Be My Miracle Love [End] āœ”

By senoadhi97

56.4K 9.9K 15.3K

Wajah berjerawat, berotak biasa saja dan tidak memiliki kelebihan apa pun selain gemar mengoleksi uang receh... More

Eps.1 - Prince Charming
Eps.2 - My Enemy Brother
Eps.3 - Siap Bertemu Kembali
Eps.4 - Who Is Him?
Eps.5 - My Teacher Is Handsome
Eps.6 - Me vs Cowok Trouble Maker
Eps.7 - Awal Dekat Dengannya
Eps.8 - Ribuan Detik Bersamamu
Eps.9 - My Annoying Father
Eps.10 - Crazy Boy
Eps.11 - Hari Balas Dendam
Eps.12 - Janjian
Eps.13 - Dibully Geng Syantik
Eps.14 - Orion : Mianhae
Eps.15 - Aku dan Dewi Fortuna
Eps.16 - Heartbeat
Eps.17 - Sahabat Bikin Kecewa
Eps.18 - Orion Pansos?
Eps.19 - FUTSAL
Eps.20 - Teman Baru
Eps.21 - Live Drama
Eps.22 - Surat Untuk Dia
Eps.23 - Broken Heart
Eps.24 - Hangout
Eps.25 - Night Together
Eps.26 - He Is Shoot Me Now
Eps.27 - Bertengkar di Toilet
Eps.28 - Momen Manis
Eps.29 - After 'I Love You'
Eps.30 - Permen In Love
Eps.31 - Benci Untuk Mencinta
Eps.32 - Be Mine
Eps.33 - It This Love
Eps.34 - Dia dan Langit Senja
Eps.35 - Good Bye
Eps.36 - Romeo Juliet
Eps.37 - Thank You, Dear
Eps.Special - Break Story
Eps.39 - Sebuah Syarat
Eps.40 - Tunangan Pak Arnold
Eps.41 - Harusnya Memang Bukan Aku
Eps.42 - Buket Bunga
Eps.43 - Pengagum Rahasia
Eps.44 - Sama-Sama Jealous
Eps.45 - Penculikan
Eps.46 - Fake Boy
Eps.47 - Titik Terang Kala Hujan
Eps.48 - Karma Pasti Berlaku
Eps.49 - Hasrat
Eps.50 - Tarik Ulur
Eps.51 - Memilikimu Seutuhnya
Eps.52 - Panggung Pelaminan (Epilog)
Episode Special Valentine - 14 Februari
Cuplikan dan Promo Sekuel

Eps.38 - Berpisah

797 123 165
By senoadhi97

3 bulan kemudian...

"Miko... lo gimana kabarnya? Gue harap lo baik-baik aja. Mik, meskipun kata maaf dari gue disampaikan ribuan kali nggak akan menghapus rasa sakit hati lo waktu itu, gue tetap berharap lo masih mau temenan sama gue, Mik, gue nggak bisa ngelupain kebaikan lo. Kita dekat kenapa hanya sesaat? Kenapa lo pergi ninggalin gue secepat ini."

Sepagi ini mataku meneteskan cairan bening yang merembes melalui ujung-ujung mata. Aku terisak pelan seraya menatap sepatu pemberian Miko yang sudah diberikan sejak 3 bulan yang lalu. Untuk pertama kalinya, aku akan mengenakan sepatu tersebut dikarenakan aku begitu merindukan sosok sahabatku yang satu itu. Oke, dia memang tidak pergi selamanya, tapi dia benar-benar pergi setelah kejadian di Taman Saloka saat Orion mengata-ngatai Miko yang tidak-tidak. Dan semenjak saat itulah Miko tak pernah merespon pesan-pesanku, tak menanggapi panggilan telepon maupun vidio call dariku. Namun meski demikian, Miko tidak memblokir nomor WhatsApp-ku sebagaimana yang orang-orang lain lakukan ketika sedang marah. Itu satu-satunya yang membuatku masih berharap bisa kembali berteman dengannya.

"Miko... plis, gue pengen ketemu sama lo. Apa lo udah nggak mau temenan sama gue lagi?" Aku masih berbicara seorang diri, menatap sepatu yang diam membisu. Aku benar-benar mengharapkan sebuah keajaiban jika sepatu yang sudah melekat di kedua kakiku ini berubah menjadi sesosok Miko. Lalu setelahnya dia segera memelukku erat dan membawa pergi terbang menembus awan. Oke, hentikan khayalan fantasi ini, Ayya!

Aku mengambil tisu di kotak yang terletak di meja belajar untuk memberut ingus yang keluar. Sembari sesenggukan, aku meraih ponsel dan menulis pesan untuk Orion agar ia tak perlu menjemputku pagi ini, toh beberapa hari ini aku dan Orion sudah tak sesering pulang-pergi sekolah bareng seperti dulu. Entahlah, Orion sedang menyibukkan diri dengan kegiatan futsalnya, sampai-sampai cowokku itu belum sempat menunaikan perintah dariku untuk mencari Miko dan meminta maaf kepadanya.

"Iya, Ayya, nanti kalau gue udah sempet bakal nyari sahabat lo itu buat minta maaf." Begitu kata Orion suatu ketika. Namun sampai detik ini belum juga terwujudkan niatnya tersebut.

Orion segera membalas pesanku tanpa ribet-ribet menanyai alasan kenapa aku tak perlu dijemput. Seiring berjalannya waktu mungkin Orion sudah merasa bosan harus berpacaran dengan cewek cupu yang tidak pandai membuat suasana romantis sepertiku ini.

Aku menghela napas panjang, kembali masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajah sebelum memutuskan untuk berangkat sekolah. Mengenai soal Miko, sepertinya lain waktu aku memutuskan untuk bertandang ke sekolahnya saja. Mudah-mudahan Miko masih bersedia menemuiku.

Seperti biasa sebelum sering berangkat sekolah bareng Orion, aku turun dari bus yang berhenti di terminal tak jauh dari gedung sekolah. Turun bersama puluhan anak-anak lain yang tak kukenal membuatku ingin cepat-cepat sampai ke depan pintu gerbang. Ketika langkah kakiku bergerak cepat, mataku tak sengaja menangkap siluet Erin di seberang jalan sedang berdiri seorang diri. Triple O em ji, apa yang sedang Erin lakukan di pinggir jalan dengan satu tangan yang membekap mulutnya itu? Berhubung bel masuk masih beberapa menit lagi, aku memutuskan menyeberang jalan untuk mencari tahu apa yang sedang dilakukan sobatku yang satu itu.

"Erin? Lo lagi ngapain di sini?" tanyaku begitu berhasil mendekat ke arahnya.

Erin segera mengusap kedua matanya. Tampaknya Erin baru saja menangis.

"Rin, lo-"

Belum sempat aku melanjutkan kalimat, Erin segera memelukku erat. "Ay, pasti lo mau tanya gue kenapa, kan?"

Aku mengangguk, mengusap-usap pundaknya. Rasanya aneh berpelukan di trotoar pinggir jalan dengan kendaraan yang banyak lalu lalang.

Seolah mengetahui isi hatiku, Erin melepaskan tubuhnya dan menatapku dengan matanya yang berair. "Tadi gue sempet lihat Gilvan di minimarket, terus dia juga ngelihat gue, gue senyumin dia dong ya karena gue merasa kita pernah ada satu sama lain, tapi apa yang terjadi, Ay? Gilvan cuma buang muka dan melengos pergi gitu aja. Tanpa ada basi-basi balas senyuman dari gue sedikit pun."

"Ya ampun, Erin, ternyata itu yang bikin lo nangis bombay." Aku tersenyum, lalu menepuk bahunya. "Rin, lo sampai sekarang masih belum move on juga sama dia? Masih berharap sama dia? Mau sampai kapan, Rin?"

Gilvan adalah mantan pacar Erin sekaligus cinta pertama Erin yang kini bersekolah di SMA Anak Indonesia dan merupakan salah satu kalangan murid populer. Dengar-dengar dari Erin—dia masih suka stalking—cowok itu mendapat julukan Duta Lingkungan Sekolah serta sudah memiliki pacar yang cantik banget.

"Gue tahu, nggak seharusnya gue masih mengharapkan dia, tapi...," kata Erin sembari mengusap mata dengan tisu.

"Rin, udahlah, move on, lo tuh cantik, pasti banyak cowok lain yang lebih baik dari dia yang mau menghapus kisah masa lalu lo," tukasku, berusaha menghibur hatinya.

Erin mengangguk pelan. "Makasih, Ay. Lo emang sahabat gue yang paling pengertian."

Ya, aku beruntung bisa memiliki Erin, Decha dan Vinny dalam hidupku. Mereka yang tak sungkan untuk berbagi cerita dan keluh kesah membuatku merasa berharga, berarti dan dipercaya. Aku janji, akan tetap menjunjung tinggi tali persahabatan kami, sampai kelak kami mempunyai kehidupan pribadi.

***

Perpisahan. Triple O em ji, harus banget ya di dunia ini ada kata perpisahan? Ah entahlah, mendadak hari ini aku diliputi rasa sedih lantaran akan berpisah dengan Pak Arnold yang sudah tidak akan mengajar kami lagi selamanya. Masa kerja Pak Arnold di SMA 25 ini sudah habis, dan dia akan kembali ke kehidupan yang sebenarnya yaitu sebagai mahasiswa yang hanya tinggal merampungkan skripsinya saja.

Well, dalam kurun waktu 3 bulan ini, aku sudah banyak mengalami perubahan dalam sesi praktik olahraga berkat Pak Arnold. Tak bisa dipungkiri, jasa-jasa dia dengan sabar melatihku agar cepat bisa menguasai teknik-teknik tertentu dalam berbagai permainan olahraga sangat berarti bagiku, terlebih untuk ke depannya di mana tak ada lagi Pak Arnold yang selalu mengajariku.

Kali ini, kelasku dibuat diam seribu bahasa oleh kata-kata Pak Arnold di lapangan olahraga. Salam perpisahan terucap dari bibirnya.

"Saya sangat senang sekali bisa bertemu murid-murid seperti kalian. Apalagi, ada yang mau berusaha maksimal untuk memperbaiki nilai, yang pada akhirnya cukup membuahkan hasil yang lumayan." Aku tahu Pak Arnold sedang membicarakan diriku. Bukannya aku ge-er, tapi tidak ada murid lain di kelasku yang bloon pelajaran olahraga selain diriku ini.

"Tapi, kita memang sampai di sini. Terima kasih atas segala hubungan timbal balik yang apik dari kalian untuk saya selama ini. Selepas semua ini berakhir, tentu saya berharap kita masih bisa berinteraksi melalui sosial media. Anggap saja saya ini teman kalian."

"Siyaap, Pak Arnold. Nanti Bapak kita anggap teman, suatu saat bakal kita ajak duel futsal," kata Heksa yang berdiri dengan sikap istirahat di tempat.

Pak Arnold tersenyum lebar. "Suatu saat saya tagih tantangan kamu, Heksa."

"Eh, Heksa, lo nggak usah ngadi-ngadi, memangnya Pak Arnold punya tim?" timpal Arraja di sebelahnya.

Pak Arnold hanya menyeringai dan geleng-geleng kepala.

"Jangan meragukan beliau, Ja." Heksa menyahut lirih.

Sementara itu, kami para anak cewek sedang dilanda galau. Sebab nanti tidak ada rasa semangat yang tinggi lagi untuk mengikuti mapel olahraga ini setelah kepergian Pak Arnold. Dan kami akan kembali diajar oleh Bu Dhini yang biasa-biasa saja slash tidak asik cara mengajarnya. Kapan lagi coba kami punya guru muda nan tampan seperti Pak Arnold? Triple O em ji, rasanya waktu tiga bulan ini begitu cepat berlalu.

Tak lama kemudian, kami dibubarkan dan Pak Arnold siap mengajar di kelas lain lagi. Aku mengelap mata yang lagi-lagi mengeluarkan titik-titik air. Dengan langkah cepat, aku menyusul kepergian Pak Arnold yang mengarah ke ruang guru.

"Pak Arnold."

Mantan pangeran berkuda putihku itu membalikkan badan setelah meletakkan jurnal absen di mejanya. Ruangan guru tampak sepi karena saat ini masih jam pelajaran berlangsung.

"Loh Ayya? Ada apa?"

"Pak Arnold, saya mau mengucapkan beribu-ribu terima kasih atas bimbingannya selama ini. Tanpa ada Pak Arnold, saya mungkin masih stuck di satu titik itu." Aku menunduk, menatap sepatu sneakers pemberian Miko.

Pak Arnold mengembuskan napas panjang, lalu tangannya terangkat dan mengusap ujung kepalaku. "Sama-sama, itulah gunanya seorang guru. Lagi pula, saya senang mengajari kamu."

"Saya lebih senang lagi karena diajari Pak Arnold. Happy banget, Pak." Sembari menahan degupan jantung, aku meringis tipis.

"Simpan ilmu yang sudah didapatkan, terapkan ketika akan dipraktikkan di lapangan."

Aku mengangguk pelan, mencoba menatap manik mata Pak Arnold. Melihatnya untuk yang terakhir kali, rasanya hati ini seperti tersayat, rasanya sudah tidak menganggap dia sebagai cintaku lagi, melainkan sosoknya seperti seorang kakak yang tak pernah kupunya, sama halnya dengan Mbak Jenny. Maka saat pertemuan terakhir ini, aku ingin sekali saja melihat postur wajahnya dari jarak dekat. Tak kusangka, Pak Arnold membalas tatapanku dengan raut yang begitu manis. Ya Tuhan, berduaan dengan Pak Arnold di ruang guru adalah hal yang tidak baik. Meski berat, aku cepat-cepat memutuskan kontak mata ini.

"Ya sudah kalau gitu, sekali lagi terima kasih banyak, Pak. Jasa-jasa Pak Arnold takkan pernah saya lupakan sampai kapan pun." Aku memberanikan diri meraih tangan Pak Arnold dan mencium punggung tangannya. "Seperti kata Pak Arnold dulu, kalau saya mau berusaha dan punya tekad yang kuat untuk bisa, saya pasti bisa. Dan ternyata? Hasilnya memang bisa. Terima kasih dan sampai jumpa lagi, Pak."

Pak Arnold mengangguk pelan, lalu aku melepaskan jabatan tangan. Ketika aku hendak berbalik arah dan mulai melangkah, tiba-tiba suara Pak Arnold menghentikanku.

"Ayya."

"Iya, Pak?" Aku memutar tubuh.

"Malam Minggu besok, kamu ada acara?"

Aku mengernyit bingung. Memikirkan apakah ada acara atau tidak. Tapi acara apa? Astaga, kenapa Pak Arnold menanyakan hal seperti itu seakan-akan dia mau mengajakku kencan? Stop it, Ayya!

"Kayaknya nggak ada acara sih, Pak. Emangnya kenapa?" tanyaku dengan penasaran.

"Kalau kamu bersedia, datang ya ke acara pertunangan saya nanti. Saya dan calon istri saya sangat senang jika kamu bisa datang," jawab Pak Arnold dengan intonasi santai.

Tunggu, apa hubungannya dengan calon istri Pak Arnold?

"Memangnya calon istri Pak Arnold sudah tahu saya?"

"Beberapa kali saya menceritakan tentang murid saya kepada dia, murid saya ini namanya Ayya Rachelia, seseorang yang ceria dan pantang menyerah untuk memperbaiki nilai-nilai yang rendah."

Demi Ratu Neptunus di lautan, rasanya malu banget sekaligus bahagia saat mendengar penuturan dari mulut Pak Arnold itu. Malu, karena tentangku diceritakan kepada calon istrinya. Bahagia, lantaran dari sekian banyak murid di sekolah ini Pak Arnold jauh lebih dekat denganku dan lebih mengenal siapa aku.

"Tenang, saya nggak menceritakan tentang hal-hal buruk kok." Pak Arnold tersenyum lebar. "Gimana? Kamu bersedia datang ke acara kami?"

Dalam hatiku, sesungguhnya aku tidak mau menyaksikan prosesi tunangan itu, tapi berhubung Pak Arnold sudah berbaik hati mengundangku secara langsung akhirnya aku mengangguk setuju.

"Saya boleh ngajak teman, Pak?"

"Tentu saja boleh."

Aku membekap mulut menahan rasa senang. Oke baiklah, semoga saja aku bisa datang bareng Orion dan ketiga sobatku dengan setulus hati.

"Nanti saya WA saja alamat rumahnya, karena acara itu akan berlangsung di kediaman tunangan saya."

"Baik, Pak Arnold. Saya usahakan bisa datang dan terima kasih sudah mau mengundang." Aku melirik ke pintu masuk yang ternyata baru kedatangan seorang guru. Beliau tak terlihat heran melihatku dan Pak Arnold di sini. Tampaknya guru itu cuek saja dan lebih memilih fokus dengan ponsel di tangannya.

"Kalau gitu, selamat siang, Pak Arnold. Saya permisi dulu."

Aku berjalan ke luar ruangan dengan perasaan yang tak bisa dijabarkan dengan serangkai kata-kata.

***

Bersambung...

17 April 2021

Buat kalian yang penasaran dengan kisah Gilvan si Duta Lingkungan Sekolah, bisa dibaca pada cerita Love To Remember.

Terima kasih, enjoy reading & keep support me.

#Ayya #Arnold #Arraja #Orion #Cherry #Decha #Heksa #Ravenza #Erin #Vinny #Bryan #Darwin #Bayu #Sefrila #Yudis #Miko #Agil #Jenny

Continue Reading

You'll Also Like

S (END) By Sal

Teen Fiction

218K 14.7K 50
Ujian sekolah yang menyebalkan bagi semua siswa, namun hal itu malah mendatangkan cinta pada salah satu siswa, bernama Daffa Rizky Putra seorang kapt...
888K 6.3K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
31.4K 3.7K 24
#1 in Yukook (291018) Terlalu bingung untuk menulis deskripsi..... Pokoknya ini YuKook .. Langsung baca aja, semoga suka ^^ * Aku Gadismu - Yuju * Y...
83.3K 15K 36
Semesta juga tahu, seberapa besar gadis itu menyimpan rasa pada sang lelaki. Jika saja tidak ada kata "teman" di antara keduanya, mungkin sang lelaki...