π™π™‡π™Šπ™’ 2 [Tokyo Revengers]...

By ALVACCHI

198K 43.5K 12.2K

"π‚π„π‘πˆπ“π€ π˜π€ππ† π’π„ππ„ππ€π‘ππ˜π€ 𝐁𝐀𝐑𝐔 π€πŠπ€π πƒπˆπŒπ”π‹π€πˆ. πŠπ€π‹πˆ 𝐈𝐍𝐈 π€πŠπ” π“π€πŠ οΏ½... More

°°‒‒0‒‒°°
=1= Good Dream
=2= Karaoke
=3= Her Little Family
=4= Black Dragon Gang
=5= Perseteruan
=6= Denial
=8= Onigiri
=9= Rapat
=10= Kunjungan
=11= New Home
=12= Welcome home
=13= The Future
=14= Sisi Lain
=15= Sick
=16= Little Bunny's Past
=17= The Wolf and The Rabbit
=18= Simbiosis Mutualisme
=19= No More Repeat
=20= The Day
=21= Malam Yang Panjang
=22= Night Waiting
=23= Who's the Traitor
=24= A Little Bit
=25= A Flashback
=26= Call her, (Nama)
=27= Lonely Little Killer
=28= Another side of Her
=29= Christmast Eve
=30= Her Fear
=31= Our Wins
=32= Her Point of View
=33= After Incident
=34= Permintaan
=35= A Regret
=36= Kereta
=37= A Gift
=38= Rencana
=39= An Obsession
=40= An Obsession (2)
=41= Night Festival
=42= 5th Division
=43= Touman Gang
=44= It's (not) a date!
=45= Night Festival (2)
=46= A Heart Warming
=47= Heart Warming (2)
=48= Jealousy
=49= A Bounding
=50= Ikatan
=51= A Piercing
=52= The Sibling Problems
=53= The Hidden Arc
=54= Attack!
=55= Attack!
=56= A War Between four siblings
=57= The End of The Beginning
=58= Tenjiku Gang
=59= Dating
=60= Ingatan Lainnya
=61= Pelabuhan
=62= A Plan
=63= Full of Blood
=64= Keputusan
=65= Drowning in Emotion
=66= A Knife
=67= Her Last Wish
=68= She's Dead
=69= Her Shadow
=70= Coming to an End
Season 3 info
LAST JOURNEY
Hanma Shuuji
π’†œ ƀƦƟĹƟᎢ π’†œ
π’†œ 1. π’†œ Her
DISCLAIMER
π’†œ 2. π’†œ Divisi Lima
π’†œ 3. π’†œ Chaos
π’†œ 4. π’†œ The Root
π’†œ 5. π’†œ Emma's Death
π’†œ 6. π’†œ A Quiet Day

=7= Keras Kepala

3.9K 883 302
By ALVACCHI


Aku minta maaf karena ini akan sedikit membingungkan ueueueuue😭👍🙏

Selamat membaca ❤️
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.

***




(Nama) menatap nanar pagar yang membatasi pinggiran atap sekolahnya. Gadis itu kini berada di jam istirahat sekolah. Ujian hari pertama sudah berlalu dengan lancar, (Nama) mengerjakan dengan cepat, masalah benar atau tidak itu terserah pada gurunya.

Bercanda.

(Nama) sudah berjuang keras untuk mendapat nilai tinggi di ujian kelas tiganya ini. Ia berharap bisa masuk SMA bagus agar sedikit memiliki kebanggaan masa remajanya selain berkelahi dan masuk geng.

Namun, di pikiran gadis itu saat ini bukanlah hasil ujiannya.

Melainkan ancaman perang yang baru. Kali ini datang dari Black Dragon.

"Madarame Shion," gumam (Nama) mengeratkan kepalan tangannya. "Generasi Black Dragon ke-9 yang menghajar Kazucchi dulu. Aku masih mengingat jelas hal itu."

Black Dragon dulu adalah geng legendaris yang lebih tua dari Touman dan terkenal di seluruh Jepang.

(Nama) sangat mengagumi Black Dragon yang dulu. Setelah ia keluar dari Touman dan Shiniciro meninggal, (Nama) sudah tidak mengikuti perkembangan informasi dari geng tersebut.

"Generasi 10 saat ini dipimpin oleh Shiba Taiju, belum lagi ada Kokonoi. Semakin lama Black Dragon menjadi geng kriminal yang kejam, jejak dari generasi 1 sampai 7 tidak tersisa sama sekali," ucap (Nama) pelan. Ia mengambil salah satu pita lidi di rambutnya dan mengelus pelan benda tersebut.

"Apa yang akan kau lakukan jika kau menghadapi permasalahan ini, Shin-chan?" gumam gadis itu seolah berbicara pada Shiniciro.

(Nama) menghela napas panjang. Ia memejamkan matanya sejenak, kemudian menggenggam pita tersebut di tangannya erat-erat.

***

(Nama) sebenarnya sudah bertemu Mitsuya ketika pulang dari rumah Hinata. Seperti tebakan gadis itu, ia mendapat omelan panjang kali lebar kali tinggi yang tidak akan berhenti jika Mana dan Luna tidak merengek harus berangkat sekolah.

Setelah hari itu, ia dilarang pergi jauh-jauh tanpa mengabari Mitsuya terlebih dahulu atau pemuda itu akan memberondongnya dengan pesan dan panggilan tak terjawab berkali-kali.

Kini gadis itu tengah dalam perjalanan menuju tempat Takemichi dan Chifuyu bertemu. (Nama) awalnya pergi ke rumaj Takemichi, tapi kata ibu Takemichi, pemuda itu pergi bersama temannya menggunakan motor ke suatu tempat.

"Halo."

(Nama) langsung bicara begitu panggilan tersambung. Ia menelepon Chifuyu, terimakasih untuk Baji yang pernah memberikannya kontak pemuda imut tersebut.

"Ya, (Nama)-san, ada apa?"

Suara Chifuyu terdengar setelahnya. (Nama) mencoba untuk tidak melting karena suara itu. "Kalian di mana? Aku ingin membicarakan sesuatu. Ini tentang Black Dragon."

Chifuyu ber oh panjang. "Ah, kami ada di taman dekat pelabuhan. (Nama)-san kalau boleh tahu, kau ke sini bersama siapa?"

"Sendirian," jawab gadis itu. "Ya sudah, aku ke sana segera. Jangan ke mana-mana."

"Hm. Hati-hati." Chifuyu berkata dengan lembut.

Pertahanan (Nama) hancur. Ia mengeratkan genggamannya pada stang sepeda. Panggilan ia matikan dan menaruh ponselnya di saku.

"Bertahanlah, jantungku!"

Tak butuh waktu lama begitu sepeda yang ditumpangi (Nama) sampai di sebuah taman dekat pelabuhan. (Nama) juga melihat dua sosok yang ia kenal tengah duduk di sebuah bangku panjang taman, sedang berbagi mi instan cup.

"Yo, Hanamichi, Chifuyu." (Nama) menyapa begitu sampai di depan keduanya.

Senyum Takemichi sumringah begitu melihat kedatangan (Nama). "(Nama)-san!"

(Nama) hanya mengangguk sekali dan tersenyum tipis. "Bagaimana keadaanmu? Sudah membaik?" tak sengaja gadis itu melihat jejak bekas airmata di bawah mata Takemichi. "Huh? Kau habis menangis, Hanamichi?!"

Takemichi dan Chifuyu tersentak. "Eh um, y-yah... begitulah," jawab Takemichi menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal. Ia menyenggol lengan Chifuyu.

Chifuyu menatap tajam Takemichi karenanya.

"Kalian kenapa sih?" (Nama) mengerutkan dahinya. Ia bingung menatap perilaku dia pemuda di depannya yang seolah senggol-senggolan entah kenapa.

Takemichi lah yang pertama menyerah. Ia mengambil napas panjang dan mengembuskannya perlahan. "(Nama)-san, ada yang ingin kubicarakan."

Netra kebiruan Takemichi menatap langsung (Nama), gadis itu hanya mengangguk sekali. "Oh, benarkah? Kebetulan aku juga. Kau duluan, Hanamichi."

Takemichi mengangguk. "Se-sebenarnya, (Nama)-san ... aku ... sudah memberitahu Chifuyu tentang rahasia kita," cicit pemuda itu di akhir kalimat. (Nama) tidak mendengar terlalu jelas, tapi ia yakin tahu apa yang tengah dibicarakan oleh Takemichi.

Mata (Nama) melebar. "Kau yakin, Hanamichi?!" (Nama) menatap Chifuyu dan Takemichi bergantian. "Ya, aku sih tidak keberatan soalnya Chifuyu imu-- bukan bukan bukan, maksudku Chifuyu adalah wakilmu, kan?"

Chifuyu dan Takemichi sweatdrop mendengarnya.

"Memangnya kau percaya dengan cerita yang seperti omong kosong itu, Chifuyu?" sambung (Nama) lagi, kini ia bertanya pada Chifuyu. "Aku memang bukan time leaper seperti Hanamichi, tapi aku tahu tentang potongan masa depanku sendiri. Ini memang tidak berguna sih ... tapi tetap saja."

Pemuda dengan rambut blonde itu mengangguk yakin. "Benar jika itu terdengar seperti omong kosong, tapi kalian adalah bukti nyata dari cerita itu, (Nama)-san, Takemicchi." tatapan mata Chifuyu menatap dua sosok di depan matanya. "Aku percaya pada kalian."

Berbeda dengan Takemichi yang tersenyum haru, (Nama) mencoba sekuat tenaga agar ia tidak ambruk akibat serangan itu.

Sebelah tangan (Nama) terulur menepuk bahu Chifuyu kuat-kuat. "Tolong jangan tersenyum menggunakan wajah itu, Chifuyu..." geram gadis itu dengan wajah gelap.

Takemichi terkekeh. "(Nama)-san tidak pernah bisa tahan dengan yang imut-imut ya," pemuda itu ikut mengerti dan menatap Chifuyu yang masih kebingungan dengan apa yang dibicarakan kedua temannya.

Kini ketiganya duduk kembali di bangku panjang dengan (Nama) yang ada di tengah sambil menyantap camilan yang ia beli di minimarket.

"Oh ya, apa yang ingin kau bicarakan dengan kami, (Nama)-san?" Takemichi membuka suara ketika ia teringat tujuan (Nama) mencarinya.

(Nama) menelan camilan di dalam mulutnya terlebih dahulu sebelum kemudian berbicara, "Seperti yang kalian tahu bahwa masa depan kali ini Touman hancur karena Mikey bergantung Kisaki dan Black Dragon." netra (e/c) itu menatap nanar ke depan. "Bos Black Dragon generasi ke 11 saat itu, Hakkai membunuh Taiju demi posisi. Tapi yang sebetulnya terjadi adalah karena Hakkai ingin melindungi Yuzuha."

Takemichi dan Chifuyu mendengarkan dengan serius. Mereka turut memakan camilan milik (Nama).

"Kita akan mencegah masa depan buruk itu terjadi," lanjut (Nama) menatap keduanya. Takemichi dan Chifuyu saling pandang, kemudian mengangguk.

"Kau benar, (Nama)-san. Tentu saja kita harus mencegahnya." Takemichi menatap balik netra (e/c) itu.

Chifuyu mengepalkan tangannya. "Kita hancurkan Black Dragon dan membunuh Kisaki ..."

(Nama) mengerutkan dahi mendengarnya. "Ha? Tidak tidak tidak," potong (Nama) melambaikan tangan di depan wajahnya. Kini ia menjadi perhatian dari dua pemuda di sampingnya.

"Aku setuju untuk bagian menyingkirkan Kisaki, tapi yang ingin kukatakan bukanlah rencana dimana kita menghancurkan Black Dragon," ucap (Nama). "Kita hanya akan menghentikan Taiju, karena tanpa Taiju, Hakkai tidak akan menjadi seperti di masa depan, Hanamichi."

"Tapi, itu tidak cukup (Nama)-san. Kita harus menghancurkan geng itu juga," sahut Takemichi. Ekspresinya membara saat teringat perlakuan para anggota Black Dragon ketika Takemichi berada di masa depan.

"Benar apa yang dikatakan Takemicchi. Lagipula, Black Dragon tidak akan diam saja jika ketua mereka diserang." kini Chifuyu setuju.

(Nama) mengepalkan tangannya. "Tapi hal ini akan menciptakan perang ...." gadis menggeram. Pikirannya mengawang pada pertempuran terakhir kali melawan Valhalla. "Aku takut akan ada yang pergi lagi," bisiknya.

Chifuyu menahan napas. Ia tahu apa yang tengah dibicarakan (Nama).

"(Nama)-san ...," panggil Chifuyu lemah. Ia meraih tangan (Nama) yang terkepal erat dan menggenggamnya. "Ini tidak akan berakhir sama. Yakinlah ... Ini demi masa depan kita semua."

(Nama) terdiam. Ia menghela napas panjang.

Gadis itu berdiri dari duduknya. "Pokoknya aku hanya ingin menghentikan Taiju. Tidak boleh ada perpecahan di antara Touman dan Black Dragon, aku akan membicarakannya dengan Mikey dan yang lain."

"(Nama)-san, Touman tidak akan diam saja melihat kalian diserang tempo hari," Chifuyu memotong.

(Nama) menatap tajam pemuda itu. "Aku adalah salah satu pendiri Touman dan aku akan membuat mereka diam untuk kali ini!"

Takemichi meneguk ludahnya. Ia tidak berani menyela perdebatan antara (Nama) dan Chifuyu.

"(Nama)-san," panggil Takemichi pelan. Ia agak takut kena sembur oleh (Nama) saat gadis itu tengah tenggelam dalam emosinya. (Nama) menoleh. "Bukankah kau sendiri yang bilang bahwa 'Touman tidak akan diam saja' ketika berhadapan dengan Black Dragon yang menghajar kita saat itu?"

(Nama) diam saja, ia tidak menjawab, tapi matanya menampakkan sendu seolah teringat sesuatu.

Takemichi menatap langsung netra (e/c) itu. "Saat itu kau yakin sekali bahwa Touman akan memberikan pelajaran pada Black Dragon dan Taiju, tapi kenapa sekarang kau berubah pikiran?"

"Karena masa depan," jawab (Nama) cepat. Gadis itu berbalik dan memunggungi kedua temannya, menatap dataran rerumputan taman yang lurus menuju lautan pelabuhan di depan. "Masa depan yang kau ceritakan sangat buruk, Hanamichi. Para pendiri memang masih lengkap dan bertahan saat itu, tapi jika kita mencoba menyerangnya, entah siapa yang akan menjadi korban."

(Nama) menatap nanar lautan di depan. "Draken terancam mati di insiden dengan Moebius, Keicchi mati saat insiden dengan Valhalla." (Nama) membalikkan badan menatap Chifuyu dan Takemichi yang ternyata ikut berdiri di belakangnya. "Jika kita melawan Black Dragon saat ini, siapa yang akan terancam mati?"

Chifuyu menghela napas. "(Nama)-san aku mengerti perasaanmu, tapi kita tidak bisa diam saja ketika kita tahu masa depan yang akan terjadi."

"(Nama)-san, pikirkan baik-baik tentang ini. Aku dan Chifuyu akan mengusahakan yang terbaik demi rencana ini."

Takemichi menatap dalam (Nama) yang terdiam.

***

Ada satu alasan kenapa (Nama) sangat keras kepala menolak perseteruan antara Touman dan Black Dragon. Selain karena ia tidak ingin siapapun terluka, (Nama) juga merasa berat hati harus menyerang geng yang menjadi kebanggaan dari cinta pertamanya.

Ini berbeda dengan saat Kazutora dihajar oleh orang-orang bawahan Madarame Shion, karena saat itu Shinichiro masih hidup.

"Besok akan ada pertemuan para pengurus Touman. Aku, Hanamichi, dan Hakkai diundang khusus untuk membicarakan penyerangan Black Dragon tempo hari," (Nama) berbicara sambil duduk di depan nisan Shiniciro. Tangannya mengelus lembut pita lidi dengan bandul Doraemon di tangannya.

"Aku akan mengusahakan Black Dragon tidak menyentuh Touman sedikitpun. Aku akan melindungi Mikey, Draken, Takacchi, semua anggota Touman.

"Aku akan menghentikan Taiju."

(Nama) menatap nyalang ke depan, tanpa ia sadari seseorang mendekat ke arahnya.

"Aku mulai bosan terus bertemu denganmu," ucap seseorang itu dengan ekspresi datar.

(Nama) tersentak. Ia menoleh ke samping dan menemukan sepasang netra keunguan menatapnya. "Kau ...!"

Gadis itu menghela napas, lalu ia berdiri. Ia menatap Izana dengan tatapan kosong. "Hai, sepertinya kita selalu bertemu di depan makam Shin-chan ya." (Nama) tertawa hambar. "Maaf, tapi aku sedang tidak dalam mood ingin bercanda. Permisi."

Ia berjalan melewati Izana setelah mengangguk sekali sebagai salam. Baru beberapa langkah ia berjalan, suara Izana menginterupsi, "Bercakap besar seolah ingin melindungi Touman dan mencegah Taiju yang seorang ketua Black Dragon. Jangan bercanda, (Nama)."


(Nama) menoleh cepat. Ekspresi gadis itu terlihat marah. "Apa hubungannya denganmu?!" tak berapa lama ekspresi itu berubah menjadi terkejut. "Tunggu, seingatku aku hanya pernah mengenalkan nama margaku padamu."

Gadis itu menatap tajam Izana. "Siapa kau ...?" sambungnya dengan nada dingin. "Kau bilang tidak mengenalku dan tidak pernah saling bertemu, tapi jujur saja, anting panjangmu itu mengingatkanku dengan seseorang."

Izana menyeringai dingin.

"Tidak penting siapa aku. Yang jelas kau harus bangun dari mimpi indahmu, (Nama)."

Mengetatkan rahangnya. (Nama) hendak melayangkan sebuah tinjuan, saat dari belakang seseorang mencekal tangannya.

"Jangan berani-berani melayangkan tanganmu padanya," bisik orang itu.

(Nama) refleks berbalik dan mengayunkan tendangan lurus ke atas, tapi orang tersebut dapat mencegahnya dengan mundur beberapa langkah.

"Kali ini siapa lagi?" sahut (Nama) dingin, menatap tajam pemuda tinggi dengan anting di sebelah telinganya. Bekas luka besar tercetak jelas dari kepala ke dahi, hingga mata kirinya.

"Kakucho, hentikan. Kau hanya akan membuang waktu dan tenagamu menghadapinya." Izana berbalik memunggungi keduanya dan memilih menghadap ke makam Shiniciro, serta mulai berdo'a.

Mendengar hal itu, tentu emosi (Nama) naik. "Br*ngsek kau," geramnya. "Lepas!" (Nama) mengibas tangannya kasar hingga terlepas dari genggaman Kakucho.

(Nama) menatap tajam Izana selama beberapa saat, lalu memutuskan untuk acuh tak acuh dan pergi dari sana secepatnya.

Kakucho sendiri hanya diam di tempat mengingat Izana tidak memerintahkan apapun padanya.

"Dia (Nama)," ucap Izana tiba-tiba setelah dia selesai berdo'a.

"Aku tidak peduli siapa dia," sahut Kakucho dengan punggung tegak. Ia berbicara jujur.

Izana hanya terkekeh. "Kau harus tahu. Karena rencana Kisaki yang selanjutnya, kita akan membutuhkan dia." netra keunguan Izana berkilat tajam begitu mengatakannya.

***

Continue Reading

You'll Also Like

42K 5.9K 36
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
193K 9.5K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
230K 34.4K 63
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
42.9K 3.1K 47
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...