Nona Boss Zetta

By Diahayu_Sn

54.5K 10.6K 5.5K

Seseorang pernah berjanji tidak akan meninggalkannya. Namun, ternyata janji itu hanya kebohongan indah semata... More

Prolog
1. Roses And The Sadness
2. Bad Boy to be a Sad Boy
3. Her Boyfriend?
4. Black Roses n Letters
5. First Day
6. Long Time No See
7. Meet Him
8. Can't Believe a Liar
10. Who Is She
11. De javu?
12. What Relationship?
13. Still With You
14. Good Night, Princess
Visualisasi
15. Cool But Care
16. Love Never Lie
17. Killing Me
18. Still love her
19. What a Pitty

9. Not Easy to Forget

2.3K 495 218
By Diahayu_Sn

_Seorang yang sekarang dibahagiakan orang lain, dulu pernah ngasih lo kesempatan, tapi lo sia-siakan._

🌹

Tepat malam hari, jalanan kota metropolitan terlihat indah dengan gemerlap lampu jalan yang menyala berjajaran. Alfa dengan mobil sport putihnya meliuk-liuk di jalanan mengejar mobil hitam yang dikendarai perempuan di depan kafe tadi.

"Ah, Shit!" umpat Alfa dari dalam mobil karena targetnya semakin jauh.

"Gue yakin itu lo. Lihat aja, gue nggak bakal kehilangan lo untuk kedua kalinya!"

Laki-laki itu menambah laju kecepatannya hingga perlahan mampu mengikis jarak mereka. Sayangnya, kelincahan pengendara mobil hitam tak mampu dia imbangi sampai berhenti di sebuah garasi bawah tanah.

Terlihat sebelah kaki berbalut sepatu boot keluar dari mobil hitam itu hingga menunjukkan sosok seorang perempuan dengan jaket hitam, berambut hitam yang sedikit kecokelatan dengan belahan tengah, panjang dan lurus melangkahkan kaki jenjangnya menjauh dari mobil yang baru saja dia kendarai. Namun, baru beberapa langkah, matanya terbelak lantaran merasa ada yang menarik tangannya dari belakang dan langsung memeluknya.

"Zetta, makasih udah kembali."

Pelukannya erat sekali, bahkan tak memberi kesempatan perempuan itu untuk bergerak barang sedikit pun. "Bertahun-tahun gue selalu nunggu momen ini, Ta... Momen pertemuan kita kembali. Gue yakin lo pasti kembali."

Ya, benar dugaan Alfa. Perempuan itu Zetta. Mantan calon tunangannya dulu yang menghilang tiga tahun lamanya.

Zetta mengeraskan wajah hingga terlihat kedua alis yang nyaris menyatu. "Lepasin!" Berusaha berontak, namun justru pelukannya semakin erat.

"Nggak akan! Gue nggak akan lepasin lo lagi. Gue nggak mau kehilangan lo untuk kedua kalinya, Ta."

Bugh!

Perempuan itu membenturkan lututnya pada aset Alfa dengan sangat kuat hingga membuatnya memekik kencang. "Aaaaaw!"

"Jangan sembarangan peluk-peluk gue! Lo pikir gue cewek dua ratus ribuan?" Zetta menunjuknya dengan kesal. Bahkan, raut wajahnya terlihat jelas kalau dia tengah murka.

Alfa menatapnya dengan wajah memelas. "Ta...."

Zetta spontan menepis tangannya. "Nggak usah sok kenal!"

"Ta, lo lupa sama gue? Gue Alfa. Calon tunangan lo."

Entah mengapa Zetta sangat benci dengan kehadiran Alfa. Dia menutup telinganya dengan kedua telapak tangan. "Stop! Gue nggak kenal sama lo! Dan nggak mau kenal! Jangan berlagak seolah-olah kita punya kisah masa lalu yang menarik untuk diulangi. No! Gue memang Zetta. Tapi, gue nggak kenal siapa lo!"

"Ta, lo masih marah sama gue?"

Pertanyaannya membuat Zetta tertawa remeh. "Marah? Nggak ada untungnya gue marah sama orang yang bahkan nggak ada peran apa pun di hidup gue. Jangan merasa paling penting sekalipun kita pernah kenal!"

Meskipun kesakitan, Alfa berusaha mengejar Zetta yang berjalan meninggalkannya. "Ta! Zetta!" teriaknya.

Teriakannya berhenti ketika sosok laki-laki lain berpakaian formal dengan raut wajah datar berjalan ke arah mereka. Langkahnya terhenti di hadapan Zetta. "Are you okay?" Dia bertanya karena melihat bibir tertekuk dan kening berkerut Zetta yang menyeramkan. Laki-laki itu hanya berekspresi datar dengan tangan yang sembunyi di dalam saku celana.

Siapa lagi kalau bukan Excel. Dia berpisah dengan Zetta karena gadis itu harus make up di salon MUA pilihannya. Dan menunggunya di gedung tempat Alice akan tampil.

"I'm okay, but not be fine! Gara-gara cowok gila yang ganggu mood gue malam ini!" adu Zetta.

Pandangan laki-laki berpakaian formal itu beralih menatap orang yang dimaksud. "Oh, Alfa?" tanyanya dengan santai.

Alfa terperangah melihat laki-laki berpakaian formal itu.

"Excel! Lo kenapa bisa sama Zetta? Apa lo ngilang selama ini buat nyusul dia?"

Matanya menatap kedua tangan yang saling menggenggam itu. Dan cincin di jari manis Zetta seolah menjelaskan semua.

Excel tak menghiraukannya dan kembali fokus pada Zetta. "Acaranya segera dimulai. Ayo!" ajaknya seraya menarik tangan Zetta.

"Cel! Tunggu! Jelasin dulu ke gue! Ada hubungan apa lo sama Zetta? Lo nggak hianati gue kan?" Dengan tertatih Alfa berusaha mengimbangi langkah Excel dan Zetta yang semakin menjauh.

Dia mengeraskan suaranya. "Lo bilang, nggak akan pernah hianati gue! Tapi, apa nyatanya? Lo penghianat! Lo nggak ada bedanya sama Vincent! Sama-sama bajingan! Dan ternyata benar kata orang, kalau orang terdekat berpeluang besar untuk menghancurkan. Lo mendekap gue untuk menusuk lebih dalam? Itu maksud lo?"

Ucapan Alfa akhirnya mampu membuat Excel berhenti. "Bukan gue yang hianati lo, Fa! Lo ingat, apa yang udah lo lakuin ke Zetta. Introspeksi diri dulu sebelum menghakimi orang lain!" ucap Excel tanpa membalik badannya. Tatapannya masih lurus ke depan dengan masih menggenggam tangan Zetta.

"Seorang yang sekarang gue bahagiakan, dulu pernah ngasih lo kesempatan, tapi lo sia-siakan."

Zetta menatap wajah datar Excel dan genggaman tangannya bergantian. Dia tahu, Excel tengah menahan amarahnya. Tak berlama-lama lagi, Excel kembali menarik Zetta untuk menjauh dari Alfa.

Alfa hanya bisa menatap kepergian mereka dengan nanar. Ceritanya kini telah berubah. Seorang yang paling dia percaya merebut gadis yang dia cintai sejak tiga tahun yang lalu. Alfa yang dulunya selalu berlagak menjadi ketua geng paling berkuasa, kini hanya terlihat seperti seorang pecundang.

"Zetta... Kenapa lo bisa jinak gitu kalau sama Excel? Dulu sama gue, lo selalu lebih galak."

Excel membawa Zetta memasuki gedung seraya menggandeng tangannya. Gadis itu hanya menurut, namun sesekali menengok kebelakang dengan raut wajah bersalah.

Sampai di dalam lift Zetta perlahan melepas tangan Excel dan berpura-pura mengambil ponsel dari dalam saku jaketnya. Sementara itu, tak ada reaksi yang berlebihan dari Excel. Dia hanya memperhatikan gerak-gerik Zetta yang semakin hari semakin mencurigakan.

"Jezlyn udah nungguin lo dari tadi. Gaun lo juga udah gue titipin ke dia."

Zetta mengalihkan pandangannya dari layar ponsel dan beralih menatap Excel dengan gelisah. "Oh iya, thanks ya, Cel.... "

Bersamaan dengan itu mereka berdua keluar dari dalam lift dan berjalan menuju ruang ganti yang diperuntukkan untuk Alice.

Di dalam sudah ada Alice dan Jezlyn yang sudah cantik dengan gaun pesta masing-masing seraya berfoto di depan cermin. Mereka pun berhenti ketika melihat pantulan Zetta dan Excel yang masuk ke ruangan itu.

"Loh, Lucia mana?" tanya Zetta ketika berjalan mendekati dua temannya itu.

"Katanya sih masih ada urusan."

"Urusan sama siapa?" Zetta cukup panik dengan perginya Lucia. Pasalnya mereka baru bertemu dengan Lorenz beberapa hari lalu. Takutnya, Lucia berurusan dengan laki-laki itu.

"Nggak tahu, ada yang mau ngendors kali. Eh, lo ganti dulu tuh! Ribet emang, kenapa nggak dipakai dari apartemen aja sih?" gerutu Jezlyn sambil mengambilkan gaun Zetta berwarna hitam yang tergantung.

"Takut kucel gaunnya," balas Zetta dengan sewot ketika menerima gaunnya dari tangan Jezlyn.

Memikirkan Lucia membuat Zetta tidak tenang. Temannya satu itu memang suka membuat orang lain ketar-ketir dengan kelakuannya. Sebenarnya sih sebelas dua belas dengannya.

"Holla, guys!" Lucia tiba-tiba datang dengan heboh membuat Zetta, Jezlyn dan Alice mendengus kesal.

"Dari mana aja lo?"

Baru saja berjalan satu langkah dari pintu, Lucia membelalakkan mata karena kaget dengan interogasi Zetta. Dan tanpa rasa bersalah gadis berponi itu meringis hingga menunjukkan deretan gigi rapinya.

"Hehehe, biasa... ketemu klien."

"Gegayaan ketemu klien. Siapa klien lo? Jangan bilang kalau lo nemuin Lorenz lagi!"

"Ih, apaan sih lo Zett, galak amat? Cel, honey lo nih main nuduh sembarangan," adu Lucia pada Excel, sayangnya tak ada respon sama sekali dari laki-laki kanebo kering itu. Hanya menggelengkan kepala dengan lelah sambil memainkan ponselnya.

"Kalau bukan Lorenz siapa lagi? Lo kan nggak punya kenalan di sini."

"Ya lo kan tahu sendiri gue youtuber terkenal. Jadi, ceritanya tuh, ada subscribe gue yang mau ngendors gue buat showroom mobilnya."

"Udah deh, kalian ini di mana-mana ribut mulu. Lucia, medingan lo buruan ganti baju. Alice udah dipanggil tuh!" Saking jengkelnya Jezlyn pada teman-temannya yang hobi sekali ribut.

Sepeninggal Lucia untuk ganti pakaian, Alice sudah meninggalkan ruangan itu untuk mempersiapkan penampilannya. Tak berselang lama juga, Lucia dan Jezlyn berjalan melewati koridor menuju ruang acara dan di belakang mereka juga ada Zetta yang menggenggam erat lengan Excel layaknya pasangan romantis yang pamer kemesraan.

"Ini acara ulang tahun apa nikahan sih? Mewah banget." Wajar jika Lucia bertanya lantaran memang acara yang digelar klien Alice sangat mewah.

Baru masuk saja mereka disuguhkan pemandangan dekorasi yang mewah. Banyak lampu kristal menggantung dan hiasan bunga-bunga di segala penjuru. Ditambah lagi suara merdu Alice yang tengah bernyanyi sambil memainkan piano menambah kesan elegan tema acaranya. Bahkan, tamu-tamunya saja orang-orang berkelas.

"Katanya sih emang sekalian acara pertunangan." Ucapan Jezlyn membuat Lucia mengangguk paham. Pantas saja semewah itu.

Klien Alice memang sangat kaya. Dia bahkan mengundang Alice sepaket dengan teman-temannya meskipun mereka tidak kenal.

Tiba-tiba ada pelayan yang menyambut mereka dengan ramah.

"Silakan, Tuan, Nona. Di depan masih ada meja kosong."

Lucia dan Jezlyn lebih dulu melangkah meninggalkan Excel dan Zetta karena tiba-tiba mereka berhenti. "Excel, anting gue jatuh deh kayaknya."

Dalam sekali tengok Excel langsung menemukan anting Zetta yang jatuh di bawah kakinya. "Lain kali hati-hati. Accesories lo nggk ada yang murah."

Zetta menarik kedua ujung bibir seraya memasang kembali anting itu. "Nggak apa-apa, biar lo beliin lagi.'

Seperti biasa, Excel hanya meresponsnya dengan gelengan kepala jenuh.

Ketika kembali melangkah untuk menyusul Lucia dan Jezlyn, tiba-tiba tanpa sengaja Zetta bertabrakan dengan seseorang. "Aw!"

"Loh, Zetta?"

Zetta terbelalak. "Putra?"

Dan lagi-lagi mereka bertemu. Putra melebarkan senyum manisnya, sementara Zetta sudah gemetar ditatap seperti itu oleh Putra.

"Lo kenal yang punya acara juga?" tanya Putra dengan lembut

"Enggak sih. Kebetulan temen gue, tuh yang lagi nyanyi diundang buat ngisi acara, sekalian ngajakin gue juga. Lo sendiri?"

"Oh, Alice itu temen lo? Suaranya bagus. Pantes aja mereka ngundang dia. Yang punya acara ini Komisaris di perusahaan tempat gue kerja. Nanti deh gue kenalin ke lo."

Zetta menganggukkan kepala. Dia paham, sekarang circle Putra bukan orang sembarangan. Dia bekerja di perusahaan besar. Bukan tidak mungkin kenal dengan orang-orang penting.

Zetta melirik Excel yang diam saja menyaksikan interaksi mereka.

"Put, ini. Excel, em... Pacar gue."

Senyum manis Putra perlahan memudar melihat wajah dingin Excel dan tangannya yang bertautan dengan tangan Zetta.

Dia ingat, Excel teman dekat Alfa. Dan sejak kejadian malam itu, entah mengapa Putra tidak suka dengan semua yang berkaitan dengan Alfa. Secara tidak langsung, Alfa yang menyebabkan Zetta terjebak dalam bahaya.

"Pacar?"

Zetta melihat wajah tidak suka Putra terhadap Excel. Senyumnya terlihat pelit, tak seperti Putra yang dia kenal.

"Iya, pacar gue. Kalian udah saling kenal, kan?"

Alis Putra nyaris tertaut dengan kerutan di keningnya.

"Zetta, bisa ngomong berdua?"

Zetta melirik Excel yang wajahnya semakin datar. Bahkan, genggam tangannya semakin erat yang artinya, tidak mengizinkan.

"Sebentar, Cel.... "

Sekalipun Zetta memelas, Excel tak melonggarkan genggamannya sedikit pun.

"Cuma teman, kan? Gue harap lo bisa hargai gue sebagai cowoknya. Kalau lo mau bicara, silakan. Tapi, gue nggak izinin cewek gue bicara berdua sama lo."

Putra menutupi rasa kesalnya dengan tertawa ringan. "Cuma pacar, kan? Bukan suami. Zetta adik gue, nggak ada hak buat lo ikut campur urusan kita."

Zetta meremas tangannya. Tak menyangka pertemuan antara Putra dan Excel sebegitu menegangkannya.

"Pak Putra, Tuan memanggil Bapak."

Beruntung, Putra segera dipanggil oleh salah satu pelayan dan mencegah perseteruan mereka semakin panas. Terpaksa Putra harus mengikutinya dan meninggalkan Zetta juga Excel.

"Ta, nanti kita lanjutin lagi. Gue pergi sebentar."

Zetta mengangguk dengan senyuman gugupnya. Menatap punggung Putra yang semakin menjauh dan menarik napas lega. Sepeninggal laki-laki itu, Zetta lantas menatap Excel dengan tajam dan nelepas genggaman tangannya.

"Cel, lo kenapa sih jadi over gini? Gue nggak suka ya lo kayak gitu ke Putra!"

"Kenapa? Bukannya lo sendiri yang bilang, mau lupain semua masa lalu lo?"

"Tapi, nggak gitu juga ngomongnya, Cel... Putra itu nggak suka sama orang kasar!"

"Gue juga nggak suka sama orang yang suka masuk di kehidupan orang lain."

"Maksud lo apa? Putra bukan orang lain. Dia abang gue!"

"Nggak ada pertemaman yang murni antara cewek dan cowok, Zetta! Pasti salah satu dari kalian menyimpan rasa."

"Tapi, gue sama Putra enggak!"

"Lo nggak tahu cara Putra lihat lo itu beda. Nggak ada Kakak yang lihatin adeknya sebegitu dalam."

"Terus apa urusannya sama lo?"

"Lo lupa tujuan lo ke Jerman?"

"Lo berlebihan, Excel! Lo terlalu jauh nilai Putra. Putra nggak kayak gitu."

"Oke, tapi gue harap ini terakhir kalinya lo ketemu Putra. Jangan sampai setelah ini lo ingat masa lalu yang lain dan lo sakit lagi."

Zetta menghela napas lega dan menarik kembali tangan Excel untuk dia genggam. "Gue tahu kok. Habis ini gue nggak bakal ketemu Putra lagi atau yang lain. Setelah liburan kita selesai, kita pulang ke Jerman dan nggak ada lagi kenangan apa pun di negara ini."

"Udah gue bilang, lakuin aja. Jangan banyak janji. Lo nggak tahu gimana Tuhan membolak-balikkan keadaan. Janji lo akan berujung maaf kalau lo kembali ingkar. Dan gue nggak suka orang yang terlalu banyak minta maaf." Excel hanya memasang wajah datar dan menarik Zetta untuk bergabung dengan Jezlyn dan Lucia.

"Lama banget sih kalian, ngapain aja?" Baru saja meletakkan pantatnya di kursi, Zetta sudah diinterogasi oleh Jezlyn.

"Kepo!"

"Kebiasaan, kalau ditanya bukannya jawab!" Yah, makhlum saja Jezlyn adalah teman Zetta yang paling protective terhadap teman-temannya. Paling perferctionist, tapi juga paling perhatian.

"Eh, guys, lihat tuh! Cantik banget OMG...."

Lucia berbinar melihat seorang perempuan dengan gaun of soulder dan berambut sebahu berjalan menuju panggung dengan langkah anggun membuat Zetta dan Jezlyn berhenti debat untuk mengikuti arah pandangnya.

"Kayaknya itu deh yang ultah. Ih,cantik banget... pantes aja acaranya mewah gini."

Berbeda dengan reaksi Lucia dan Jezlyn, Zetta dan Excel justru sama-sama terbelalak.

"Sere?"

To be continue....

Kabur dulu sebelum didemo haters-nya Sere 💃

Mana nih yang udah kangen sama ceritanya? Absen dulu dong!

Udah vote?
Komen juga ya

Btw, sorry aku molor lagi updatenya.

Minggu ini aku usahakan update 2x deh

Oh iya, kalian butuh visualisasi castnya gk? Atau gk usah aja?

Jangan lupa follow sosmed ku
Ig @daysnstory
Tik-tok @sketcute

Banyak video2 tentang ceritaku juga dan info update.

Okay, love you guys...

See you next part 💞

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.3M 256K 31
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
846K 84.3K 47
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
1.3M 58.4K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
5.5M 373K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...