Nona Boss Zetta

By Diahayu_Sn

54.5K 10.6K 5.5K

Seseorang pernah berjanji tidak akan meninggalkannya. Namun, ternyata janji itu hanya kebohongan indah semata... More

Prolog
1. Roses And The Sadness
2. Bad Boy to be a Sad Boy
3. Her Boyfriend?
4. Black Roses n Letters
5. First Day
6. Long Time No See
7. Meet Him
8. Can't Believe a Liar
9. Not Easy to Forget
10. Who Is She
11. De javu?
12. What Relationship?
13. Still With You
14. Good Night, Princess
Visualisasi
15. Cool But Care
16. Love Never Lie
17. Killing Me
19. What a Pitty

18. Still love her

1.7K 313 608
By Diahayu_Sn

"Dia cuma orang yang berlaku sok superhero buat lo. Bahkan, cewek di film superhero nggak segila elo"

🌹

"Thanks, Fa... Gue nggak tahu, dari banyaknya orang, kenapa cuma lo yang percaya sama gue kalau Vincent masih hidup."

Alfa mematung ketika Zetta memeluknya. Dia mengusap punggung gadis itu dengan lembut dan tatapan kosong. "Gue sebenernya juga nggak yakin kalau Vincent masih hidup, Ta ...," ucap Alfa dalam hati.

"Zetta ...."

Zetta dan Alfa terbelalak ketika mendengar suara lain lain menghampiri mereka. Perlahan gadis itu pun mengurai pelukannya.

Dia memutar mata melihat Exel datang dengan wajah yang tidak bersahabat. Tatapan seolah menahan kata-kata kasar untuk keluar dari mulutnya.

"Ngapain lo ngikutin gue?" tanya Zetta dengan sinis. Dia sudah kuliah, tapi kelakuannya masih kekanak-kanakan.

"Sampai kapan lo bisa hentikan halusinasi lo tentang Vincent, Ta?"

Bukannya menenangkan Zetta sejenak, Excel memperpanjang durasi kekesalan gadis itu. "Bukan urusan lo! Ayo, Fa kita pergi dari sini. Males banget ketemu kanebo kering!"

Dengan angkuhnya Alfa menurut ketika Zetta menarik tangannya. Sementara itu, Exel justru mengerutkan kening. Dia pun menarik tangan Zetta sebelum jauh dari jangkauannya sampai dua tangan gadis itu tidak ada yang menganggur.

"Lo cewek gue! Ngapain gandengan sama Alfa?"

Seringaian penuh sindir terlukis di bibir manis Zetta. Kekesalannya pada Excel semakin bertambah. "Masih inget kalau gue cewek lo?'

Zetta melihat tatapan Excel semakin menyeramkan. Cekalan tangannya juga semakin kuat hingga mungkin ketika dilepas akan timbul bekas merah.

"Kita lihat aja, berapa lama lo bisa bertahan jadi cowok gue," ucap Zetta seraya memutar tangannya dengan kuat untuk lepas dari cekalan Exel dan berlalu begitu saja dengan Alfa.

Sementara itu, Excel hanya bisa memandangi punggung mereka dengan tatapan datar. "Kita lihat juga, seberapa lama lo bertahan sama pencarian lo selama ini." Mata Excel lantas menatap setangkai mawar hitam yang terjatuh di bawah pohon dan meremasnya dengan kuat. "Brengsek! Masih aja ada yang main-main sama gue!"

Sepanjang jalan, Alfa melihat tangan Zetta yang terus menggenggamnya. Dia jadi teringat masa lalu ketika mereka kemah dan menjelajah hutan berdua.

Zetta baru sadar kalau tangannya masih menggandeng Alfa. Dia pun melepaskan dan langsung menggaruk tengkuk untuk mengalihkan rasa canggungnya. "Eh, sorry. Gue cuma mau ngindar dari Excel."

Ya ... Alfa tahu, begitu sulit menembus dinding pertahanan Zetta kembali. Bahkan, selepas kepergian Vincent pun dia tak bisa lepas dari bayang-bayangnya. Alfa still love her so much.

Ketika mereka kembali ke air terjun, ternyata yang lainnya tengah menunggu kedatangan mereka bertiga dengan panik. Terutama Putra. Dia pun berlari untuk menghampiri Zetta.

"Zetta, lo nggak apa-apa, kan? Ada yang luka nggak?" ucap Putra dengan panik seraya memegang pipi hingga lengan Zetta.

Laki-laki itu masih sama. Dia selalu menjadi orang paling khawatir setiap terjadi apa-apa dengan Zetta. "Nggak apa-apa kok. Put ... Cie ... Yang lagi khawatir." Bukannya minta maaf, Zetta justru menggoda Putra hingga membuat laki-laki itu memutar mata.

"Zetta ... Lo nggak tahu yang lainnya khawatir sama lo? Lo dari mana aja sih dari tadi?" tanya Putra dengan nada khawatirnya.

"Lo semua nyariin gue? Gue cuma nyari angin bentar."

"Nyari apa? Di sini udah banyak angin. Jangan banyak alesan, Zetta ... Gue hafal banget sama lo yang suka ngilang-ngilamg nggak jelas dari dulu. Lain kali jangan bikin orang khawatir." Putra sedikit trauma dengan kepergian Zetta yang tiba-tiba. Dia tidak ingin adik pura-puranya itu kembali meninggalkannya.

"Iya iya ... Maaf."

***

Malam itu teman-teman Zetta tengah ada acara panggang-memanggang daging di belakang. Sementara itu, Zetta dengan kemagerannya enggan untuk beranjak dari kasur yang terlampau empuk. Membuatnya ingin tidur sepanjang hari tanpa ada gangguan sedikit pun.

Namun, ketika bangun untuk mengambil minum di atas nakas, dia penasaran dengan apa yang mereka lakukan. Dia pun mencoba mengintip sebentar melalui jendela dan sengaja melihat Grace yang duduk berdekatan dengan Excel. Senyumnya terlihat sangat menyebalkan. Kentara sekali dia tengah tebar pesona pada kanebo keringnya.

"Teroooos! Terusin aja nempel-nempel sama Sere gadungan! Emang dasar kadal," gerutu Zetta pada Excel. Wajar dia kesal karena memang Excel kekasihnya. Tapi, dia gengsi mengakui.

Dan ketika mengalihkan pandangannya dari Excel, Zetta melihat Alfa sembunyi-sembunyi menghapus hidungnya. Dia heran. Kemarin ketika di rumah, dia juga melihat laki-laki itu mengusap hidungnya yang berdarah.

"Alfa kok sering mimisan ya? Apa jangan-jangan dia penyakitan?" monolog Zetta. Dia tak ingin peduli, tapi matanya seolah berkhianat. Dia terus mengamati gerak-gerik Alfa dengan kening yang berkerut. "Duh, kok gue jadi kasihan ya sama dia? Gue emang kesel banget sama dia, tapi kasihan juga sih kalau sampai umurnya nggak lama lagi."

"Kalau mau gabung, gabung aja, lagi ... nggak usah ngintip-ngintip segala."

"Astaga dragon!"

Zetta seketika memegangi dadanya lantaran Excel tiba-tiba datang bak makhluk tak kasat mata. "Bisa nggak sih kalau masuk itu salam dulu kek, ketik pintu dulu kek. Nggak sopan banget jadi orang. Untung gue lagi pakai baju, kalau nggak gimana coba?"

Sudah Excel tebak, respons Zetta akan lebay seperti itu hanya untuk menutupi apa yang sedang dia lakukan.

"Bukannya elo yang biasanya masuk kamar orang asal nyelonong aja? Giliran dibales merasa paling tersakiti," balas Excel dengan santai setaya memasukkan tangannya ke dalam saku celana.

Namun, tentu saja seorang Zetta tidak akan mau mengakui. "Kapan gue kayak gitu?"

"Mau gue ingetin lagi?"

Ketika di Jerman, Zetta suka sekali keluar masuk apartemen Excel seenak jidat. Bahkan menggeledah seisi ruangannya. Sampai-sampai, pernah memergoki Excel keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai handuk yang melilit pinggangnya.

"Waktu itu, kan lo-"

"Hus! Stop!"

Baru saja Excel membantu Zetta menjernihkan ingatannya, ternyata gadis itu hanya pura-pura lupa. "Nggak usah dibahas lagi bisa nggak! Namanya juga nggak sengaja." Memang pintar sekali kalau disuruh mencari alasan. "Lagian ngapain lo ke sini? Gue masih ngambek ya sama lo!"

Semua yang berurusan dengan Zetta akan jadi panjang kali lebar kali tinggi. Apalagi kalau sekali saja Excel melakukan kesalahan. Akan dia bahas sampai ke ujung dunia. Laki-laki itu pun menghela napas jenuh. Baginya, menghadapi Zetta lebih susah dari pada menghadapi orang gila.

"Udah ... Lo nggak usah ngomel-ngomel. Gue tahu lo udah laper. Dari siang belum makan, kan? Ini gue bawain sosis buat lo." Ternyata Excel sudah meletakkan sepiring sosis di atas nakas.

"Nggak usah bujuk gue segala. Nggak mempan. Mendingan lo balik deh! Dua-duaan aja tuh sama Alice apa Sere Gadungan."

Seketika Excel menyunggingkan senyum tipis. Tipis sekali setipis tisu tiga ribuan. Sampai-sampai terlihat seperti ejekan bagi Zetta.

"Oh ... Jadi, ceritanya lo cemburu lihat gue deket sama mereka?" Excel lantas meletakkan piringnya ke atas nakas dan merangkul bahu Zetta. "Kalau cemburu bilang dong, Honney ... Jangan ngambek gini." ucapnya seraya mencolek dagu Zetta membuat empunya bergidik ngeri.

"Ih, apaan sih, Cel! Jijik banget tahu nggak! Lepas!"

Bukannya melepas rangkulannya, Excel justru mengeratkannya. Excel benar-benar menunjukkan sisi lainnya di hadapan Zetta. Zetta mungkin sudah biasa melihat Excel yang  sikapnya berubah seperti itu. Tapi, bagi orang lain, sangat sangat aneh.

"Kenapa sih? Kan gue cowok lo."

"Baru pacar, belum suami!"

"Jadi, lo mau gue nikahin sekarang?"

Seringaian Excel benar-benar membuat Zetta muak. "Nggak usah ngada-ngada, Cel! Lepas nggak! Atau gue teriak."

"Teriak aja kalau mau ada orang yang curiga kalau kita nggak pacaran beneran."

"Excel! Lo maunya apa sih!"

Melihat Zetta marah-marah seperti itu membuat Excel lega. Dia lebih baik melihat Zetta marah dari pada diam memikirkan Vincent yang entah rimbanya.

"Gue maunya lo."

"Nggak usah sok manis! Nggak mempan! Mending lo rayu Alice apa Sere Gadungan!"

Padahal Excel mengatakannya dengan dingin. Dia tidak bakat merayu wanita. "Sayangnya, cewek gue lo. Dan gue anti rayu cewek yang bukan siapa-siapa gue."

"Lo tahu kain kucel? Itu mirip kek lo! Gombal!"

Membujuk Zetta itu perlu keahlian khusus. Dan untungnya Excel sudah lulus sertifikasi. Dia membawa gadis itu duduk di atas ranjang dan menyuapkan sosis untuknya. "Jangan buat gue kesulitan cari alasan ke bokap lo kenapa lo makin kurus," ucap Excel dengan lembut, namun gadis itu masih saja mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

Zetta awalnya masih jual mahal. Sampai akhirnya perutnya berbunyi dan terpaksa menerima suapan Excel.

Jendela di kamar itu bisa terlihat dari luar hingga membuat teman-teman Zetta melihat pemandangan mereka berdua yang terlihat mesra. Yang perlu digaris bawahi adalah "Terlihat mesra" sementara aslinya seperti kucing dan tikus. Entah siapa kucingnya, siapa tikusnya.

Tak terkecuali Alfa. Dia melihat dengan dada yang terasa sesak. Zetta adalah perempuan yang dia sukai, sementara Excel adalah sahabatnya. Dia merasa ditikung sahabatnya sendiri. Padahal tidak ada hak apa-apa.

Alice yang awalnya sibuk membakar daging juga ikut menatap jendela seraya mencengkeram pencapit makannya dengan gemetar. Dagingnya yang dibakar, hatinya yang ikut panas. Entahlah, seharusnya dia tidak boleh punya perasaan seperti itu.

"Anjir dah si bos ... Sejak kapan sih tuh anak bucin? Pakai sok mesra sama si Engsel di kamar segala." Kehadiran Dave di sebelahnya membuat mood Alice semakin kacau malam itu.

Dari semua teman-teman Zetta, tidak ada satu orang pun yang menyukai hubungannya dengan Excel. Hanya Lucia yang paling semangat ceng-cengin dan Jezlyn yang lebih memilih bodo amat.

"Biarin aja kenapa sih? Udah sekian lama si bos menjomblo. Sekarang waktunya mengejar cintanya. Awowokwokwok." Baru saja didengar serius, tawa Nichole membuat teman-temannya jadi ilfil

Bukannya tidak rela Zetta menemukan cintanya, tapi Putra khawatir kisah cinta Zetta berakhir tragis seperti malam itu. Dia sedikit tidak rela melihat Zetta berhubungan dengan laki-laki yang misterius seperti Excel. Apalagi ternyata selama ini dia menghilang bersama laki-laki itu sampai berusaha melupakan teman-temannya. Sebenarnya apa yang berusaha Zetta lupakan dari masa lalu? Kenapa seolah dia ingin menghapus segalanya. Bahkan sesuatu yang tidak ada salah padanya.

***

Di saat tengah malam, yang lainnya sudah tertidur lelap. Zetta tiba-tiba terbangun dan berjalan ke luar vila. Berdiri di depan teras seraya merapatkan jaket tebal yang dia kenakan. Udara yang cukup dingin tak mengurungkan niatnya untuk berdiri sendiri menatap kesunyian malam. Tiba-tiba saja dia melihat sosok berpakaian hitam di ujung jalan.

Tangannya mengusap mata berkali-kali untuk memastikan apa yang dia lihat. Sekali dua kali usap masih ada. Tapi, usapan ketiga, wujudnya sudah tiada. Zetta pun menghela napas.

"Kenapa lo jadi nggak bisa bedain halusinasi sama kenyataan? Gue ngerti lo udah setengah gila. Tapi, ya nggak gini juga, Zetta ... Sumpah, lo kayak orang yang nggak punya kehidupan. Kenapa pengaruh Vincent sebesar itu buat hidup lo? Dia siapa? Dia cuma orang yang berlaku sok superhero buat lo. Bahkan, cewek di film superhero nggak segila elo." Zetta terus saja bermonolog menyalahkan dirinya sendiri.

Dia lantas berbalik arah untuk kembali ke villa, tapi tiba-tiba keningnya membentur dada seseorang. "Aw!" ringisnya seraya memegangi kening.

Kepalanya mendongak dan melihat Excel berdiri seraya bersedekap dada. "Gimana? Udah sadar kalau selama ini lo cuma dibutakan halusinasi?" sindir Excel dengan santai.

"Dih, apaan sih? Sotoy banget jadi orang." Enggan untuk peduli pada Excel, Zetta lantas masuk ke dalam villa begitu saja.

Namun, baru satu langkah, Excel kembali mencekal tangannya dan membuat gadis itu memutar mata, tapi enggan memutar badan untuk menatap Excel. "Lo nggak tahu ini udah malem? Gue nggak mau ya ribut sama lo lagi."

Entah mengapa kesabaran anak itu tipis sekali. Padahal Excel hanya ingin mengucapkan sesuatu padanya. "Good night, Honey."

"Wuek! 🤮"  Reaksi Zetta sudah bisa ditebak Excel.

Excel hanya tersenyum sinis menetap kepergian gadis itu. "Biasanya juga elo yang godain gue. Giliran digodain balik, sok jual mahal," monolog Excel seraya geleng-geleng kepala.

Ketika Zetta tidak ada di kamar, Alice, Jezlyn dan Lucia sibuk bergosip seraya membawa-bawa nama Excel.

"Serius lo tadi lihat Excel sama Grace pelukan?" tanya Jezlyn pada Alice setelah mendengar ceritanya.

"Sumpah! Gue sendiri juga nggak percaya kalau Excel kayak gitu di belakang Zetta. Gue kira meskipun dia dingin-dingin gitu setia. Tapi, ternyata red flag, Anjir ...," sambung Alice lagi. Kekesalannya sampai terasa di setiap nada yang dia ucapkan. "Eh, tapi kalian jangan bilang ke Zetta dulu. Mending kita cari tahu dulu apa hubungan mereka berdua."

"Bener juga sih ... Awas aja kalau sampai si Excel main belakang. Gue bejeg-bejeg- tuh anak." Jezlyn yang paling peduli di antara mereka tidak terima kalau salah satu temannya disakiti.

Sementara itu, Lucia terlihat paling santai. Dia tengah memotong kuku kaki seraya mendengarkan cerita Alice. "Setuju gue. Nanti kalau si Honey-nya Zetta itu ternyata ada main, lo yang maju, Jez. Gue dukung dari belakang.

Bugh!

Dengan santainya Jezlyn melempar bantal tepat mengenai wajah Lucia. "Kampret lo, Lucia!"

Belum juga mereka selesai bergosip, tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Zetta muncul dengan wajah masam.

"Zet ... ta ...."

***

Sementara itu, Excel mendengar suara seseorang tengah menelpon di halaman belakang. Kakinya perlahan melangkah untuk memeriksanya. Dan ternyata Grace yang tengah menelpon. Excel bersembunyi di balik tembok untuk mendengar apa yang gadis itu bicarakan lewat telepon. Dia masih penasaran siapa Grace sebenarnya.

"Ah, Papa ... Aku makin nggak tega sama Putra. Aku takut dia sakit hati kalau tahu semuanya. Bisa nggak, kita nggak bawa-bawa Putra dalam urusan ini? Dia terlalu baik, Papa ...."

Meskipun suaranya sangat lirih, Excel masih bisa mendengarnya. Keningnya berkerut menganalisa apa yang tengah Grace rencanakan. Ternyata selama ini dia hanya pura-pura menyukai Putra. Ah, Excel sudah tahu dari awal. Tapi, apa sebenarnya niatnya?

Tapi, tunggu dulu. Grace seperti membawa setangkai mawar hitam.

***

To be continue...

A Century later
😂

Guys... Aku tahu kalian pasti lupa sama alurnya. Yang lupa bisa baca ulang aja ya ...

Maaf ya ... Telat update
Udah tercapai target, baru bisa update sekarang 😇

Ada yang masih nungguin GK?

Love love love you sekebon, kalian yang udah mau nungguin.
Terutama yg ngikutin dr awal.
Aku masih mau lanjutim cerita ini sampai tamat. Semoga masih kesampaian ya ...
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰

Sama ya kek kemarin 250 bintang 500 komen aku up up up bestie

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 140K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
6.5M 191K 61
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
691K 54.7K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
1.3M 58.4K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...