dekatku

"Thank you" ujarku "Eh tapi ini lama-lama kok perih ya?" Ucapku lagi. perasaan tadi tidak perih melainkan dingin tapi sekarang malah perih. Alhasil aku mengipas-ngipas tanganku sendiri dengan tanganku yang satunya.

"Itu namanya obatnya sudah bereaksi" Ucapnya enteng dan dia mengambil tanganku dan tanganku dihadapkan di depan wajahnya lalu.... Dia meniupi lukaku dengan lembut. Ahhhhh boleh aku berteriak sekarang? bolehkah?? Tidak? okay aku tidak akan berteriak.

Aku menatap Niall yang terus meniupi lukaku, tak berkedip sedikitpun, dia tampan sekali-sangat tampan, sesekali aku tersenyum menatap wajahnya.

"Masih perih?" Tanya Niall, aku mendengarnya tapi aku seakan tidak bisa mengeluarkan satu kata sedikitpun

Sungguh aku terhipnotis dengan wajahnya yang sangat dan amat sempurna. Namun seketika Niall menghadap ke arahku yang pasti membuatku salah tingkah. Sial aku kepergok sedang memperhatikannya Umpatku dalam hati. Dia tersenyum menggoda ke arahku, sifat jahilnya mulai muncul. Aku hanya terus memalingkan wajahku dari wajahnya, memalingkan mataku untuk menatap mata indahnya.

Niall mendekatkan wajahnya kearahku, yang otomatis aku juga ikut menatapnya. Dia semakin mendekat sampai-sampai aku bisa merasakan deru nafasnya, dia berbisik ke telingaku

"Menikamati pemandangan eh?" Ucapnya lembut, sangat lembut sehingga membuatku terbang. Tapi kata-katanya? uh sungguh membuatku malu, dia menarik wajahnya dari telingaku tapi masih dengan jarak yang hanya beberapa inci dariku dan aku hanya memutar bola mataku sehingga membuat Niall tersenyum kecil. Siall senyumnya sungguh menggoda. Dia semakin mendekat sampai aku merasakan hidungnya yang sudah menabrak hidungku. Aroma parfumnya yang sungguh menyeruak di lubang hidungku, aroma parfum yang tidak pernah kutemui di tempat manapun. Mungkin ini parfum selebriti? ya mungkin. Jantungku berdekup dengan sangat cepat, mungkinkah kejadian di mobil kemarin akan terjadi lagi? disini? dia mau menciumku? ucapku dalam hati. Bibir Niall mendekat ke bibirku, dan tiba-tiba......

"VAS HAPENNING GUYS!!!" (author: Hayoo siapa yang rindu zayn? aku rindu banget sama zayn :'( ) Zayn masuk kedalam rumah dengan salam khasnya. Niall langsung menjauhkan dirinya dariku. Dia terlihat salah tingkah dan terlihat gugup.

"Shit" Itulah kata-kata yang bisa kutangkap dari bibir Niall. dan dalam hati aku ingin sekali tertawa sekaligus meringis sedih karena gagal menikmati bibirnya.

"Hey Zayn!! dimana yang lain?" Ujarku berusaha untuk menutupi apa yang hampir saja terjadi. sebenarnya aku kesal sekali kenapa Zayn datang secepat ini.

"Im here" Ujar Harry, Louis dan Liam bebarengan menuju ke arahku di tempat TV.

"Brr.. udara dingin sekali di luar" Ujar Harry sambil menggosok-nggosok tangannya dan berjalan ke sofa yang berada di seberangku.

"Kalian sedang apa tadi?" Tanya Louis dengan senyuman jahilnya dan tentu saja membuatku gelagapan menjawabnya.

"Umm.. anum. itu..." Aku harus jawab apa? "Itu.. anu..?? Ahh kalian sedang bermain ya?? bermain itu anu" Tebak Louis sambil tersenyum menggoda dan mengedipkan kedua matanya padaku dan Niall. Niall hanya memutar bola matanya dan mendengus.

"Seharusnya iya, jika kalian tidak datang tadi" Ucap Niall polos dan sontak membuatku terkejut dengan jawabannya. Dan semua orang sekarang menatapku dan Niall pandangan tak percaya.

"Ckk.. jangan percaya padanya, Tadi Niall hanya sedang mengobati tanganku yang terluka" ujarku pada akhirnya setelah mencari jawaban yang tepat dan Niall memutar bola matanya lagi. Kurasa dia sangat kesal dengan the boys.

"Memang kenapa tanganmu? Niall menyakitimu ya??" Tanya Liam penuh selidik.. "Ehh itu.. um.. " dan sekali lagi aku bingung harus jawab apa. Apa aku harus menjawab yang sebenarnya atau tidak?

"Ahhh apa kalian gila? Mana mungkin aku menyakitinya. Tadi dia diserang--" Jawab Niall belum selesai dan langsung dipotong oleh Harry

"Diserang? diserang oleh apa? Buaya? ular? Harimau?" Ujar Harry dengan sederetan pertanyaannya yang sangat konyol dan tentu saja itu membuatku tertawa kecil.

"Kau konyol sekali harry.Tidak. Mangkannya dengarkan aku dulu, jangan memotong penjelasanku" Ucap Niall kesal. "Dia tadi diserang fans waktu di sekolah----" Jelasnya pada the boys dan the boys sesekali memprotes dan langsung mendapat pelototan mata dari Niall sehingga mereka tidak memprotes lagi.

"Kamu yang sabar ya Livv. kadang mereka sangat berlebihan" Ujar Zayn yang tengah duduk disebelahku sambil memandangi luka di tanganku. dan aku hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Ya aku kadang juga tidak terlalu suka dengan fans yang berlebihan. mereka akan melakukan apa saja yang mereka mau, itulah kenapa mereka menjuluki dirinya sebagai fanatic fans " Ujar Liam , sifat ke daddyannya keluar.

"Fanatic fans?um yeah okay" ujarku "Aku fanatic fans dari 1D tapi aku tidak berlebihan seperti mereka. Mereka gadis gila" Gumamku kecil dan kurasa itu terdengar oleh the boys alhasil mereka semua tertawa ngakak-tak berhenti. Bahkan Harry sampai mengeluarkan air matanya dan Louos yang terjungkal ke bawah. Sial kenapa setiap kali aku bergumam, selalu ada yang mendengarnya sih?

Yohoooo Chapter 13 done! Cuapek banget nulis ini.. Sebenarnya aku Lagi males banget buat Nulis. Bad Mood habis gara-gara zayn.. ya badmood habis. Tapi mau bagaimana lagi? tuntutan pekerjaan nihh *weissstt

Jujur ya aku kemarin nangis 2 hari dua malam loo. bagaimana tidak? udah gak bisa lihat OTRA terus ZAYN keluar dari 1D . Nyesek? nyesek habis aku. sumpah..

aku bingung mau bagaimana lagi buat pertahanin the boys. Seluruh directioners sampai ingin membeli One Direction dengan uang yang dikumpulkan directioners untuk donasi. Katanya sih Zayn keluar karena di pecat oleh MODEST MANAGEMENT. shit aku benci banget sama modest. Dulu Larry sekarang Zayn? Holy Moly..

Wahh udah Ah.. kalau aku cerita ini malah bikin aku mewek lagi.. :'(

-Novi Malik- im always be Malik familly, and Zayn always be my boys. no matter he is out or not in the band . if i call the boys, itu maksudnya aku masih memanggil Louis,Liam,Harry , Niall dan juga Zayn. Dia akan selalu jadi Anggota One Direction. okay? setuju? :-(

Continue Reading

You'll Also Like

329K 35.6K 71
⚠️BXB, MISGENDERING, MPREG⚠️ Kisah tentang Jungkook yang berteleportasi ke zaman Dinasti Versailles. Bagaimana kisahnya? Baca saja. Taekook : Top Tae...
208K 22.5K 43
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
727K 67.9K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
YES, DADDY! By

Fanfiction

310K 1.9K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar