Nona Boss Zetta

By Diahayu_Sn

54.5K 10.6K 5.5K

Seseorang pernah berjanji tidak akan meninggalkannya. Namun, ternyata janji itu hanya kebohongan indah semata... More

Prolog
1. Roses And The Sadness
2. Bad Boy to be a Sad Boy
3. Her Boyfriend?
4. Black Roses n Letters
5. First Day
6. Long Time No See
7. Meet Him
8. Can't Believe a Liar
9. Not Easy to Forget
10. Who Is She
12. What Relationship?
13. Still With You
14. Good Night, Princess
Visualisasi
15. Cool But Care
16. Love Never Lie
17. Killing Me
18. Still love her
19. What a Pitty

11. De javu?

2K 455 272
By Diahayu_Sn

"Terkadang yang dilihat mata bukan yang sebenarnya terjadi."

🌹

"Do you get de javu, Excel?"

Excel terbelalak dan menatap perempuan itu dengan sengit. "Siapa lo sebenarnya?"

Perempuan itu tersenyum dan mengulurkan tangan pada Excel. "Perkenalkan, Gracia Zhang."

Namun, Excel enggan menerima jabat tangannya. "Gue tahu lo sengaja masuk di kehidupan kami. Apa sebenarnya tujuan lo?"

"Em... Maksud kamu?" tanya Gracia seraya mengerutkan kening. Lantas, tiba-tiba saja dia tertawa. "Oh... Pasti kamu juga mengira kalau saya Sere, kan?"

"Gue tahu lo bukan Sere!"

"Saya memang bukan Sere."

"Lo--- Arrgh!" Excel menunjuk perempuan itu dengan berusaha menahan emosi. "Gue peringatin, urungkan niat lo masuk dalam kehidupan kami sebelum lo menyesal!"

Perempuan itu menatap Excel dengan wajah penuh tanya. "Apa kamu sebenci itu dengan saya? Atau... Justru saya mengingatkan kamu pada perempuan bernama Sere itu karena kalian memiliki hubungan spesial sebelumnya?"

Excel terdiam. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Pertanyaan Grace tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah. Seandainya saja dia tahu kalau Excel yang dulu adalah pengagum rahasia perempuan bernama Sere itu.

Grace memegang tangan Excel dan mencari celah untuk bisa menatapnya hingga mendapatkan balasan.

"Saya minta maaf kalau karena saya kamu jadi mengingatnya. Saya bisa mengerti perasaan kamu. Pasti Sere sangat berharga buat kamu. Dia pasti merasa beruntung dicintai laki-laki seperti kamu, Excel...."

Mereka berdua sama-sama terdiam dalam waktu yang cukup lama. Saling menatap tanpa ada suara. Excel dengan tatapan nanarnya dan Grace dengan binar matanya yang tersenyum.

"Excel?"

Tatapan mereka terputus ketika Zetta tiba-tiba datang dengan kening berkerut.

Excel lansung melepas tangan Grace dan menghampiri Zetta. "Kita pulang!" perintahnya seraya menarik tangan Zetta.

Sementara itu, Grace menatap punggung mereka yang semakin menjauh dengan senyuman mencurigakan. "Okay, i see... Zetta Malik Bramasta dan Excel Xandeer Raws. Pasangan yang tidak saling mencintai, tapi tidak bisa saling meninggalkan. Mungkin kalian butuh bantuan saya untuk bisa saling melepaskan," ucapnya dengan nada meremehkan.

"Cel, apaan sih narik-narik!"

Zetta tak berhenti menggerutu di belakang Excel dengan langkah cepat untuk berusaha mengimbanginya. Sementara itu, Excel enggan menjawab dan tatapannya lurus ke depan.

"Cel, sakit, bego! Gue nggak suka ya diginiin!"

Bentakan Zetta membuat beberapa tamu undangan melihat ke arah mereka. Terutama teman-teman Zetta. Mereka langsung menghampirinya dan melepaskan tangan Excel.

"Lo apa-apaan narik-narik Zetta!" bentak Marcel. Dia menarik sebelah tangan Zetta.

"Dia cewek gue. Kalian nggak usah ikut campur." Excel kembali menarik tangan Zetta hingga terjadi perebutan sengit dengan Marcel seolah tengah bermain tarik tambang.

Zetta terhuyung ke sana ke mari karena tarikan dua laki-laki itu. "Iiiih! Ini apaan sih pada narik-narik gue!" gerutu Zetta hingga spontan dua laki-laki melepas tangannya dari Zetta.

"Lo mau ngapain Zetta, ha!" Meskipun Zetta menyebalkan, Marcel tetap menjadi teman paling protectif untuknya. Dia sahabat Zetta sejak kecil. Dia selalu merasa bertanggung jawab atas apa pun yang terjadi pada Zetta.

"Gue dan Zetta harus segera pulang," jawab Excel sama sengitnya.

"Ya nggak usah pakai narik segala, anjir! Lo kira Zetta binatang piaraan?"

"Zetta mah lampir," bisik Vano pada Nichole. Dan dengan mudahnya Nichole terkikik mendengar ucapan Vano.

"Nyai blorong dia," sambung Nichole lagi.

Lagi-lagi Zetta harus memijit pelipisnya. "Aduh... Udah deh, nggak usah diperpanjang lagi. Gue jadi merasa paling cantik kalau direbutin gini."

"Wuehkkkkk....." Marcel, Dave, Nichole dan Vano pura-pura muntah di hadapan Zetta saking tak terimanya.

Sementara itu, Putra dan Excel sama-sama memutar mata.

Dan tiga dayang-dayang Zetta hanya melongo tak percaya. Mereka tahu Zetta tukang roasting. Tapi, ya bisa-bisanya se-pede itu.

"Nggak usah lama-lama, Zetta. Udah malem!" Excel kembali menarik tangan Zetta.

Empunya hanya pasrah saja mengikuti langkah laki-laki yang dia sebut "pacar" itu.

"Sumpah ya, Cel! Lo nggak pernah nggak nyebelin. Sorry ya, Fans... Gue pulang dulu. Ayang gue cemburuan soalnya," ujar Zetta seraya berjalan dengan melambaikan tangan pada semua teman laki-laki dan perempuannya.

Dave meresponsnya dengan berdecih. "Jiakh, ayang! Seekor Zetta kalau bucin makin prik, anjir."

"Tuh cewek belagunya nggak sembuh-sembuh? Heran gue. Dah kang roasting, pedenya selangit. Ampun deh punya temen macam Nyai Roro Jetta," gerutu Nichole sampai geleng-geleng kepala.

***

Zetta dan Excel saling diam selama perjalanan di dalam mobil. Tak ada yang mau buka suara satu sama lain. Mood Zetta malam ini sungguh buruk. Dia harus bertemu Alfa dan melihat pertunangan Putra.

Excel yang fokus menyetir sekilas melirik Zetta yang membuang wajahnya menatap jendela. "Kenapa muka lo kayak gitu?"

Perlahan Zetta pun memutar kepalanya dan menatap Excel dengan raut wjah kesal. "Putra mau nikah sama cewek itu, Cel.... "

"Ya terus?"

"Ya gue nggak setuju lah Putra nikah sama dia."

"Emangnya lo punya hak apa nentuin Putra harus nikah sama siapa?"

"Ya tapi, nggak sama cewek itu, Cel!"

"Kenapa kalau sama cewek itu?"

"Ya nggak tahu! Pokoknya gue nggak suka--" Tiba-tiba saja Zetta teringat sesuatu. "Bentar, tadi lo juga ngapain berduaan sama cewek itu?"

Excel menghela napasnya seraya fokus menyetir. "Nggak sengaja tadi ketemu."

"Nggik singiji tidi kitimi," cibir Zetta dengan gerakan bibir yang menyebalkan.

"Damn! Nggak sengaja lo bilang? Sorry, gue bukan anak kecil yang gampang lo kibulin. Jelas-jelas gue lihat kalian pegangan tangan. Gimana tangannya Sere gadungan? Pasti alus lah ya, secara perawatannya aja milyaran," sindir Zetta si ratu roasting.

"Kalau gue pegangan sama Grace emangnya kenapa? lo cemburu? Lo kan juga udah pelukan sama Alfa."

Emosi Zetta semakin menjadi-jadi hingga keluar dengusan amarah dari hidungnya. "Cowok kampret itu yang meluk gue, bukan gue!"

"Ya sama. Grace yang pegang tangan gue. Gue nggak."

"Ya tapi, kan lo diem aja, Excel! Nggak ada perlawanan sama sekali. Ya artinya lo emang suka pegang-pegangan sama dia!"

"Kata siapa?"

"Lo budeg? Kata gue tadi."

"Apa alasannya lo bisa bilang gitu?"

"Karena gue lihat sendiri. Pakai mata kepala gue."

"Lo percaya sama yang lo lihat? Denger ya, Zetta... Mata kadang juga bisa berbohong."

"Kalau lo ngelarang gue percaya sama mata gue, terus gue harus percaya siapa? Rumput yang bergoyang?"

"Setidaknya lo nggak secepat itu menyimpulkan."

Zetta semakin kesal dengan Excel. Dia menyandarkan punggungnya dengan tangan bersedekap. Enggan untuk melanjutkan perdebatannya.

Sampai akhirnya Excel mengehentikan mobilnya di depan gedung apartemen Alice. Melirik Zetta dengan dengusan napas lelah. Zetta mode ngambek emang nyebelin. Meskipun setiap hari udah nyebelin sih.

Excel membantu Zetta melepas seat beltnya. Tapi, Zetta langsung menepis. "Nggak usah, nggak perlu. Gue bisa sendiri. Mendingan tanganlo buat Sere gadungan aja. Gua nggak mau dipegang sama tangan bekas cewek lain!"

"Ampun deh!" Malam itu Excel merasa kalah telak dari Zetta. Kalau biasanya Zetta bertekuk lutut kalau melawan Excel, sekarang sebaliknya. Tapi, sejauh ini, masih Excel lawan seimbang untuk menangkal kebarbaran Zetta.

Ketika Zetta membuka pintu, Excel menarik tangannya. "Zetta...."

Mau tak mau Zetta menatapnya dengan malas. "Apa lagi?"

"Have a nice dream, Honey..., " ucap Excel dengan lembut.

Jarang-jarang kanebo kering itu mode soft boy. Kalau saja Zetta perempuan normal sudah pasti tremor sampai kejang-kejang. Untung saja dia Zetta. Cuma Black Angel-nya yang bisa buat dia terlena.

"Ya gitu deh, kalau merasa bersalah jadi sok baik. Tapi sorry, nggak mempan."

Excel justru tersenyum mendengar sendiran Zetta. "Iya... pokoknya Zetta selalu benar."

Zetta melenggang begitu saja tanpa pamit. Sementara Excel menatap punggunya dengan tawa kecil. "Untungnya lo Zetta. Kalau bukan Zetta, gue tinggal lo, Ta."

Zetta yang berjalan menuju pintu masuk tiba-tiba melihat setangkai mawar hitam lagi-lagi jatuh di kakinya. Setelah memastikan di sekitarnya aman dia memungut mawar itu dan melanjutkan langkahnya. Kira-kira petunjuk apa lagi yang dia dapatkan.

***

Sampai di kamar, Zetta duduk di ranjangnya seraya menatap mawar itu. Sepertinya si pengirim sengaja mengikuti Zetta. Tapi, siapa? Apa benar kalau Black Angel masih hidup?

Kalau orang lain, apa maksudnya coba ngikutin Zetta dari Jerman ke Indonesia?

Zetta lantas mengambil gulungan kertas yang lagi-lagi terselip di kelopak mawar itu.

Malam yang menyedihkan untuk mawar kecilku. Tapi, tenang saja. Mereka bukan apa-apanya dariku.

Jantung Zetta seolah berhenti berdetak. Tulisan itu semakin menguatkan praduga Zetta kalau Black Angel-nya masih hidup. Dia menjaganya dari kejauhan. Zetta yakin itu. Black Angel tidak mungkin dengan mudah meninggalkannya.

"Kalau ini beneran lo, kemana gue harus nyari lo, Black Angel? Bagaimana kita bisa ketemu? Please, kasih tahu gue...."

Zetta sekarang memang cengeng. Sedikit-sedikit menangis setiap teringat Black Angel-nya. Kalau saja move itu mudah, Zetta tidak mau terjebak dalam perasaan itu. Dia bisa sesuka hati menjalin hubungan dengan siapa pun tanpa ada rasa bersalah.

Sayangnya move tak semudah membalikkan telapak tangan. Terlebih ditinggalkan cinta pertama yang memiliki banyak momen berharga bersamanya termasuk mengorbankan nyawa untuknya. Merasa kehilangan? Pasti. Merasa bersalah? Tentu saja.

"Zetta, keluar lo!"

Baru saja ingin merebahkan diri, Zetta terperanjat mendengar suara nyaring Lucia yang datang-datang membuat ribut.

Dengan cepat Zetta menyisipkan mawar hitam itu ke dalam buku bersampul hitam yang dia ambil dari rumah Black Angel. Dan menyimpannya kembali ke dalam laci.

"Apaan sih, Lucia berisik banget!" maki Zetta seraya keluar kamar menghampiri tiga temannya yang duduk di sofa dengan tatapan tajam.

"Sekarang lo cerita, siapa lo sebenernya! Kenapa lo bisa punya temen cowok-cowok ganteng kayak mereka?"

Zetta memutar matanya seraya turut duduk bersama mereka.

"Ya gue Zetta. Mereka temen-temen gue sebelum gue pindah ke Jerman."

"Lo bohongin kita, Zett! Dulu lo bilang lo nggak punya temen di Indonesia. Sekarang apa buktinya? Lo banyak nyimpan rahasia di belakang kita. Lo anggap kita selama ini apa?"

Yang paling merasa dibohonhi adalah Jezlyn. Dia tidak suka kalau teman-temannya menyimpan rahasia di belakangnya.

Melihat wajah kecewa Jezlyn membuat Zetta tak enak hati. "Oke, sorry kalau kalian merasa gue bohongin. Tapi, gue nggak pernah maksud buat bohongin kalian. Gue cuma belum siap cerita masa lalu gue."

"Kenapa? Lo nggak percaya sama kita? Kita kurang deket apa lagi sih, Zett...."

"Bukan masalah kalian, Jez... Tapi, gue. Gue yang nggak bisa cerita masa lalu gue ke kalian. Gue punya alasannya. Tapi, kalian nggak berhak tahu."

Alice sudah merinding mendengar perseteruan antara Zetta dan Jezlyn. Dua manusia itu sama-sama keras kepala. Susah untuk menurunkan ego keduanya.

"Jezlyn, Zetta... udah! "

Jezlyn pun menghela napasnya. "Sorry, Zett gue kelepasan. Gue cuma nggak suka kalau di antara kita nggak bisa saling percaya."

Zetta hanya tersenyum tipis. "Gue juga minta maaf ke kalian. Tolong, kalian ngertiin gue."

Jezlyn pun perlahan mengerti. Dia menganggukkan kepala dengan lemah. "Oke, gue nggak akan maksa lo buat cerita lagi. Tapi, kapan pun lo butuh tempat cerita, kita siap, Zett."

Zetta bersyukur punya mereka. Di pikir teman perempuan akan banyak drama. Tapi, tidak sepenuhnya benar. Mereka hanya meributkan hal yang wajar untuk diributkan.

***

Setelah berdebat dengan ketiga temannya, Zetta kembali ke kamar dan mengganti gaunnya dengan piama.

Malam ini dia tidur sendiri karena Jezlyn masih sedikit kesal padanya.

Sebelum memulai ritual malamnya di depan cermin, Zetta memeriksa ponselnya dan melihat pesan dari Excel.

"Zetta, udah tidur?"

"Jangan lupa minum obat"

Zetta seketika mengambil obatnya dari dalam laci dan menantapnya. "Sebentar lagi gue nggak butuh lo," monolognya pada obat itu dan mengembalikannya lagi tanpa meminumnya.

Namun, ketika Zetta kembali menatap ponselnya, tiba-tiba ada pesan dari nomor tak dikenal membagikan lokasi padanya.

To Be Continue....

Guys, maaf kalau part ini kurang ngefeel. Soalnya aku update dalam keadaan kurang enak body. Ya, meskipun udah bersarang di draft, tp kalau mau update tetep butuh riview kan ya...

Demi kalian, aku rela lemes-lemes gini update. Kurang romantis apa coba 😷

Gk tahu nih jadi penyakitan gini. Minta do'anya biar cepet sembuh ya guys...

Kalian juga jangan ikutan sakit. Pokoknya jaga kesehatan.

Februari emang meresahkan

Mau lanjut kapan nih?

sorry ya kalau harus ngaret lagi.

Jangan lupa vote dan komen ya... Selain "next"

Capek aku tuh kalau kalian komennya ngajak ke kwangnya mulu. 😩

Komen apa kek yang menghiburku yang sedang lemah ini, 😑

kasih aku alasan kenapa aku harus lanjutin cerita ini,

kalian yang selalu nyempetin vote dan komen. Kalian terbaik.

Kalian nggak keberatan kan kalau aku minta buat rekomendasikan cerita ini ke orang lain?

Dah, itu aja

see you next part 💞

Continue Reading

You'll Also Like

852K 84.4K 47
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
342K 42K 32
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...
2.9M 167K 40
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.4M 257K 31
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...