Be My Miracle Love [End] ✔

De senoadhi97

55.8K 9.9K 15.3K

Wajah berjerawat, berotak biasa saja dan tidak memiliki kelebihan apa pun selain gemar mengoleksi uang receh... Mais

Eps.1 - Prince Charming
Eps.2 - My Enemy Brother
Eps.3 - Siap Bertemu Kembali
Eps.4 - Who Is Him?
Eps.5 - My Teacher Is Handsome
Eps.6 - Me vs Cowok Trouble Maker
Eps.7 - Awal Dekat Dengannya
Eps.8 - Ribuan Detik Bersamamu
Eps.9 - My Annoying Father
Eps.10 - Crazy Boy
Eps.11 - Hari Balas Dendam
Eps.12 - Janjian
Eps.13 - Dibully Geng Syantik
Eps.14 - Orion : Mianhae
Eps.15 - Aku dan Dewi Fortuna
Eps.16 - Heartbeat
Eps.17 - Sahabat Bikin Kecewa
Eps.18 - Orion Pansos?
Eps.19 - FUTSAL
Eps.20 - Teman Baru
Eps.21 - Live Drama
Eps.22 - Surat Untuk Dia
Eps.23 - Broken Heart
Eps.24 - Hangout
Eps.25 - Night Together
Eps.26 - He Is Shoot Me Now
Eps.27 - Bertengkar di Toilet
Eps.28 - Momen Manis
Eps.29 - After 'I Love You'
Eps.30 - Permen In Love
Eps.31 - Benci Untuk Mencinta
Eps.32 - Be Mine
Eps.33 - It This Love
Eps.34 - Dia dan Langit Senja
Eps.35 - Good Bye
Eps.36 - Romeo Juliet
Eps.37 - Thank You, Dear
Eps.Special - Break Story
Eps.38 - Berpisah
Eps.39 - Sebuah Syarat
Eps.40 - Tunangan Pak Arnold
Eps.41 - Harusnya Memang Bukan Aku
Eps.42 - Buket Bunga
Eps.43 - Pengagum Rahasia
Eps.44 - Sama-Sama Jealous
Eps.45 - Penculikan
Eps.47 - Titik Terang Kala Hujan
Eps.48 - Karma Pasti Berlaku
Eps.49 - Hasrat
Eps.50 - Tarik Ulur
Eps.51 - Memilikimu Seutuhnya
Eps.52 - Panggung Pelaminan (Epilog)
Episode Special Valentine - 14 Februari
Cuplikan dan Promo Sekuel

Eps.46 - Fake Boy

768 126 210
De senoadhi97

Untung saja tulang punggungku masih bisa terselamatkan lantaran saat di tengah undakan tangga, Vegas dan Zaki memaksaku untuk berdiri. Namun, penderitaan bukan berarti berakhir sampai di situ. Tubuhku segera diangkat, Vegas bagian memegangi kedua tanganku sementara Zaki berhasil mengangkat kedua kakiku dengan erat, nyaris membuat celanaku melorot saat aku berusaha menendang perut Zaki. Ya Tuhan, semoga saja celana dalamku tidak kelihatan oleh mata mereka.

Dengan usaha keras dan upaya membawa tubuhku, Zaki dan Vegas terus turun ke bawah tempat yang semakin lama semakin lengang dan berhawa dingin yang mencekam.

Akhirnya tangga itu berujung di sebuah ruangan yang terlihat seperti gudang. Banyak kardus-kardus bertumpuk di sisi ruangan, kursi-kursi kayu yang sudah lapuk, sofa bekas yang sudah terkoyak dan banyak barang-barang bekasan lainnya. Tubuhku dilempar di sebuah kursi kayu yang sudah disiapkan Mandan sebelumnya. Rasanya aku ingin teriak, ingin lenyap sekarang juga.

Air mataku tak menghalangi ketiga cowok kasar tersebut untuk mengikat tali di sekujur badanku, membuat aku tak bisa bergerak sama sekali. Ya Tuhan, apa yang akan mereka lakukan?

Tak lama kemudian selepas mereka melakukan ikat-mengikat di tubuhku, lakban di mulutku dilepas kencang hingga membuat rasa sakit dalam sekejap menyerang area bibirku.

"Mau kalian apa?" Aku menangis semakin kencang. "Orion tolongin gue!" seruku dengan nyaring.

"Diam lo!" Zaki berteriak. "Nggak usah mengharapkan Orion."

Seperti dihasut setan, Vegas menyeringai dan menatapku dengan pandangan menggoda. "Ngomong-ngomong, ternyata lo seksi juga ya."

"Sebaiknya kita apakan dulu nih, Gas?" tanya Mandan seraya memain-mainkan tongkat bisbol. Astaga, untuk apa tongkat itu?

"Lumayan kalau kita pakai dulu, tapi... gimana sama Orion?"

"Udah, pakai aja sepuas kalian. Gue nggak peduli kok."

Sebuah suara yang sangat kukenal membuat mataku yang semula terpejam karena merasa takut kini terbuka lebar. Aku melihat Orion berdiri di undakan tangga, menyeringai jahat seraya mengepulkan asap rokok dari mulutnya. Ya Tuhan, sejak kapan Orion merokok? Dan itu sama sekali tampak bukan Orion yang kukenal.

"Orion tolongin gue, Yon." Aku berseru, masih berharap Orion menolongku dari jeratan teman-temannya ini.

"Apa? Tolong? Hahaha ngimpi aja sono. Bukannya lo suka ngimpi, ngehalu?" Orion tertawa lebar, menapaki tangga demi tangga menuju ke bawah.

"Jadi, maksud lo apa?" tanyaku dengan air mata bercucuran. Entah sampai kapan produksi air mataku terus mengalir dengan lancar. Rasanya tak henti-hentinya turun. Dan hei, bukankah harusnya kisah ini merupakan kisah penuh tawa? Lantas kenapa aku harus mengalami kesedihan hati yang menyesakkan dada seperti ini? Oke, rupanya aku sadar. Hidup ini tidak melulu tentang tawa, tentang suka, tentang cinta yang indah, tentang semua apa yang telah kuimpikan. Melainkan hidup ini seringkali dibumbui oleh luka, duka, dan linangan air mata.

"Dengerin baik-baik. Mulai sekarang gue sama lo putus! Ngerti?" kata Orion, memutari kursi tempat aku diikat.

"Ta-tapi kenapa?" Aku tidak tahu bila akhirnya seperti ini.

"Karena... sebenarnya selama ini gue nggak pernah suka dan cinta sama lo. Mana mungkin sih gue jatuh hati sama cewek cupu kayak lo? Gue cuma cinta sama duit-duit lo doang, gue cuma cinta sama reputasi dan popularitas gue doang." Orion berkata dengan wajah yang hanya terpaut beberapa sentimeter di depanku, mengepulkan asap rokok yang begitu menyesakkan dada.

Aku menggeleng-geleng tak percaya, lantas aku terbatuk-batuk lantaran terkena kepulan asap dari mulut Orion itu.

"Lo... lo pasti bohong kan, Yon?" tanyaku dengan isak tangis.

"Oh tentu. Tentu aja gue bohong buat mencintai lo selama ini. Hahahaha."

Kenyataan itu benar-benar memporakporandakan tembok hatiku. Sungguh, aku tidak berlebihan karena ini teramat sangat sakit. Orion hanya akting selama ini. Sikap manisnya hanya fiktif belaka untuk meluluhkan hatiku. Senyum indahnya terpasang sebagai topeng untuk menjerat jiwaku. Hingga akhirnya aku terpikat dan takluk di bawah pesonanya, tak memikirkan motif buruk yang disembunyikan olehnya. Apakah ini yang dimaksud oleh Arraja waktu itu bahwa aku harus berhati-hati dengan Orion?

"Lo ngedeketin gue, berpacaran sama gue, tanpa ada rasa hati. Lo pernah nolongin gue...." Seandainya tanganku tidak diikat, rasanya aku ingin menampar pipi Orion sekarang juga. Namun sepertinya tenagaku sangat lemah. "... gue pikir semua itu tulus."

"Sekarang lo sadar kan lo itu cuma cewek bodoh yang gampang dimanfaatkan?" Orion kembali menyeringai.

"Lo jahat, Yon, gue nggak nyangka lo tega ngelakuin semua ini. Terus sekarang mau apa dari diri gue? Lo mau minta tebusan uang dari bokap gue? Iya?" Mataku yang berair berani menatap Orion tajam. Detik berikutnya tangan Orion terangkat dan segera menampar pipiku dengan keras. Tidak hanya sekali, namun sampai tiga kali tamparan berturut-turut.

"Lo pikir gue semiskin itu? Oke, gue emang kemarin miskin, tapi sekarang gue udah punya duit banyak. Tenang aja, uang-uang lo di tangan gue yang nggak seberapa itu bakal gue balikin."

"Apa maksud lo?"

Belum sempat Orion menjawab, Vegas sudah angkat suara. "Udahlah, Yon, sebaiknya kita lenyapkan aja nih cewek sekarang juga."

Orion mengangguk mantap. "Ya, itu kan rencana kita dari awal. Melenyapkan anak-anak orang tajir."

"Anak kayak lo tuh wajib mati!" desis Mandan dengan seringai khasnya.

"Hahaha enaknya kalau udah mati, kita apakan ya mayatnya?" Vegas mengusap-usap dagunya, pura-pura berpikir keras.

"Kita bedah tubuhnya, terus kita ambil ginjalnya. Terus... kita jual deh. Hahaha." Mandan tergelak kencang, disusul tawa Orion.

"Tapi bro tunggu dulu. Sebelum kita bunuh dia, katanya mau kita pakai dulu?" sahut Zaki. Astaga, jadi kesimpulannya mereka semua akan membunuhku?

"Langsung sikat aja silakan." Orion mengedikkan bahu. Aku berusaha menajamkan konsentrasi untuk berdoa agar tak ada kata pasrah dalam hatiku. Aku berharap ada seseorang yang menolongku dari aksi pembunuhan atau setidaknya tiga cowok itu tidak merusak kehormatanku sebagai wanita.

"Orion... sebenarnya apa yang terjadi sama lo?"

Orion melengos, tak mengindahkan kata-kataku.

"Orion tolong sadar. Gue mohon," pintaku dengan suara serak. Masih berusaha menyadarkan Orion. Mungkin saja cowok itu sedang dicuci otaknya, kan?

"Lo pikir gue kenapa? Hmm?" Orion kembali mendekatkan wajahnya, lalu menarik rambutku dengan kencang. Ya Tuhan, sakit banget.

"Yon, tolong sudahi semua ini." Sembari menahan rasa sakit, aku memejamkan mata rapat.

"Gue akan menyudahi kalau lo udah mati, Ayya!"

"Cukup hentikan!"

Aku membuka mata untuk melihat seseorang yang barusan bersuara. Senyum tipisku merekah begitu mendapati Miko sudah berdiri di undakan tangga terakhir, menatap Orion dan ketiga temannya dengan sorot mata sayu. Diam-diam aku menarik napas lega, meskipun kecil kemungkinan Miko berhasil menolongku.

"Oy, ngapain lo ada di sini?" Orion mendekati Miko, langsung menarik kerah kemeja Miko dan segera diseret, dioper ke tangan Vegas.

"Cowok kayak lo mau ngapain? Bisa apa? Mau jadi jagoan?" Vegas sudah mengunci leher Miko, membuat wajah Miko pucat pasi.

"Oh gue ingat sekarang. Dia salah satu anak orang tajir juga, bisa sekalian kita lenyapkan juga dari muka dunia. Hahahaha." Orion terbahak.

Miko melirikku sekilas dan aku hanya bisa menjawab melalui gelengan kepala. Miko tidak boleh terseret juga dalam kejadian ini.

"Lumayan, dapat tambahan ginjal." Mandan tampak tertawa senang.

"Oke, sebelum kalian membunuh aku atau Ayya, bagaimana jika kalian melawan aku? Kalau aku menang, kalian harus melepaskan kami, tapi kalau aku kalah, kalian boleh langsung membunuhku detik itu juga."

"Miko... tolong lo jangan bersikap bodoh."

"Betul apa kata cewek ingusan itu. Nggak usah bersikap bodoh lo. Modelan cupu kayak lo bisa apa? Heh?" Vegas lekas mendorong tubuh Miko, menyebabkan dia terjatuh membentur lantai.

Aku berharap Miko memiliki kekuatan tersembunyi dan menjadi sosok jagoan seperti film-film yang pernah aku tonton. Namun, rupanya jalan cerita film tetaplah beda dengan dunia nyata. Karena ternyata omongan Miko tak seimbang dengan tubuhnya yang langsung tak berdaya begitu mendapat pukulan bertubi-tubi dari Orion. Aku hanya bisa menjerit histeris memanggil-manggil nama Miko saat melihat tubuhnya yang ambruk. Puncaknya, tongkat bisbol di tangan Mandan dipukulkan keras pada punggung Miko yang sudah tengkurap tak bergerak. Ya Tuhan, Miko, kenapa lo nggak berusaha melawan sedikit pun?

Keajaiban itu datang sepersekian detik saat kaki Orion yang biasa untuk menendang bola kini terangkat dan siap menendang tubuh Miko dengan sekuat tenaga.

"Hentikan!"

Dua orang yang sangat kukenal berseru lantang, datang membawa segenggam harapan. Heksa dan Yudis berdiri beriringan dengan sikap tenang.

"Yudis?" gumam Orion, mungkin tak percaya melihat sobatnya ada di sini.

"Kalian semua angkat tangan!" Dari arah atas tangga, muncul polisi-polisi yang dengan masing-masing memegang satu senjata pistol. Para polisi tersebut sigap turun dan mengepung kami, lebih tepatnya Orion dan ketiga temannya.

"Jangan bergerak!" Salah satu polisi menembakkan pistolnya ketika Zaki diam-diam berusaha kabur. Akibatnya tubuhnya ambruk lantaran kakinya terkena peluru.

"Aaarghh." Zaki kesakitan, dua polisi segera menghampirinya.

"Kalian berempat kami tahan atas perbuatan perampokan di Mini Market Be Mart yang terjadi pada hari Senin dini hari lalu."

Apa? Aku melebarkan mata, menggeleng tak percaya. Jadi pelaku perampokan Mini Market milik papanya Decha adalah Orion? Orion dan ketiga temannya itu? Lagi-lagi kenyataan pahit tersebut membuat lukaku semakin menganga lebar.

Orion menggeleng keras. "Enggak, Pak, itu bohong. Bukan kami pelakunya."

"Bukti CCTV yang merekam kejadian sudah menunjukkan dengan jelas bahwa pelakunya memang kalian. Empat orang laki-laki dengan ciri-ciri yang mengarah ke kalian. Selain itu, kalian juga baru saja melakukan aksi kekerasan."

"Ditambah lagi ada saksi lain yang mengatakan kalau kalian memang pelaku perampokan tersebut," timpal polisi lain, yang sedang meringkus Mandan.

Orion menatap Yudis dengan mata berkaca-kaca. Ia menggelengkan kepala dengan bola mata yang menyiratkan rasa kecewa.

"Gue saksinya, Yon, lo yang udah bilang sama gue sendiri kalau lo mau merampok salah satu Mini Market begitu kita pulang dari acara mendaki. Yon, oke, gue masih bisa maklum kalau lo cuma manfaatin Ayya selama ini. Tapi perbuatan lo kemarin... itu udah benar-benar kelewatan, Yon, lo harus bertanggung jawab atas perbuatan lo. Jadi sori, gue bekerja sama dengan Heksa dan papanya Decha untuk meringkus lo," pungkas Yudis, sang sohib Orion yang selalu setia bersamanya.

"Tega! Lo bener-bener tega sama sahabat sendiri, Dis. Lo tega mengkhianati gue!" teriak Orion dengan mata yang sudah berair. Pertama kalinya, aku melihat Orion menangis. Ada luka di sudut matanya.

Tak memberikan kesempatan lagi untuk bicara, para polisi itu cepat-cepat membawa pelaku untuk keluar dari tempat ini. Aku sempat khawatir jika di antara mereka ada yang berhasil kabur tatkala melihat gerak tubuh mereka yang hendak melarikan diri. Namun sepertinya polisi tak tinggal diam, karena pistol mereka letakkan di kening para pelaku kriminal tersebut.

Air mataku luluh, jatuh membasahi baju. Orion, cowok futsal yang selama ini berstatus menjadi kekasihku ternyata hanya fake. Ternyata seorang yang tak lebih dari...

"Bajingan lo, Yudis. Tunggu balasan dari gue, Dis! Dasar pengkhianat lo!" Orion masih berteriak-teriak di ujung pintu menuju ruangan utama kelab.

Ya, sepertinya kata yang tepat untuk seorang Orion adalah 'bajingan'.

"Maafin gue, Yon." Aku bisa melihat kesedihan di sudut mata Yudis yang berusaha tidak ia tampakkan.

Sigap, Heksa berlari ke arahku dan segera melepaskan tali temali yang melingkari tubuhku. Tak lama juga Yudis ikut membantu Heksa. Begitu selesai, aku berlari menghampiri tubuh Miko yang tergeletak malang dengan posisi telungkup.

"Miko... bangun, Mik." Aku menggoyangkan tubuhnya.

"Miko please bangun." Dengan sesekali mengusap ujung mata dan mengelap ingus dengan punggung tangan, aku berusaha membalikkan tubuhnya. Berhasil, Miko pelan-pelan tersadar, cowok itu sudah tak mengenakan kacamata lantaran sudah terjatuh dan pecah. Namun, ada yang aneh dengan apa yang kulihat pada diri Miko saat ia tak mengenakan kacamata.

"Ayya...." Miko bersuara pelan. "Lo... lo nggak apa-apa?"

Aku masih tercekat mendengar suara pelan tersebut.

"Heksa... gimana? Mereka sudah ditangkap polisi?" tanya Miko yang masih terbaring kepada Heksa.

Apa? Sejak kapan Miko kenal dengan Heksa?

"Aman, Ja. Mereka sudah ketangkap."

Aku menegakkan tubuh begitu menyadari satu hal. Cowok di depanku ini ternyata bukan Miko, melainkan sosok lain yang kukenal sebagai trouble maker sekaligus musuh abadiku. Siapa lagi kalau bukan Arraja. Mataku menatap cowok tengil itu dengan sorot tajam dan penuh rasa tidak percaya, tetapi dia membalasnya dengan senyum tipis.

"Lo... lo nyamar jadi Miko? Terus... terus Miko yang asli mana? Di mana dia?" tanyaku dengan hati yang dilanda perasaan kacau.

Miko eh maksudku Arraja menegakkan tubuh, menyibak rambut yang menutupi sebagian wajahnya, lalu menghapus setitik noda di bagian kanan mata yang kukira adalah tahi lalat. Kini, Miko sahabatku yang kurindu berganti menjadi sosok Arraja.

"Lo bener, Ay, di dunia ini nggak pernah ada Miko. Dia cuma fiktif, dia cuma teman bohongan lo, Ay. Semua ini... gue lakukan demi untuk lo, Ay. Gue selama ini yang menyamar menjadi sosok Miko. Sekali lagi, nggak pernah ada Miko di dunia ini." Arraja menatapku dengan sorot mata yang sialnya terlihat lembut. Beberapa luka bekas tonjokan di sekujur tubuh tak menghalanginya untuk mengulas senyum tipis di wajahnya.

Cukup. Tangisku semakin pecah mendengar pengakuan yang keluar dari mulut titisan raja neraka itu. Rupanya Arraja maupun Orion sama-sama jago akting, sama-sama pandai bersandiwara dengan peran mereka yang begitu rapi sampai tak bisa kucerna gerak-geriknya meski secuil sekalipun.

Sungguh jahat dan tega kedua cowok brengsek itu! Kenapa mereka tidak mendaftar jadi aktor saja? Dengan begitu aku lebih yakin mereka akan masuk nominasi aktor terfavorit dan memenangkan piala Oscar yang bergengsi. Namun tidak, aku sendiri tidak akan sudi memberi penghargaan untuk mereka. Aku sudah dibuat sakit hati dengan ulah mereka. Tanpa berpikir panjang, aku mendorong tubuh Arraja dengan keras hingga membuat ia terjungkal ke belakang.

"Jahat lo! Sama aja lo kayak Orion! Pandai bersandiwara! Tukang tipu!" Aku cepat berlari menaiki tangga. Tak mengindahkan seruan ketiga cowok itu yang teriak memanggil namaku.

...
Bersambung...

Terima kasih, enjoy reading & keep support me.

14 Mei 2021

#Ayya #Arnold #Arraja #Orion #Cherry #Decha #Heksa #Ravenza #Erin #Vinny #Bryan #Darwin #Bayu #Sefrila #Yudis #Miko #Jenny

Continue lendo

Você também vai gostar

126K 6.6K 34
ᴇɴᴅ ᴛᴀʜᴀᴘ ʀᴇᴠɪsɪ ... Genre: Mafia, Thriller, Psychopath, Romance, Drama. Hanya menceritakan Kim Taehyung yang bertemu dengan sosok Namja Jeon Jungko...
4.6K 904 16
[bahasa] Di dunia ini, tidak ada yang terlahir sempurna. Begitu kata pepatah bijak bilang. Tak peduli terlahir dari keluarga paling kaya, paras palin...
Balance [Selesai] De Abadi

Ficção Adolescente

1.2K 207 43
Nggak balance? Nggak pulang! Salah jurusan hampir semua orang mengalami hal tersebut termasuk Clara yang awalnya berniat masuk SMK agar langsung kerj...
ARGALA De 𝑵𝑨𝑻𝑨✨

Ficção Adolescente

7M 293K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...