Adelaide melemparkan senyum terbaik yang dimilikinya pada William yang saat ini tampak sedang menggandeng wanita cantik yang baru saja disahkan menjadi tunangannya. Adelaide bisa sebebas ini memberikan senyuman terbaiknya pada kekasih gelapnya itu, tentu saja karena suami Adelaide kini tak berada di samping wanita itu
Dibandingkan menemani Adelaide yang notabenenya adalah istrinya sendiri untuk menghadiri acara pertunangan adiknya, Alexander memilih untuk mengurung dirinya dan melampiaskan nafsu binatang gilanya pada Rosabelle.
Meski Alexander berdalih jika ia memiliki banyak pekerjaan, tanpa diberi tahu oleh siapapun, Adelaide tau jika saat ini, suaminya itu tengah menggagahi wanita simpanannya. Katakanlah Adelaide seorang yang tak sopan karena ia sempat mendengar suara teriakan dan desahan dari kamar Rosabelle akibat pintu kamar wanita simpanan Alexander itu yang tidak ditutup dengan rapat.
Namun, Adelaide memaklumi tindakan suaminya itu. Beberapa hari belakangan ini, Rosabelle memang pamit izin untuk menemui teman – temannya di desa tempatnya dulu tinggal dan Adelaide yang sudah diracuni dengan novel – novel vulgar tau betul jika suaminya, Alexander, pasti merasa tersiksa karena tak menyentuh Rosabelle. Jadi, wajar – wajar saja jika saat ini, pria itu menggempur habis – habisan Rosabelle
"Kami memberikan salam kepada Your majesty" ucap William dan tunangannya secara bersamaan ketika mereka memberhentikan langkahnya tepat dihadapan Adelaide
Adelaide membalas salam itu dengan senyuman memukau yang berhasil melemaskan lutut para tamu pria yang ada di ruangan megah itu.
"Tak perlu sesungkan ini, Princess Euvhania, kau akan menjadi adik iparku, kau tak perlu menunduk sedalam itu" ucap Adelaide yang diakhiri dengan sebuah kekehan geli ketika ia melihat wajah tunangan William yang kini sudah memerah malu karena ucapannya
"Maafkan saya Your majesty. Saya hanya tak ingin membuat anda kecewa dengan sikap saya" ucap Euvhania Oshin, putri tertua dari Kerajaan Oshin, putri yang juga menjadi kebanggan dari kerajaan dengan komoditi utama buah apel yang manis itu
"Kau benar – benar sangat cantik, Princess. Wajahmu membuat siapapun betah untuk melihatnya, benar kan Prince William?" tanya Adelaide dengan nada ramah sembari mengahlihkan tatapannya dari wajah Euvhania menuju ke wajah tampan William yang ada disampingnya
"Tentu saja! Aku sangat beruntung memiliki wanita secantik ini sebagai istriku, Your majesty" ucap William berbangga diri sembari merapatkan tubuh mungil Euvhania pada tubuh kekarnya
Adelaide tersenyum penuh arti ketika ia mendengar ucapan William itu. Setelah pertengkaran yang lumayan lama, akhirnya kekasihnya itu bersedia untuk bersikap layaknya sebagai seorang pria yang sedang tergila – gila pada tunangannya sendiri, Euvhania
Bukan tanpa alasan Adelaide meminta William untuk melakukan hal itu, Adelaide meminta hal itu agar tak ada yang curiga mengenai hubungan mereka. William yang terkenal hangat pasti akan langsung menyedot perhatian publik jika ia memperlakukan tunangannya dengan sikap dingin, Alexander yang sudah curiga dengan mereka pasti tanpa perlu waktu lama dapat mengungkap hubungan antara Adelaide dan William
"Kalau begitu, kami permisi dulu, Your majesty. Kami harus menyapa tamu lainnya" ucap William sopan sembari menarik senyuman lembutnya pada Adelaide
Adelaide menjawab ucapan William itu dengan sebuah anggukan kepala anggun. Sesaat setelah William pergi bersama tunangannya, Euvhania, Adelaide langsung menggerakkan kedua kaki jenjangnya menuju ke balkon istana yang hanya bisa diinjak oleh keluarga kerajaan
"Hah..."
Adelaide menutup kedua netra emeraldnya dan membiarkan semilir angin malam menerpa lembut wajah cantiknya. Adelaide membiarkan angin itu membawa pergi segala kegundahan yang sudah memenuhi kepalanya selama beberapa hari belakangan ini
Dengan kedua mata yang masih terpejam erat, tangan kiri Adelaide yang memegang gelas kaca berkaki tinggi bergerak untuk menyalurkan anggur merah yang ada di dalam gelas itu ke dalam mulutnya. Adelaide meminum anggur itu dengan gerakan yang sangat perlahan dan anggun, ia mencoba menyesapi rasa luar biasa yang dibawa oleh setiap tetesan anggur merah yang melewati kerongkongannya
Adelaide menarik sebuah senyuman lembut ketika ia merasakan rasa luar biasa dari anggur merah itu. Anggur merah memang pelarian yang baik bagi Adelaide jika wanita itu sedang merasa tertekan. Kalau saja hari ini istana tak menggelar acara pertunangan William dan Euvhania, pasti Adelaide sudah meminum 3 botol anggur merah di dalam kamarnya secara diam – diam dan membiarkan dirinya tertidur karena mabuk
Adelaide begitu menikmati anggurnya hingga ia merasakan sepasang tangan kekar bergerak melilit pinggang rampingnya. Saat tangan kekar itu berhasil memililit pinggangnya, kepala si pemilik tangan kekar itu bergerak untuk bersembunyi di ceruk leher jenjang Adelaide.
"Kau meninggalkan tunanganmu di hari pertunanganmu sendiri. Tidak kah kau tau jika itu terdengar sangat jahat, Prince William?" tanya Adelaide dengan nada santai. Kedua tangan wanita itu bergerak untuk melepaskan tangan – tangan kekar milik William yang tengah melilit pinggangnya, sebisa mungkin, Adelaide melepaskan tangan – tangan kekar itu dengan gerakan lembut, ia tak ingin William merasa tersinggung.
"Jika saja kekasihku ada di dalam, mungkin aku tak akan meninggalkan tunanganku" ucap William sembari menghirup dalam – dalam aroma yang keluar dari puncak rambut Adelaide. Kini, pria itu sudah berada tepat di belakang tubuh Adelaide, kedua tangannya tak lagi merengkuh pinggang sempit milik kekasih gelapnya itu,
"Kau menatap wanita lain saat kau sedang bersama tunanganmu? Heh... itu terdengar lebih jahat" ucap Adelaide dengan sebuah kekehan kecil
Kekehan milik Adelaide itu berhasil membuat William ikut tertawa. Pria itu menarik dirinya dari belakang tubuh Adelaide dan melangkahkan kedua kakinya untuk berdiri sejajar dengan Adelaide.
"Sampai kapan kita seperti ini?" tanya Adelaide tanpa mengahlihkan tatapannya dari langit malam yang terlihat sangat indah
"Mungkin sampai Alexander wafat di medan perang. Saat itu, aku akan langsung menikahimu" ucap William tanpa pikir panjang yang berhasil membuat sebuah kerutan menghiasi dahi Adelaide
"Tidak bisa William. Jika His majesty wafat, aku harus meneruskan tahta kerajaan. Aku tak ingin rakyat berpikiran jika aku memanfaatkan kematian His maejsty untuk menikah denganmu" ucap Adelaide sesaat sebelum wanita itu kembali meneguk anggur merahnya
"Jadi... kau ingin hubungan seperti ini selamanya? Apa kau tak ingin memperlihatkan pada dunia bahwa kini kau sudah memiliki seorang kekasih?" tanya William kecewa
Pertanyaan William itu berhasil membuat Adelaide menghela nafasnya dengan kasar. Wanita itu melarikan tatapannya dari langit malam menuju pada netra biru milik William yang sudah dipenuhi oleh binary kecewa
"Tidak. Tapi aku yakin, hubungan kita ini tak akan bertahan lama. Jika salah satu dari kita sudah lelah dengan hubungan ini, kuharap kita bisa saling merelakan" ucap Adelaide sembari menarik senyuman tipisnya
"Apa yang kau katakan Adelaide? Aku tak akan pernah lelah dengan hubungan ini. Meski kita melakukan semuanya dengan sembunyi – sembunyi, aku tak akan pernah lelah" ucap William dengan nada bicaranya yang mulai meningkat
"Aku sangat sangat mencintaimu. Apa kau tidak menyadari juga perasaanku?!" tanya William lagi sembari meraih salah satu tangan Adelaide dengan kasar dan mengarahkannya pada jantungnya yang berdetak dengan cepat
"Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, William. Jika seperti ini, ini bukan lagi cinta, tapi obsesi" ucap Adelaide sembari menarik tangannya dari genggaman tangan William
"Ada apa denganmu, Adelaide!? Bukannya beberapa hari yang lalu, kau yang menangis memohon agar aku tidak meninggalkanmu!?" tanya William frustasi
"Aku memang memintamu untuk tidak meninggalkanku, tapi tidak ada jaminan jika aku memintamu untuk selalu ada di hidupku. Kita tidak ditakdirkan bersama William, semua yang kita lakukan selama ini hanyalah pelampiasan semata dan... semua ini semu, semuanya akan menghilang"
"Kumohon... mengertilah keadaannya William. Suatu saat nanti, kau memang harus melupakanku dan membangun keluarga kecil bersama dengan wanita yang mencintaimu" lanjut Adelaide lagi dengan kedua netra emeraldnya yang menatap lurus wajah frustasi milik William
"Kau tidak mencintaiku?"
Pertanyaan William yang mengalir begitu saja berhasil membungkam mulut Adelaide.
"Kau tidak mencintaiku, Adelaide?!"
"Aku menyayangimu William" ucap Adelaide sembari tersenyum tipis sebelum wanita itu mengahlihkan pandangannya dari wajah William
William menatap frustasi ke arah Adelaide yang kini sudah mengahlihkan tatapannya dari wajah tampan William menuju ke langit malam. Dengan geram, kedua tangan kekar William bergerak untuk meraih kasar bahu Adelaide agar wanita itu kembali menatapnya
Prank!
Gelas kaca berkaki tinggi yang ada di dalam genggaman Adelaide terjatuh begitu saja karena gerakan William yang sangat kasar itu. Belum sempat Adelaide bergerak menjauhi William yang terlihat sudah gelap mata, pria itu terlebih dahulu meraih pinggang Adelaide ia mencoba untuk melumat bibir ranum Adelaide.
Adelaide melebarkan kedua netra emeraldnya ketika ia melihat tindakan beringas milik William yang seumur – umur belum pernah dilihatnya. Adelaide bukanlah wanita yang lemah, wanita itu mencoba untuk memberontak, ia memalingkan wajahnya kesana – kemari agar William tak berhasil mendaratkan bibirnya di atas bibir Adelaide.
"WILLIAM!"
Teriakan menggema penuh emosi itu berhasil membuat Adelaide yang tadi mencoba untuk melepaskan dirinya dari cengkraman William, langsung melarikan pandangannya menuju si pemilik suara.
Deg. Deg. Deg.
Jantung Adelaide berdegub kencang ketika ia melihat suaminya, Alexander, tengah melangkah mendekati dirinya dan William dengan wajah yang sudah mengeras dan memerah karena emosi. Adelaide semakin berupaya untuk melepaskan dirinya dari cengkraman William, namun William yang sudah kesetanan itu tampak tak memperdulikan apapun lagi.
Bugh!
Sebuah pukulan kuat melayang tepat di sisi wajah William. Pukulan kuat dari Alexander itu berhasil membuat tubuh William terjatuh ke atas lantai balkon yang terasa sangat dingin dan sialnya, telapak tangan William tanpa sengaja menekan serpihan kaca milik gelas anggur Adelaide tadi
Bugh!
Sebuah tendangan kuat dilayangkan oleh Alexander pada perut adiknya itu, tendangan itu sangat kuat, hingga William memuntahkan darah dari mulutnya
"Keparat! Ini hari pertunanganmu, namun hal gila apa yang telah kau lakukan, sialan?!?" umpat Alexander sembari menahan dirinya untuk tidak berteriak. Alexander masih cukup sadar diri untuk memikirkan martabat adiknya serta... istrinya.
Bugh! Bugh! Bugh!
Seperti tak ada puas – puasnya, Alexander terus menendang tubuh adiknya dengan kakinya sendiri, wajah tampan milik adiknya itu juga tak luput dari sasaran kemarahan Alexander. Tentu saja, tindakan Alexander itu membuat tamu – tamu yang sudah memenuhi balkon diliputi rasa takut serta penasaran.
Adelaide yang sedari tadi bergeming lantas memberanikan dirinya untuk mendekati Alexander dan menahan tangan kekar pria itu. Jika pertengkaran ini kembali dilanjutkan, suasana istana pasti tak bisa kembali kondusif
"Your majesty..." panggil Adelaide takut – takut ketika ia melihat Alexander tetap saja menendang tubuh William
Suara Adelaide itu berhasil menyadarkan Alexander bahwa William bukan satu – satunya pelaku dalam kekacauan ini. Kedua netra biru Alexander bergerak untuk menatap tajam Adelaide yang kini wajahnya mulai memucat karena takut.
Rahang Alexander mengetat ketika ia melihat pemerah bibir milik istrinya yang terlihat tumpang tindih. Tangan kekar Alexander bergerak untuk mencengkram erat pergelangan tangan Adelaide
"Aku baru tau jika ratu yang sangat dielu – elukan oleh rakyat memiliki sisi liar seperti ini"
Tubuh Adelaide menegang kaku ketika ia mendengar ucapan Alexander yang entah kenapa menorehkan rasa sakit hati dalam diri Adelaide
"Wanita liar sepertimu memang harus diberikan hukuman!"
.
.
Selamat bermalam minggu para jomblooo